“Kemampuan membaca itu sebuah rahmat. Kegemaran membaca; sebuah kebahagiaan”-Goenawan Mohamad
Berdasarkan studi Most Littered Nation In the World yang dilakukan oleh Central Connecticut State University pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca. Hal ini juga terlihat pada hasil survei lembaga internasional yang bergerak dalam bidang pendidikan, United Nation Education Society and Cultural Organization (UNESCO) pada tahun 2012, minat baca penduduk Indonesia adalah sebesar 0,001. Artinya Hanya 1 dari 1000 orang di Indonesia yang memiliki minat baca serius.
Berbagai kebijakan pemerintah mulai diterapkan untuk mengatasi hal tersebut, diantaranya dengan pendirian perpustakaan, taman baca masyarakat, dsb. Selain itu, banyak pemuda yang mulai giat mendirikan komunitas-komunitas taman baca guna berkontribusi dalam kemajuan bangsa, tidak terkecuali dari kalangan mahasiswa. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya proposal PKM (Program Kreatif Mahasiswa) bidang pengabdian masyarakat yang berkaitan dengan komunitas taman baca, beberapa diantaranya berhasil mendapatkan dana hibah dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia (Kemenristekdikti RI).
Namun saat ini, permasalahannya bukan hanya sebatas minat baca masyarakat. Perolehan anak-anak Indonesia tentang Reading Competention dalam PISA (Performance for International Student Assessment) selama beberapa periode (tahun 2000, 2003, 2006, 2009, 2012) menunjukkan bahwa tren tidak menunjukkan peningkatan/penurunan signifikan. Malah cenderung stagnan pada nilai kinerja rendah.
Begitu pula hasil pemetaan oleh TMSS dan PIRLS 2011 dengan kedudukan Indonesia diposisi 41 dari 45 negara untuk kompetensi membaca.
Fakta di atas menunjukkan bahwa, sebagian besar masyarakat Indonesia hanya “sekedar membaca”. Apabila seseorang mendengar sekilas tentang istilah “sekedar membaca”, terbayang bentuk kegiatan sederhana, santai dan sangat mudah dilakukan oleh siapa-pun. Namun sebenarnya tidaklah demikian, membaca adalah proses kognitif yang kompleks, dan banyak faktor yang terlibat dalam aktivitas tersebut. Membaca adalah proses pengolahan informasi yang masuk lewat visual maupun non visual [1], yang didukung oleh model dan struktur mental yang dimiliki pembaca [2], serta kompleksitas pemikiran yang memadai [3]. Berdasarkan konsep tersebut, pemahaman membaca akan terjadi apabila informasi yang dimasukkan dapat bergabung dengan struktur kognitif pembaca. Hal ini ditambah informasi yang digabungkan dapat saling berasosiasi dengan pengetahuan awal (prior knowledge) yang dimiliki pembaca. Oleh karena itu membaca yang benar bukan sekedar membaca, tetapi terampil membaca. Terampil membaca tentu berbanding lurus dengan kompetensi membaca. Semakin terampil seseorang dalam membaca maka semakin tinggi tingkat kompetensinya.
Menilik upaya-upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan minat baca masyarakat. Banyaknya taman baca yang telah didirikan dan tersebar diseluruh Indonesia dapat diotimalkan untuk meningkatkan kompetensi membaca masyarakat Indonesia. Salah satu caranya dengan menerapkan strategi membaca teliti. Strategi membaca teliti ada banyak macamnya, namun yang akan dipaparkan dalam artikel ini adalah gagasan Francis P. Robinson yang dikenal dengan istilah teknik SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, and Review).
Gambar 3. Teknik SQ3R (Sumber gambar: https://id.pinterest.com/pin/125326802108752672/)
Langkah-langkah teknik membaca SQ3R [4] ini sebagai berikut.
1. Survey
Pada langkah yang pertama ini, dilakukan penelaahan sepintas terhadap seluruh struktur teks. Tujuannya adalah untuk mengetahui panjangnya teks, judul bagian (heading), judul subbagian (sub-heading), istilah, kata kunci, kalimat kunci, dan hal-hal lainnya yang dianggap penting dalam suatu tulisan, sehingga diperoleh gambaran yang bersifat umum dari isi yang terkandung dalam buku atau teks. Dalam melakukan survey, dianjurkan menyiapkan pensil, kertas, dan penanda seperti stabilo (berwarna kuning, hijau dan sebagainya) untuk menandai bagian-bagian tertentu. Bagian-bagian penting akan dijadikan sebagai bahan pertanyaan yang memudahkan proses penyusunan daftar pertanyaan yang akan dilakukan pada langkah kedua.
2. Question
Langkah kedua adalah menyusun pertanyaan-pertanyaan yang jelas, singkat, dan revelan dengan bagian-bagian teks yang telah ditandai pada langkah pertama. Jumlah pertanyaan bergantung pada panjang-pendeknya teks, dan kemampuan dalam memahami teks yang sedang dipelajari. Jika teks yang sedang dipelajari berisi hal-hal yang sebelumnya sudah diketahui, mungkin hanya perlu membuat beberapa pertanyaan. Sebaliknya, apabila latar belakang pengetahuan tidak berhubungan dengan isi teks, maka perlu menyusun pertanyaan sebanyak-banyaknya.
3. Read
Langkah ketiga adalah membaca secara aktif dalam rangka mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusun. Dalam hal ini, membaca secara aktif juga berarti membaca yang difokuskan pada paragraf-paragraf yang diperkirakan mengandung jawaban-jawaban yang diperkirakan relevan dengan pertanyaan yang telah disusun pada langkah kedua.
4. Recite
Langkah keempat adalah menyebutkan atau menceritakan kembali jawaban-jawaban atas pertanyaan yang telah tersusun. Sedapat mungkin diupayakan tanpa membuka catatan jawaban sebagaimana telah dituliskan dalam langkah ketiga. Jika sebuah pertanyaan tidak terjawab, diusahakan tetap terus melanjutkan untuk menjawab pertanyaan berikutnya. Demikian seterusnya, hingga seluruh pertanyaan, termasuk yang belum terjawab, dapat diselesaikan dengan baik.
5. Review
Pada langkah terakhir dilakukan peninjauan ulang atas seluruh pertanyaan dan jawaban sehingga diperoleh sebuah kesimpulan yang singkat, tetapi dapat menggambarkan seluruh jawaban atas pertanyaan yang telah diajukan.
Kelima langkah di atas diharapkan dapat diterapkan dan disosialisasikan melalui komunitas/taman baca diberbagai daerah di Indonesia. Untuk itu kami sediakan lembar kerja yang dapat diunduh (di sini) untuk memudahkan dalam implementasi teknik membaca yang telah dipaparkan di atas. Kami tunggu sharing hasil implementasinya di kolom komentar. ^_^
Baca juga, https://warstek.com/2017/12/11/cintasains/
Referensi:
- Schmitt, M. (1990). A questionnaire to measure children’s awareness of strategic reading process. The Reading Teacher, 49, 454–461.
- Rosenshine, B., & Meister, C. (1994). Reciprocal Teaching: A review of the research. Review of Educational Research, 64, 479–530.
- Pemfrey, A. J. (1997). Meassuring Reading Abilities; Concepts,Sources and Apli-cation. London: Hacder and Stoughton
- https://en.wikipedia.org/wiki/SQ3R diakses pada 13 Desember 2017
Sy sdh lama ingin mendapatkan referensi2 hanya sekedar ingin membangkitkan cara membaca/memahami teks peserta didik melalui kemampuan bertanya lebih dulu. Semoga selanjutnya sy mendapatkan pencerahan lebih lanjut.
Dalam artikel itu sudah disediakan lembar kerja sederhana yg dapat menuntun peserta didik memahami teks/bacaan, menggunakan teknik SQ3R (Survey, Question, Read, Recite and Review”. Kemampuan bertanya bisa ditingkatkan melalui pembiasaan saat mengisi lembar kerja pada tahapan “Question”. 🙂
begitukah penadapat anda http://www.hackpokerv.com/