Seumur hidup, pasti kita pernah pakai pensil, entah itu untuk menulis, menggambar, ataupun sekadar corat-coret. Pernah nggak sih, kalian kepikiran gimana caranya karbon pada pensil bisa nempel di permukaan kertas? Terus, gimana sih cara kerja penghapus? Sebelum kita bahas penghapusnya, ada baiknya kita bahas dulu nih pensilnya.
Pensil dan Sejarahnya
Banyak orang percaya kalau pensil terbuat dari timah. Emang bener ya? Hmm.. itu tidak sepenuhnya benar. Zaman dahulu, juru tulis Romawi nulis di atas papirus (sejenis tanaman air yang dikenal sebagai bahan untuk membuat kertas pada zaman kuno) pake batang tipis yang terbuat dari timah yang disebut stylus. Timah itu logam yang bersifat lunak, maka stylus meninggalkan cahaya sehingga membuat tanda bisa terbaca. Pada tahun 1564, sejumlah besar karbon (grafit) kemudian ditemukan di Inggris.
Kisah penemuan grafit untuk digunakan sebagai pensil cukup menarik. Selama akhir abad pertengahan, di sebuah desa bernama Borrowdale, di Inggris, sekelompok penduduk setempat melihat beberapa pohon tumbang. Setelah menyelidiki lebih lanjut, mereka menemukan materi dengan warna gelap yang aneh di bawahnya. Mereka mulai mengutak-atiknya dan menemukan bahwa gumpalan bahan padat gelap ini cenderung meninggalkan bekas. Bahan aneh ini adalah grafit. Salah satu anggota kelompok ini punya gagasan kalau zat padat dengan warna gelap itu bisa dipakai untuk menandai domba-domba mereka, sehingga mereka bisa segera mengenali domba masing-masing. Penemuan oleh penduduk lokal yang penasaran ini kemudian membuka jalan bagi pensil modern yang masih digunakan sampai sekarang.
Tapi, bukankah aneh jika sesuatu yang padat, seperti grafit, meninggalkan warnanya? Jawabannya terletak pada sifat fisik grafit. Grafit terbuat dari lembaran lapisan karbon yang menumpuk dan menyatu berkat ikatan atom yang lemah. Ketika kita menggunakannya sebagai pensil, lembaran karbon dari pensil silinder akan terkelupas dan menempel pada serat-serat kertas tempat kita menulis.
Setelah orang-orang mulai menggunakan grafit untuk menandai atau menulis sesuatu, mereka menyadari bahwa berurusan dengan grafit secara langsung agak berantakan. Menggunakan grafit mentah akan menodai pakaian seseorang dan membuat tangan kita kotor. Selanjutnya, mereka mendapatkan ide untuk menajamkan salah satu ujung blok grafit dan menutupi lempengan grafit, sehingga hanya ujungnya yang terbuka.
Pada akhir abad kedelapan belas, seorang perwira di pasukan Napoleon datang dengan desain yang lebih canggih untuk pensil kayu yang kita lihat sekarang. Dia memanggang campuran air, tanah liat, dan grafit pada suhu sekitar 1900oF dan kemudian membiarkan campuran tersebut menjadi dingin. Kemudian dia membungkus campuran ini dalam penutup kayu berbentuk silinder panjang. Beginilah cara pensil kayu muncul. Untuk mendapatkan nuansa pensil yang bisa kita lihat sampai sekarang, kita bisa mengubah komposisi grafit yang kita pakai saat membuat pensil. Misal, saat kita menambah jumlah tanah liat, bayangan pensil menjadi lebih terang, sedangkan jika kita meningkatkan proporsi grafit, bayangan menjadi lebih gelap.
Apa sih keunggulan grafit dibanding timah? Kenapa orang-orang malah hijrah ke grafit bukannya tetap menggunakan timah? Keunggulan grafit ini terletak pada sifatnya yang tidak beracun.
Penghapus, Sejarah, Komposisi dan Cara kerjanya
Dengan menggunakan pensil, kita dapat menulis sekitar 45.000 kata atau menggambar garis sepanjang kira-kira 35 mil sebelum habis. Jika kita mau menguji perkiraan ini dengan menulis cerita 45.000 kata dengan satu pensil, kemungkinan besar kita akan membuat beberapa kesalahan. Berbuat salah adalah manusiawi, jadi adalah hal yang baik jika kita dapat memperbaiki kesalahan kita tanpa meninggalkan bukti kesalahan, asalkan kita punya penghapus, tentu saja!
Penghapus memiliki cerita menarik di balik penemuannya. Ketika manusia sebelumnya menggunakan pensil dalam bentuk grafit berlapis kain, mereka juga menemukan bahwa roti basah dapat menghapus bekas pensil. Jadi, dahulu penghapus terbuat dari sepotong roti yang sedikit basah. Namun, semua mulai berubah pada abad ke delapan belas, setelah penemuan tidak sengaja insinyur Inggris, Edward Nairne. Nairne secara tidak sengaja mengambil beberapa karet alih-alih remah roti, dan yang mengejutkannya, karet itu menghilangkan jejak pensil! Dia cukup pintar untuk menyadari potensi bisnis menggunakan penghapus karet, karena menghapus menggunakan roti benar-benar merupakan proses yang “tidak enak”. Dia mulai menjual penghapus karet alam (yang terbuat dari lateks) untuk beberapa shilling, yang merupakan harga yang sangat tinggi pada waktu itu.
Meskipun penghapus karet alam bekerja dengan baik, harganya mahal untuk diproduksi. Selain itu, banyak orang yang alergi terhadap penghapus karet alam ini. Secara bertahap, karet sintetis berbasis minyak bumi yang lebih murah digunakan untuk membuat penghapus. Sebagian besar penghapus karet yang Anda lihat sekarang terbuat dari karet sintetis.
Penghapus terbuat dari 1) karet, 2) vegetable oil (supaya penghapusnya halus, jadi ketika menghapus, kertas tidak sobek), 3) zat-zat abrasif (untuk menggerus grafit yang menempel di permukaan kertas), dan sulfur supaya karetnya tahan lama. Jadi, udah tahu kan komposisi dari penghapus?
Saat kita nulis, grafit dari pensil yang kita pakai bakalan menempel di permukaan kertas, dengan kata lain, grafit dan permukaan kertas itu saling mengikat. Gimana cara memutuskan ikatannya? Pakai penghapus dong. Nah, gimana cara penghapus memutus ikatan antara grafit dengan permukaan kertas?
Jadi gini, cara kerja penghapus itu sebenarnya berdasar pada prinsip umum yang selalu kita alami di kehidupan sehari-hari, yaitu gesekan. Saat kita menghapus, zat abrasif dari penghapus itu menggerus grafit di permukaan kertas. Gesekan antara permukaan kertas dengan penghapus menghasilkan panas nih, nah, karet yang panas ini bakalan nangkap grafit-grafit yang lepas tadi. Makanya, habis menghapus, pasti bakalan ada residunya. Iya kan? Nggak percaya? Coba deh kalian gosokin penghapus di permukaan kulit kalian, panas nggak?
[Sumber]
[1] Bisakimia.com diakses pada 2 Juli 2021.
[2] Scienceabc.com diakses pada 2 Juli 2021.