Bahan Baku Tabir Surya yang Lebih Efektif Terinspirasi dari Mikroorganisme Laut

Aktivitas di luar rumah dapat menyebabkan kulit terkena radiasi ultraviolet (UV) akibat paparan sinar matahari. Radiasi UV terdiri dari UV A […]

blank

Aktivitas di luar rumah dapat menyebabkan kulit terkena radiasi ultraviolet (UV) akibat paparan sinar matahari. Radiasi UV terdiri dari UV A (panjang gelombang 315-400 nm) dan UV B (280-315 nm)1. Paparan sinar UV A dapat mengakibatkan terjadinya penuaan dini pada kulit, sedangkan UV B merupakan penyebab utama kulit terbakar akibat sengatan matahari. Selain itu, radiasi UV B yang terlalu tinggi juga dapat meningkatkan risiko kanker kulit (melanoma)2. Oleh karena itu, penggunaan tabir surya sangat penting ketika beraktivitas di luar ruangan.

blank
Gambar 1. Luka pada penderita melanoma akibat terkena radiasi UV B yang terlalu tinggi3

Memakai tabir surya yang didesain untuk meminimalisir radiasi sinar UV A dan UV B pada kulit merupakan upaya yang efektif untuk menekan efek samping paparan sinar matahari. Akan tetapi beberapa bahan baku tabir surya komersial belum sepenuhnya memenuhi aspek penting tabir surya yang ideal, misalnya senyawa kimia avobenzone yang memproteksi kulit dari radiasi UV A. Senyawa tersebut membutuhkan bahan aditif untuk menjaga kestabilan (photostabilizer) tabir surya, sehingga tanpa adanya aditif maka efektivitas avobenzone akan berkurang. Paraamino benzoic acid (PABA) yang juga merupakan bahan baku tabir surya sudah sangat jarang digunakan karena dapat mengakibatkan alergi dan iritasi pada kulit4.

blank
Gambar 2. a) Struktur dasar Mycosporine-Like Amino Acid (MMA); b) Kandidat baru bahan baku tabir surya yang terinspirasi dari sifat dan struktur MMA1

Tabir surya ideal seharusnya memiliki rentang absorpsi UV yang luas (menyerap UV A dan UV B), aman, dan stabil. Salah satu kelompok senyawa yang terdapat pada mikroorganisme laut adalah Mycosporine-Like Amino Acid (MMA). MMA dilaporkan berpotensi sebagai tabir surya ideal. MMA merupakan senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang hidup di perairan dangkal seperti sianobakteri, fungi, serta mikroalgae sebagai bentuk perlindungan terhadap radiasi sinar matahari. Senyawa ini terdiri dari dua struktur dasar yaitu cyclohexenone dan cyclohexenimine.

MMA memiliki berat molekul rendah, dapat larut dalam air, stabil (secara termal dan fotokimia), non-flouresens, serta memiliki rentang absorpsi yang luas (310-360 nm). Hal ini menginspirasi Diego Sampedro dan tim dari La Rioja University untuk mendesain bahan baku baru tabir surya. Sampedro dan tim melakukan sintesis beberapa turunan MMA. Melalui beberapa tahapan uji, diperoleh sebuah kandidat baru tabir surya yang terdiri dari campuran 10% senyawa b (Gambar 2), 10% octinoxate, dan 5% avobenzone dengan nilai SPF (Sun Protection Factor) 72,8 ± 10,8 dan UVA-PF (23,0 ± 1,3). Sebagai perbandingan, campuran 10% octinoxate dan 5% avobenzone yang merupakan bahan baku tabir surya komersial memiliki nilai SPF 28,6 ± 4,5 dan UVA-PF 11,7 ± 1,1. Kandidat tabir surya yang terinspirasi dari MMA ini juga menunjukkan mekanisme proteksi radiasi sinar UV yang berbeda1. Secara umum, mekanisme kerja tabir surya digolongkan menjadi dua, secara kimia (penyerapan sinar matahari) dan secara fisika (memantulkan cahaya sinar matahari).

blank
Gambar 3. Ilustrasi mekanisme proteksi kandidat baru bahan baku tabir surya1

Selain dapat meningkatkan nilai SPF dalam formulasi tabir surya, senyawa ini juga berpotensi untuk dikomersialkan karena jalur sintesisnya yang cukup mudah. Dengan keunggulan tersebut, maka senyawa turunan MMA dapat menjadi kandidat baru tabir surya yang prospektif dan menjanjikan. Meski demikian, uji lebih lanjut masih perlu dilakukan untuk memastikan keamanan dan efektivitas tabir surya ini jika diaplikasikan pada kulit.

Baca juga: Ringkasan Hasil Penelitian Terbaik Pada Bulan Desember 2017 – Januari 2018

Referensi:

  1. Losantos, R., Funes-Ardioz, I., Aguilera, J., Herrera-Ceballos, E., Garcia, Iriepa, C., Campos, P.J., Sampedro, D. 2017. Rational design and synthesis of efficient sunscreens to boost the solar protection factor. Ange. Chem. Int. Ed., 56, 1-5.
  2. http://www.alodokter.com/sedia-tabir-surya-sebelum-beraktivitas-di-luar-ruangan (Diakses pada 20 Januari 2018).
  3. https://www.aad.org/public/diseases/skin-cancer/melanoma (Diakses pada 25 Januari 2018)
  4. Drahl, C. (1 Februari 2017). Nature is the inspiration for this new crop of sunscreen candidates. www.forbes.com (Diakses pada 20 Januari 2018).

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


Yuk Gabung di Komunitas Warung Sains Teknologi!

Ingin terus meningkatkan wawasan Anda terkait perkembangan dunia Sains dan Teknologi? Gabung dengan saluran WhatsApp Warung Sains Teknologi!

Yuk Gabung!

Di saluran tersebut, Anda akan mendapatkan update terkini Sains dan Teknologi, webinar bermanfaat terkait Sains dan Teknologi, dan berbagai informasi menarik lainnya.