Merawat Kehidupan Baru: Peran Edukasi dalam Kemandirian Ibu Primipara

Kelahiran seorang bayi adalah momen sakral yang sarat harapan dan kebahagiaan. Namun bagi ibu primipara—yakni wanita yang baru pertama kali […]

Kelahiran seorang bayi adalah momen sakral yang sarat harapan dan kebahagiaan. Namun bagi ibu primipara—yakni wanita yang baru pertama kali melahirkan—transisi menuju peran keibuan seringkali dibarengi kecemasan dan ketidakpastian. Salah satu tantangan terbesar adalah bagaimana memberikan perawatan yang benar pada bayi baru lahir, terutama dalam rentang usia 0–7 hari yang dikenal sebagai masa neonatal awal. Di sinilah peran edukasi kesehatan menjadi vital.

Menurut studi yang dilakukan oleh tim dosen STIKes Syedza Saintika, banyak ibu muda yang belum memahami tata cara perawatan bayi secara menyeluruh—mulai dari perawatan tali pusat, cara memandikan, menyusui dengan benar, hingga menjaga kebersihan tubuh dan pakaian bayi. Padahal, kelalaian dalam aspek-aspek tersebut berisiko menyebabkan infeksi, hipotermia, bahkan kematian neonatal.

Menyasar Kebutuhan Nyata: Lokasi dan Sasaran

Program edukasi yang dilaksanakan ini berlokasi di Kelurahan Kubu Dalam Parak Karakah, Kota Padang—wilayah yang tergolong padat penduduk dan masih memiliki kesenjangan pengetahuan kesehatan ibu dan anak. Delapan ibu primipara menjadi peserta kegiatan. Mereka memiliki latar belakang pendidikan dan sosial ekonomi yang bervariasi, namun rata-rata belum pernah mendapatkan pembekalan khusus terkait perawatan bayi pascamelahirkan.

Metode Partisipatif dan Humanistik

Edukasi dilakukan dengan pendekatan partisipatif, tidak semata menyampaikan materi, tetapi juga melibatkan peserta dalam praktik langsung. Rangkaian kegiatan dimulai dengan pre-test untuk mengukur sejauh mana pemahaman peserta mengenai perawatan bayi. Materi disampaikan melalui ceramah interaktif, presentasi dengan media PowerPoint, dan pembagian buku saku.

Yang menarik, program ini tidak berhenti pada aspek teoritis. Ibu-ibu diajak melakukan praktik merawat bayi menggunakan alat bantu boneka simulasi dan peralatan bayi. Pendampingan dilakukan selama dua minggu oleh kader kesehatan, yang juga berfungsi sebagai mentor bagi para ibu. Setelahnya, dilakukan post-test untuk menilai peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap.

Baca juga: https://warstek.com/berita-hoaks/

Perubahan Nyata: Dari Takut Menjadi Terampil

Hasilnya sangat menggembirakan. Jika sebelumnya 62,5% peserta merasa tidak percaya diri dan tidak tahu bagaimana cara merawat bayinya, maka setelah edukasi, sebanyak 87,5% telah mampu melakukannya secara mandiri. Semua peserta menunjukkan peningkatan skor pemahaman dan keterampilan dasar seperti cara membersihkan tali pusat, teknik menggendong bayi yang benar, serta tata cara mandi dan mengganti popok dengan higienis.

Lebih dari sekadar angka, transformasi psikologis para ibu terasa sangat kuat. Ibu yang sebelumnya ragu, menjadi lebih yakin dan tenang. Sebagian besar mengungkapkan bahwa mereka merasa “lebih siap menjadi ibu” berkat edukasi tersebut. Bahkan ada peserta yang mengaku sebelumnya takut menyentuh tali pusat bayinya, kini bisa membersihkannya sendiri tanpa rasa cemas.

Mengapa Edukasi Ini Penting?

Menurut berbagai literatur kesehatan ibu dan anak, pengetahuan adalah kunci utama dalam membangun kemandirian ibu. Studi serupa menunjukkan bahwa ibu dengan tingkat pengetahuan tinggi 3 kali lebih mungkin merawat bayinya dengan benar dibandingkan mereka yang tidak pernah mendapatkan edukasi. Selain itu, dukungan dari tenaga kesehatan dan keluarga turut memperkuat motivasi ibu dalam menjalankan perannya.

Edukasi semacam ini juga mampu menjadi alat pencegah jangka panjang atas risiko kesehatan bayi. Infeksi tali pusat yang tidak ditangani dengan benar dapat berujung pada sepsis, sementara mandi dengan air dingin atau teknik yang salah bisa memicu hipotermia. Semua ini dapat dicegah jika ibu dibekali pengetahuan dan keberanian dalam praktik langsung.

Rekomendasi: Menyebarluaskan Dampak

Program ini tidak hanya membuktikan pentingnya edukasi berbasis komunitas, tapi juga menunjukkan bahwa pendekatan yang humanis dan praktis lebih efektif dibandingkan metode konvensional. Oleh karena itu, beberapa rekomendasi dari hasil kegiatan ini meliputi:

  1. Integrasi dalam Posyandu – Edukasi serupa dapat menjadi program rutin pada kegiatan posyandu agar menjangkau lebih banyak ibu.
  2. Pelatihan Kader Kesehatan – Kader di tingkat RT/RW perlu dilatih agar dapat menjadi penghubung antara tenaga kesehatan dan ibu-ibu di masyarakat.
  3. Pemberdayaan Keluarga – Edukasi bukan hanya untuk ibu, tetapi juga ayah dan anggota keluarga lainnya yang menjadi sistem pendukung ibu pasca persalinan.

Penutup: Investasi untuk Generasi Sehat

Edukasi perawatan bayi baru lahir pada ibu primipara bukan hanya tentang mengajarkan teknik, tetapi juga membangun rasa percaya diri dan kesiapan mental seorang ibu. Program seperti ini harus terus dilanjutkan dan direplikasi di berbagai daerah. Karena pada akhirnya, seorang ibu yang teredukasi dengan baik akan melahirkan generasi yang sehat, kuat, dan siap menghadapi masa depan.

Referensi:

Sari, S. P., Siregar, Y., & Zahara, S. (2024). Edukasi Perawatan Bayi Baru Lahir pada Ibu Primipara. Jurnal Abdimas STIKes Syedza Saintika, 6(1). Link Jurnal

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top