Maraknya Riset tentang Transplantasi Babi ke Manusia, Sebuah Solusi atau Masalah

Zaman sekarang, ilmu pengetahuan sudah berkembang secara pesat. Hal- hal yang dipikir diluar nalar manusia sudah dapat dibuktikan dengan ilmu […]

blank

Zaman sekarang, ilmu pengetahuan sudah berkembang secara pesat. Hal- hal yang dipikir diluar nalar manusia sudah dapat dibuktikan dengan ilmu dan teknologi. Perkembangan membawa manusia ke dalam hal-hal yang bisa dikatakan bertentangan dengan ilmu agama, misalnya transplantasi organ babi pada manusia.

Transplantasi katup jantung babi pada manusia adalah proses pemindahan jaringan katup jantung babi pada jaringan katup jantung manusia. Katup jantung adalah semacam “jendela” yang terdapat di antara atrium dan ventrikel pada jantung. Antara atrium kanan dan ventrikel kanan terdapat katup tricuspid. Antara atrium kiri dan ventrikel kiri terdapat katup mitral. Katup-katup ini dapat bermasalah dan secara medis dapat diganti dengan katup jantung dari babi, yang dikatakan sebagai katup jantung paling cocok untuk jantung manusia.

Hasil gambar untuk transplantasi jantung babi ke manusia
Transplantasi katup jantung babi ke manusia

Ilmuwan di Amerika Serikat menguji metode baru mengembangkan organ buatan, yakni dengan membiarkannya tumbuh di dalam tubuh babi. Terobosan tersebut diharapkan mampu mengakhiri masalah kelangkaan organ donor. Untuk itu ilmuwan mengombinasikan sel punca manusia dengan DNA babi untuk memproduksi apa yang disebut sebagai embrio manusia babi atau chimera. Eksperimen tersebut adalah bagian dari upaya mengatasi masalah kelangkaan organ untuk transplantasi. Ilmuwan Univeristas California mengklaim pihaknya telah menanamkan embrio Chimera ke dalam babi yang sedang hamil dan membiarkannya tumbuh selama 28 hari sebelum dianalisa dan dibunuh. Dan selama masa pertumbuhan itu babi tersebut dikabarkan tetap tumbuh normal.

Sejauh ini upaya mengembangkan organ buatan terbentur dua hal, yakni rendahnya kemampuan tubuh manusia menerima jaringan asing dan ancaman infeksi virus binatang terhadap manusia. Hambatan tersebut berhasil dilampaui dengan teknologi manipulasi genetika bernama CRISPR yang memungkinkan ilmuwan menggantikan set DNA embrio babi yang bertanggungjawab menumbuhkan pankreas dengan milik manusia.

Menurut Pablo Ross, embrio babi ini akan tumbuh normal, namun pankreasnya akan berkembang hanya dengan sel manusia dan akan cocok untuk transplantasi organ. Hasilnya janin babi akan menumbuhkan pankreas manusia ketika tumbuh. Eksperimen serupa juga dilakukan oleh Universitas Minnesota. Menurut ahli bedah otak, Walter Low, babi adalah inkubator biologis paling ideal. “Organ tersebut adalah tiruan dengan susunan genetika yang identik dengan misalnya ginjal anda, tapi jauh lebih muda dan sehat.” [2]

Riset tentang menumbuhkan organ pada babi berkembang dengan pesat. Para ilmuwan dari National Institute of Health mengumumkan bahwa mereka sukses melakukan cangkok jantung ke babon yang secara genetik direkayasa dari babi. Kemudian ilmuwan gen, Craig Venter, bermitra dengan United Therapeutics Corp mengembangkan paru babi yang cocok dengan tubuh manusia.

Namun sebenarnya, babi memiliki peran lebih dari sekadar sumber donor organ. Selama lebih dari 30 tahun, para ilmuwan telah menggunakan babi dalam berbagai bidang kedokteran, termasuk dermatologi, kardiologi (jantung), dan masih banyak lagi.
Lantas, apa yang membuat hewan ini begitu bernilai dalam riset kedokteran? Babi dan manusia memang banyak perbedaan. Keduanya hanya berbagi tiga klasifikasi ilmiah, dan tentu saja tidak ada kemiripannya dari luar. Meski demikian, sistem biologi babi sebenarnya sangat mirip dengan manusia. “Mereka punya sejumlah kesamaan anatomi dan fisiologi dengan manusia walau sistemnya berbeda. Babi merupakan model riset translasi. Oleh karenanya, apa yang bekerja pada babi, besar kemungkinannya akan bekerja juga pada manusia,” kata dr Michael Swindle, penulis buku Swine in the Laboratory. Swindle menjelaskan, mayoritas organ sistem babi punya kesamaan hingga 90 persen jika dibandingan dengan sistem pada manusia, baik dalam hal anatomi maupun fungsi.

Sistem yang cocok antara lain sistem kardiovaskular karena ukuran dan bentuk jantung babi sama dengan milik manusia. Babi juga bisa mengalami aterosklerosis atau penumpukan lemak pada pembuluh darah, sama seperti halnya manusia. Mereka juga bisa mengalami reaksi serangan jantung. Karena kesamaannya inilah para ilmuwan sejak lama menggunakan babi untuk menguji alat kateter dan metode operasi jantung. Babi juga dipakai untuk memahami bagaimana kerja jantung secara umum.
Jaringan yang diambil dari jantung babi juga sudah dipakai untuk menggantikan katup jantung yang rusak pada manusia. Katup jantung ini bisa bertahan sampai 15 tahun dalam tubuh manusia. Selain kesamaan jantung dan pembuluh darah, karakteristik lain yang hampir mirip antara manusia dan babi adalah, keduanya mengonsumsi tanaman dan juga daging.

“Babi merupakan hewan omnivora seperti kita. Mereka bisa makan dan minum apa saja. Karena inilah, fisiologi pencernaan dan proses metabolik dalam lever mereka sama seperti pada manusia. Babi sudah dipakai dalam banyak studi seputar pola makan, termasuk soal penyerapan obat,” kata Swindle.

Organ ginjal

Kesamaan dengan manusia tidak berhenti sampai di sini. Ukuran ginjal babi dan fungsinya ternyata tak jauh berbeda dengan ginjal kita. Maka jadilah babi menjadi bagian dari riset tentang ginjal. Selain itu, babi juga sudah menjadi model standar operasi plastik karena proses penyembuhan kulit mereka lagi-lagi mirip dengan kulit manusia. Ada pula hal lainnya. Para penderita diabetes yang menggunakan suntikan insulin harian juga bergantung pada insulin dari babi. Namun, ini hanya berlangsung sampai tahun 1980 karena setelah itu perusahaan farmasi mulai membuat insulin biosintetis menggunakan teknologi DNA.

Pankreas babi yang menghasilkan insulin memang sama dengan manusia sehingga berbagai riset mengenai diabetes sejak dulu memakai isolasi sel ini. Para ilmuwan tak mengetahui mengapa organ dan sistem anatomi babi begitu mirip dengan manusia. Swindle menduga bahwa jutaan tahun lalu mungkin kemiripannya lebih banyak lagi, tetapi proses evolusi membuat hewan ini berkembang secara berbeda. “Saya pribadi percaya, babi adalah omnivora sejati sehingga metabolisme dan hormon mereka membuat banyak kesamaan dengan karateristik pada manusia,” katanya.

Mengingat begitu banyaknya kesamaan dalam sistem organ dan makin tingginya kebutuhan donor organ, babi kini menjadi target sebagai sumber organ jantung dan paru bagi manusia. Walau beberapa primata seperti babon dan simpanse lebih mirip dengan manusia, babi lebih menarik sebagai pilihan donor organ karena jumlah mereka lebih banyak.

“Sebagai sumber organ, jika kita memilih spesies lain, maka harus jumlah yang tersedia harus banyak dan secara etik diterima,” kata dr Soon Park, ketua divisi bedah jantung dari University Hospital Case Medical Center. “Jika babon memang lebih dekat kemiripannya dengan manusia dibanding babi, ada sejumlah masalah etik dan moral sehingga babon tidak bisa dipakai. Selain itu, hewan ini sulit berkembang biak menjadi banyak,” katanya. Mencangkokkan organ babi pada manusia, proses yang disebut dengan xenotransplantasi, tidaklah mudah karena sistem kekebalan tubuh manusia akan menolak. Namun, dengan kesuksesan para ilmuwan mendonorkan jantung babi ke primata, babi sekali lagi dilirik sebagai sumber donor yang mudah didapat. [3]

Apakah aman bagi manusia?

Para ilmuwan telah bereksperimen dengan transplantasi ginjal, jantung dan hati primata ke tubuh manusia sejak 1960-an. Tak satu pun berhasil selamat melampaui beberapa bulan. Mengingat kedekatan genetik mereka dengan manusia, primata awalnya dianggap kandidat donor terbaik. Tetapi tidak ada cukup sumber penangkaran kera, dan beberapa seperti simpanse juga sudah terancam punah. Kedekatan genetik mereka juga menimbulkan bahaya yang lebih tinggi dari penularan penyakit antar-spesies, serta permasalahan etis atau tidak. Babi kemudian muncul sebagai donor yang lebih baik. Jantung mereka secara anatomi mirip dengan jantung kita, risiko penularan penyakit lebih minim, dan babi tumbuh dengan cepat dan sudah banyak dibudidayakan. Menurut Mohiuddin hati babi berpeluang untuk ditransplantasikan ke manusia di masa mendatang.[4]

Sumber :

[1] M.Hasbi. 2015. Transplantasi Organ Tubuh Manusia Dengan Organ Babi Menurut Hukum Islam. Jurnal Online Mahasiswa. STAIN. Vol 1 hlm. 5

[2] RZN .2016. Ilmuwan Produksi Organ Manusia di Tubuh Babi. Diakses melalui http://www.dw.com/id/ilmuwan-produksi-organ-manusia-di-tubuh-babi/a-19309011 pada tanggal 30 Maret 2018 pukul 06.30 WIB.

[3] Lusia. 2014. Mengapa Babi Jadi Hewan Penting dalam Riset Kedokteran?. Diakses melalui https://health.kompas.com/read/2014/05/10/1114226/Mengapa.Babi.Jadi.Hewan.Penting.dalam.Riset.Kedokteran pada tanggal 30 Maret 2018 pukul 06.40 WIB.

[4] Lutfi. 2016. Tak Lama Lagi Jantung Babi Bisa di Transplantasikan pada Manusia. Diakses melalui http://nationalgeographic.co.id/berita/2016/04/tak-lama-lagi-jantung-babi-bisa-ditransplantasikan-pada-manusia pada tanggal 30 Maret 2018 pukul 06.44 WIB.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Yuk Gabung di Komunitas Warung Sains Teknologi!

Ingin terus meningkatkan wawasan Anda terkait perkembangan dunia Sains dan Teknologi? Gabung dengan saluran WhatsApp Warung Sains Teknologi!

Yuk Gabung!

Di saluran tersebut, Anda akan mendapatkan update terkini Sains dan Teknologi, webinar bermanfaat terkait Sains dan Teknologi, dan berbagai informasi menarik lainnya.