Sudah Pernah Dengar Pesut Mahakam? Ini Kondisinya Saat Ini

Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris), salah satu subspesies dari lumba-lumba air tawar Irrawaddy, menghadapi ancaman serius terhadap kelangsungan hidupnya. Spesies ini […]

pesut di sungai mahakam

Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris), salah satu subspesies dari lumba-lumba air tawar Irrawaddy, menghadapi ancaman serius terhadap kelangsungan hidupnya. Spesies ini dapat ditemukan di Sungai Mahakam, Kalimantan, Indonesia, serta di sungai lain seperti Ayeyarwady di Myanmar dan Mekong di Kamboja. Dengan populasi yang diperkirakan hanya sekitar 200 individu, status konservasi pesut Mahakam tergolong sebagai spesies yang terancam punah menurut IUCN Red List.

Ancaman Terhadap Pesut Mahakam

Keberadaan Pesut Mahakam menghadapi berbagai ancaman yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Salah satu ancaman utama adalah penangkapan ikan yang tidak berkelanjutan, terutama penggunaan jaring insang dan praktik penangkapan ikan ilegal seperti elektrofishing. Banyak pesut yang mati akibat terjerat dalam jaring-jaring ini, meskipun mereka tidak menjadi target utama perikanan.

Selain itu, pembangunan bendungan di hulu sungai telah menyebabkan degradasi habitat yang signifikan. Bendungan ini mengurangi aliran air secara drastis, yang berdampak pada ekosistem sungai dan ketersediaan makanan bagi pesut. Polusi dari perkebunan kelapa sawit dan tambang batubara di Indonesia juga berkontribusi pada penurunan kualitas air, yang mengancam kesehatan pesut Mahakam. Faktor lain seperti penggunaan merkuri dari tambang emas dan aktivitas pengerukan sungai semakin memperburuk kondisi habitat mereka.

Upaya Konservasi oleh WWF dan Pihak Terkait

Untuk mengatasi ancaman ini, WWF telah mengambil berbagai langkah strategis dalam upaya konservasi pesut Mahakam. Beberapa inisiatif yang telah dilakukan antara lain:

  1. Penelitian dan Pemantauan: WWF bekerja sama dengan komunitas lokal untuk melakukan penelitian terhadap angka kematian, populasi, dan ekologi pesut Mahakam. Pemantauan ini dilakukan dengan bantuan petugas sungai yang bertugas untuk melacak pergerakan dan kondisi pesut serta memastikan praktik perikanan yang berkelanjutan.
  2. Pengelolaan Perikanan Berkelanjutan: Pembentukan zona pengelolaan perikanan berbasis komunitas bertujuan untuk mencegah tangkapan pesut secara tidak sengaja serta meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya praktik perikanan yang berkelanjutan.
  3. Peningkatan Kesadaran Masyarakat: WWF juga menjalankan program edukasi dan kesadaran lingkungan di komunitas sekitar Sungai Mahakam. Program ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya menjaga habitat pesut dan dampak negatif dari aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan.
  4. Kolaborasi dengan Industri dan Pemerintah: WWF bekerja sama dengan sektor industri dan pemerintah untuk mengubah praktik bisnis yang merugikan lingkungan, serta mendorong kebijakan konservasi yang lebih ketat untuk melindungi habitat pesut Mahakam.
  5. Deklarasi Global untuk Perlindungan Lumba-Lumba Sungai: Sebagai bagian dari upaya konservasi global, WWF berupaya untuk mendorong pengesahan Deklarasi Global untuk Lumba-Lumba Sungai pada tahun 2023, yang bertujuan untuk meningkatkan perlindungan di seluruh dunia bagi spesies ini.

Baca juga: https://warstek.com/kelangkaan-air/

Desa Wisata Pela sebagai Tempat Konservasi Pesut Mahakam

Desa Pela, yang terletak di tepi anak Sungai Mahakam dan di ujung mulut Danau Semayang, merupakan daerah perlintasan pesut. Pada tahun 2019, berdasarkan keputusan Bupati Kutai Kartanegara, Desa Pela ditetapkan sebagai desa wisata dengan daya tarik wisata danau dan ekosistem pesut. Pengembangan dan pengelolaan Desa Wisata Pela dilakukan oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Bekayuh Baumbai Babudaya.

Inisiatif ini bermula dari keprihatinan warga setempat yang sering menemukan pesut terjerat jaring nelayan dan mati membusuk. Mereka kemudian mencari cara untuk menjaga keberadaan pesut tanpa mengganggu aktivitas nelayan. Akhirnya, warga sepakat untuk membangun desa wisata dengan fokus pada konservasi sungai dan vegetasi di sekitarnya. Dengan demikian, keberadaan pesut di Sungai Pela diharapkan dapat terjaga sehingga menjadi daya tarik bagi wisatawan.

Pokdarwis juga berupaya mencegah penangkapan liar yang menjadi ancaman utama keberadaan pesut di Desa Pela. Pada tahun 2018, mereka membuat peraturan desa yang melarang penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan seperti bom, setrum, dan racun. Selain itu, Pokdarwis Bekayuh Baumbai Babudaya gencar mengampanyekan Rancangan Peraturan Daerah Konservasi Perairan Habitat Pesut Mahakam yang masih belum disahkan sejak tahun 2022.

Konservasi pesut juga dilakukan melalui kolaborasi dengan berbagai pihak. Program Konservasi Endemik (Komik) Pesut Mahakam, misalnya, dibangun atas kerja sama dengan PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM), Pemerintah Desa, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kutai Kartanegara, dan Yayasan RASI. Lewat program ini, rengge nelayan dipasangi pinger akustik, yaitu alat yang dapat mengeluarkan sonar dengan frekuensi yang dapat ditangkap pesut Mahakam sehingga hewan tersebut dapat menghindari area sekitar jaring nelayan. Program kerja sama ini juga memberdayakan masyarakat lokal untuk menumbuhkan kegiatan wisatanya seperti dengan mendirikan museum nelayan dan memasang papan informasi di area konservasi. Sementara lewat Pemerintah Kutai Kartanegara, Desa Pela mendapat dukungan finansial untuk meningkatkan fasilitas dan infrastruktur guna meningkatkan kunjungan wisatawan.

Sumber: greennetwork.id

Pengembangan Desa Wisata Pela menghasilkan berbagai dampak positif. Selain terjaganya habitat dan berkurangnya tingkat kematian pesut, warga lokal yang menjadi pelaku utama wisata mendapat manfaat ekonomi berupa peningkatan pendapatan. Pada tahun 2024, Ketua Pokdarwis Bekayuh Baumbai Babudaya, Alimi, menerima penghargaan Kalpataru 2024 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk kategori Penyelamat Lingkungan. Selain itu, pengembangan desa wisata juga menjadi cara untuk mempertahankan kebudayaan asli milik Desa Pela.

Tantangan dan Harapan di Masa Depan

Meskipun berbagai upaya telah dilakukan, tantangan besar masih dihadapi dalam upaya penyelamatan pesut Mahakam. Tingginya tekanan dari aktivitas industri dan pertanian di sekitar habitat mereka memerlukan pendekatan yang lebih komprehensif dan kolaborasi dari berbagai pihak. Selain itu, penegakan hukum terhadap praktik perikanan ilegal masih menjadi kendala utama dalam pelestarian spesies ini.

Namun, dengan keterlibatan masyarakat, dukungan dari komunitas internasional, dan implementasi strategi konservasi yang efektif, ada harapan bahwa populasi pesut Mahakam dapat dipulihkan dan terus bertahan di habitat aslinya. Peran aktif semua pihak, dari masyarakat lokal hingga pemangku kepentingan global, sangat diperlukan untuk menjamin masa depan spesies ini di perairan Indonesia.

Referensi

WWF. 2023. IRRAWADDY RIVER DOLPHIN. Diakses pada 21 Januari 2025 dari https://wwfint.awsassets.panda.org/downloads/5-irrawaddy_riverdolphins_2023_1.pdf

Khairunisa, S. 2024. Bagaimana Desa Wisata Pela Lindungi Keberadaan Pesut Mahakam. Diakses pada 21 Januari 2025 dari https://greennetwork.id/kabar/bagaimana-desa-wisata-pela-lindungi-keberadaan-pesut-mahakam/

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top