Asteroid adalah objek kecil yang mengorbit Matahari, terutama di antara planet-planet di Tata Surya. Umumnya terdiri dari batuan, logam, dan bahan-bahan lainnya, asteroid dapat bervariasi ukuran dari beberapa meter hingga ratusan kilometer. Asteroid disebut juga planet minor atau planetoid.
Asteroid berbeda dengan komet dari penampakan visualnya. Komet menampakkan koma (“ekor”) sementara asteroid tidak. Istilah ini secara historis ditujukan untuk semua objek astronomis yang mengelilingi matahari dan setelah diobservasi tidak memiliki karakteristik komet aktif.
Ada jutaan asteroid, yang menurut pemikiran banyak orang adalah sisa-sisa kehancuran planetisimal, material di dalam solar nebula matahari muda yang tidak pernah tumbuh besar untuk menjadi planet. Mayoritas asteroid yang telah mengorbit pada sabuk asteroid di antara orbit Mars dan Jupiter atau berbagi orbit dengan Jupiter (Asteroid Troya Jupiter). Tetapi, terdapat keluarga orbit lainnya dengan populasi signifikan, termasuk asteroid dekat-Bumi.
Asteroid individual diklasifikasikan berdasarkan karakteristik spektrum emisi mereka, dengan mayoritas terbagi menjadi tiga kelompok utama: tipe-C, tipe-M, dan tipe-S. Kelompok ini diberi nama dan umumnya diidentifikasi dari komposisi karbon, logam, dan silikat. Hanya satu asteroid, 4 Vesta, yang memiliki permukaan relatif reflektif, secara normal dapat dilihat dengan mata telanjang dan ini hanya pada langit yang sangat gelap dan posisinya memungkinkan. Asteroid-asteroid kecil yang melintas dekat dengan bumi jarang dapat dilihat dengan mata telanjang dalam waktu yang singkat.
Bahaya asteroid mengenai Bumi melibatkan potensi tabrakan, yang dapat menyebabkan dampak besar dan merusak. Asteroid yang cukup besar dapat menimbulkan kerusakan serius, bahkan mengancam kehidupan. Untuk mengurangi risiko ini, ilmuwan dan lembaga antariksa, seperti NASA, secara aktif memantau dan mempelajari asteroid-asteroid yang berpotensi mendekati Bumi. Upaya pencegahan dan mitigasi juga sedang dijajaki untuk mengurangi risiko tabrakan potensial di masa depan.
NASA mengirim sampel asteroid Bennu untuk diteliti di London, Inggris. Asteroid ini dikenal sebagai yang paling berpotensi menabrak Bumi pada 300 tahun ke depan. NASA telah mengambil sampelnya dengan pesawat langsung di asteroid itu dan beberapa waktu lalu sudah kembali ke Bumi. Para ilmuwan di Natural History Museum, London, menyatakan antusiasme mereka untuk menginvestigasi sesendok teh sampel asteroid Bennu tersebut. Mereka akan mengulik butiran luar angkasa itu dan melalui berbagai macam eksperimen dan tes, berharap mendapatkan pencerahan tentang bagaimana asteroid-asteroid terbentuk, material apa yang terkandung, dan apakah berperan dalam pembentukan kehidupan di Bumi.
“Kami begitu beruntung. Kami adalah orang pertama yang menyentuh sampel Bennu. Dan di museum ini, kami memiliki tim ilmuwan yang sedang memulai penelitian atas sampel-sampel ini, untuk kemudian memahami komposisi kimia dan mineraloginya,” ujar Dr. Ashley King, ilmuwan meteorit di Natural History Museum sekaligus bagian dari tim ilmuwan yang meneliti sampel Bennu.Yang paling menarik dari Bennu adalah kepercayaan bahwa asteroid sepanjang 500 m ini mengandung material yang berperan dalam penciptaan Bumi. Material ini berupa air dan besi, yang juga dipercaya berasal dari proses penciptaan sistem tata surya kita sejak 4,56 miliar tahun lalu. Sementara itu, asteroid Bennu terbentuk di cakram protoplanet yang mengorbit matahari muda, mirip dengan cincin Saturnus.”
Ini semacam sisa bangunan sistem tata surya kita. Saat kita berpikir tentang bagaimana Bumi tercipta, kita langsung memikirkan Bennu sebagai pemilik resepnya. Untuk itu, kami ingin mengulik sejarah Bennu, mempelajari asal mula sistem tata surya kita, dan kemudian sejarah Bumi kita,” Ashley menjelaskan, Rabu (29/11/2023).
Aspek menarik lainnya dari mempelajari sampel Bennu adalah fakta bahwa ia belum ternodai atmosfer Bumi. Di saat sebuah asteroid memasuki atmosfer planet ini, maka panas ekstrem yang mengenainya akan merubah wujudnya secara permanen. Begitu pula dengan kelembaban dari permukaan Bumi yang akan merubah kandungan kimia batu luar angkasa tersebut. Menimbang kedua faktor itu, maka sebenarnya mustahil untuk bisa mengulik fakta semua asteroid yang menabrak Bumi.
“Jadi, Bumi masih berupa planet kering saat dibentuk dan kami berpikir bahwa air yang ada di Bumi bersumber dari luar angkasa, yang kemudian mengantarkan pada evolusi Bumi. Kami berpikir Bennu cocok dengan tipe asteroid yang mengantarkan air ke Bumi,” ujar Dr. Helena Bates, ilmuwan di Natural History Museum. Tim, yang terdiri dari ratusan ilmuwan di seluruh dunia, sekarang berfokus pada eksekusi rencana penelitian yang sudah dirancang bertahun-tahun sebelum kedatangan sampel Bennu. Harapannya, mereka akan bisa mengungkap resep pembentukan Bumi hingga menjadi planet yang kini kita kenal.
REFERENSI:
Carrie R. Nugent, Richard P. Binzel. 2014. Asteroid Composition: Connecting the Dots Between Telescopic Observations and Meteorite Samples. Annual Review of Earth and Planetary Sciences.
Patrick Michel dan Francesca E. DeMeo. 2018. Introduction to Asteroids: The Next Frontier. Springer
Pitjeva, E. V. 2005. “High-Precision Ephemerides of Planets – EPM and Determination of Some Astronomical Constants“. Solar System Research. 39: 176.
Alumni S1 Fisika Teori Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Penulis di: Dandelion Publisher, Guepedia Publisher, Fisika Teori UIN Maliki Malang, dan warstek.com
Admin Website cariaku.com
Niceeeee, terima kasih atas ilmunya
Sama-sama kak