Sapi merupakan hewan yang sering dijumpai di Indonesia. Sapi banyak dipelihara untuk dimanfaatkan susu dan dagingnya sebagai bahan pangan manusia. Selain itu, kulit, jeroan, tanduk, dan kotoran sapi juga dimanfaatkan untuk berbagai keperluan manusia dan memiliki nilai jual. Di sejumlah tempat, sapi juga digunakan sebagai penggerak alat transportasi tradisional, pengolahan lahan (bajak), dan lain-lain. Namun di balik manfaatnya yang beragam itu ternyata sapi memiliki sebuah fakta yang mengejutkan.
Ada sebuah penelitian yang mengatakan bahwa kentut sapi berperan besar dalam pemanasan global. Benarkah begitu?
Sebelum itu, apasih yang dimaksud pemanasan global? Pemanasan global adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut dan daratan Bumi. Peneliti dari Center for International Forestry Research (CIFOR), menjelaskan, bahwa pemanasan global adalah kejadian terperangkapnya radiasi gelombang panjang matahari (gelombang panas atau infra merah), yang dipancarkan ke bumi oleh rumah kaca. Ada enam jenis gas rumah kaca, yaitu Karbondioksida ( CO ), Metana ( CH4 ), Nitrous oksida ( N2O ), Hydroperfluorokarbon ( HFCs ), Perfluorokarbon ( CFCs ), Sulfur Heksaflorida ( SF6). Gas-gas ini secara alami terdapat diudara (atmosfer). Efek rumah kaca adalah istilah untuk panas yang terperangkap didalam atmosfer bumi dan tidak bisa menyebar. Penipisan lapisan ozon juga memperpanas suhu bumi. Karena, makin tipis lapisan teratas atmosfer, makin leluasa memancarkan radiasi gelombang pendek matahari (termasuk ultraviolet) memasuki bumi. Selanjutnya radiasi gelombang pendek ini juga berubah menjadi gelombang panjang atau gelombang panas matahari atau infra merah, sehingga semakin meningkatkan konsentrasi pantulan rumah kaca.
Adapun pengaruh yang cukup besar dari kentut sapi adalah karena ia memproduksi gas atau senyawa metena yang cukup berpengaruh pada pemanasan global. Jika selama ini kamu mengiri jika CO2 merupakan faktor utama, justru gas metana ini mengandung emisi efek rumah kaca hingga 23 lebih berbahaya dari CO2 sebagai penyebab global warming. Emisi dari sapi hampir sama besarnya dengan emisi dari industri bahan bakar fosil untuk metana. Mengutip dari The Guardian, seekor sapi dapat menghasilkan hingga 200 kg metana per tahun. Itu baru satu ekor ya, bayangkan berapa banyak jumlah sapi yang ada didunia ini hehe.
Gas metana pada sapi berasal dari dua sumber yaitu dari hasil fermentasi saluran pencernaan (enteric fermentation) dan kotoran (feses). Fermentasi dari pencernaan ternak menyumbang sebagian besar emisi gas metana yang dihasilkan peternakan. Pembentukan gas metana merupakan hasil akhir dari fermentasi pakan. Metana diproduksi di saluran pencernaan ternak, sebesar 80% – 95% diproduksi di dalam rumen dan 5% – 20% dalam usus besar. Metana yang dihasilkan dalam rumen dikeluarkan melalui mulut ke atmosfir. Dengan kata lain, sapi menghasilkan metana sebagai produk alami dari pencernaannya yang diproduksi oleh bakteri pengurai selulosa di perut sapi. Metana adalah bagian besar dari apa yang menyebabkan atmosfer lebih banyak menyerap panas matahari daripada memantulkannya kembali ke angkasa. Imbasnya, bumi kita memanas seperti oven. Karbon dioksida (CO2) adalah penyebab utama efek rumah kaca, namun metana juga merupakan zat yang mengikat panas, bahkan lebih baik dari CO2.
Solusi Yang Mungkin Dilakukan
Dilansir dari CNN Indonesia, pendiri Microsoft, Bill Gates tengah fokus membahas tentang perubahan iklim yang mengancam kehidupan manusia. Hal itu berkenaan dengan buku besutannya yang berjudul How To Avoid a Climate Disaster. Salah satu yang digarisbawahi Bill Gates adalah saran untuk mengkonsumsi sapi sintetis untuk mengurangi pemanasan global.
“Saya tidak tahu apakah akan ada pendekatan natural soal ini. Daging sintetis akan dibutuhkan untuk masalah pemanasan global,” kata Gates saat diwawancara Technology Review.
Gates menyebut di negara miskin sudah berkembang daging sapi sintetis, namun produk protein buatan ini belum luas penerapannya. Namun daging sintetis dirasa belum perlu digalakkan karena masih ada solusi lain untuk menekan jumlah keluaran gas metana. Di Amerika Serikat, jumlah emisi yang dikeluarkan lebih banyak dari sapi di Afrika. Karena produksinya sangat besar maka gas metana yang dihasilkan pun sangat tinggi. Atas dasar itu, Gates mempopulerkan daging sintetis sebagai gantinya.
“Saya pikir semua negara kaya harus 100 persen pindah ke daging sintetis. Anda akan terbiasa dengan perbedaan rasanya dan ada juga klaim bahwa rasanya akan makin baik dari waktu ke waktu,” kata Gates.
Referensi
- Shishi, S. A. (2020). Pengembangan Media Pembelajaran Pengenalan Global Warming Dengan Teknologi Augmented Reality Pada Siswa Sekolah Dasar (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS BUMIGORA).
- Sukarno, B. B. PEMANASAN GLOBAL FISIKA XI.
- Wijaya, R. P. (2019). FACE PAINTING SEBAGAI ALAT CAMPAIGN DAMPAK GLOBAL WARMING DALAM FOTO BEAUTY. Rian Pandu Wijaya: 126020033 (Doctoral dissertation, Fotografi & Film).
- Cohen, M. (2021). Bumi Bahaya, Bill Gates Usul Orang Mulai Makan Sapi Sintetis (sumber: https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20210217204354-199-607614/bumi-bahaya-bill-gates-usul-orang-mulai-makan-sapi-sintetis)