Bukan Sekali Dua Kali, Kasus Malapraktik Sunat “Laser” hingga Kemaluan Terputus

Perhatian: Artikel ini berisi gambar kelamin laki-laki dan istilah biologi untuk kemaluan. Pada 30 Agustus 2018, masyarakat Indonesia digegerkan dengan […]

Perhatian: Artikel ini berisi gambar kelamin laki-laki dan istilah biologi untuk kemaluan.

Pada 30 Agustus 2018, masyarakat Indonesia digegerkan dengan kasus putusnya kemaluan seorang bocah di Pekalongan karena disunat mantri menggunakan “laser”[1]. Dampaknya mengerikan, bocah tersebut menjadi kehilangan alat kemaluannya dan menjadi cacat seumur hidup. Beritanya menjadi viral karena berbagai media ramai-ramai mewartakannya [1,2], bahkan media asing juga tidak luput untuk memberitakan [3].

Kejadian malapraktik mantri sunat menggunakan “laser” juga bukan yang pertama kali terjadi, pada tahun 2009 telah terjadi dua kasus, 1 di Padang dan 1 di Pekanbaru [4], tahun 2012 kembali terjadi di Jambi [5]. Malapraktik sunat juga tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan juga terjadi di Malaysia [6] dan Turki [7]. Dari berbagai kasus tersebut, kasus malapraktik sunat “laser” lebih sering terjadi pada sunatan massal [4].

Sebenarnya mengapa malapraktik sunat menggunakan “laser” bisa terjadi dan mengapa dampaknya bisa sangat fatal?

1. Kurangnya pengetahuan (baik masyarakat maupun mantri) tentang sunat “laser”
Sunat “laser” merupakan alternatif terhadap teknik sunat konvensional yang menggunakan pisau bedah. Disebut alternatif karena sunat dengan “laser” dapat mempersingkat waktu pendarahan, mempercepat waktu penyembuhan, mempercepat proses pengerjaan, menawarkan “penampilan” yang lebih baik, dan biayanya yang sama dengan sunat konvensional [8]. Berbagai penelitian ilmiah juga telah membuktikan efektivitas sinar laser untuk sunat, seperti yang dilaporkan oleh artikel jurnal tahun 2016 berjudul “A fast, easy circumcision procedure combining a CO2 laser and cyanoacrylate adhesive: a non-randomized comparative trial” [9].

Namun di masyarakat, sunat “laser” menjadi rancu karena terdapat 2 definisi, yakni sunat menggunakan laser CO2 (karbon dioksida) dan sunat menggunakan kawat (filamen) yang dipanaskan dengan listrik namun diklaim sebagai sunat “laser” [10]. Malapraktik yang selama ini dilaporkan terjadi karena menggunakan definisi yang kedua (oleh karena itulah kata laser memakai tanda petik), padahal metode tersebut dalam dunia medis disebut dengan Electric Cauter atau elektrokauter dan alatnya mirip seperti alat solder, bisa juga disebut sebagai sunat laser bohongan karena tidak ada hubungannya dengan laser yang sesungguhnya.

Alat sunat bernama elektrokauter namun sering disebut sebagai alat sunat “laser” oleh masyarakat, padahal kedua alat tersebut (elektrokauter dan laser) sangatlah berbeda. Sumber: radarjawabarat.com

Secara fisika, definisi pertama dan kedua sangatlah berbeda. Laser adalah singkatan dari Light Amplified by Stimulated Emission of Radiation dan secara sederhananya laser memancarkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu. Menurut fisika, cahaya tidak harus bisa dilihat dengan mata. Sinar ultraviolet, inframerah, dan juga gelombang yang dihasilkan oleh CO2 juga dapat dikategorikan sebagai cahaya.

Pada laser CO2, panjang gelombang cahaya yang dihasilkan adalah 10.6 µm dan hanya dapat dilihat dengan kaca mata khusus (tidak dapat dilihat dengan mata telanjang). Cahaya tersebutlah yang kemudian digunakan untuk mengontrol pendarahan, melakukan pemotongan, dan mengangkat jaringan pada saat sunat. Pada hakikatnya, laser CO2 yang digunakan untuk sunat juga dapat digunakan untuk perawatan kulit, mempercantik wajah, penumbuhan rambut, dan menghilangkan bekas jerawat [11]. Sampai artikel ini dibuat, belum ada laporan adanya malapraktik dari sunat dengan metode laser CO2.

Salah satu alat sunat laser yang sesungguhnya, Coherent UltraPulse CO2 5000C Laser System. Sumber: Medprolaser.com

Sementara itu, pada definisi kedua menggunakan elektrokauter, yang memotong bukanlah cahaya seperti laser CO2, melainkan kawat logam (filamen). Kawat logam tersebut dialiri arus listrik searah (DC) ataupun bolak balik (AC) yang kemudian menghasilkan panas, prinsipnya mirip seperti kompor listrik atau heater. Panas tersebutlah yang kemudian digunakan untuk mengontrol pendarahan atau melakukan pemotongan jaringan pada saat sunat [10].

Proses sunat dengan elektrokauter. Warna oranye adalah filamen yang panas karena dialiri arus listrik. Sumber: kaahil.com

Beberapa dokter menghimbau agar berhati-hati pada klinik yang menawarkan sunat laser dengan harga yang murah, karena bisa dipastikan metodenya adalah metode elektrokauter [12]. Jika tidak dilakukan oleh tenaga terampil, sunat dengan metode elektrokauter dapat menyebabkan penis menjadi gosong bahkan sampai diamputasi yang berakhir pada cacat seumur hidup [13]. Penis yang gosong sulit sekali untuk direhabilitasi karena tidak ada jaringan tubuh yang menyerupai jaringan penis [8,12]. Dikarenakan dampak yang mengerikan itulah, beberapa dokter lebih menyarankan untuk sunat dengan pisau bedah dibandingkan sunat dengan metode elektrokauter [14].

2. Alat elektrokauter dijual bebas dengan harga yang relatif murah

Cukup mudah untuk menjumpai dan membeli alat elektrokauter di Pasar Glodok atau Pasar Tanah Abang atau bahkan di toko-toko elektronik disekitar Anda. Jika mengetikkan kata kunci “alat sunat laser” di toko online, harganya berkisar antara 600 ribu hingga 3 juta rupiah [15].

Harga alat sunat elektrokauter di situs Bukalapak [15]

Dengan harga yang terjangkau tersebut, masyarakat akan mudah mendapatkannya dan juga rawan untuk disalahgunakan. Berbeda dengan metode laser yang sesungguhnya yakni dengan laser CO2, laser CO2 hanya terdapat di rumah sakit besar dan harga alatnya relatif sangat mahal yakni sekitar US $4.500 atau sekitar 70 juta rupiah [16,17].

Sekilas, sunat dengan elektrokauter lebih praktis karena terkadang tidak perlu dijahit, pendarahannya minimal, dan tidak memakai pisau bedah yang membutuhkan keterampilan tinggi. Namun pada realitanya, sunat dengan elektrokauter memiliki resiko yang lebih besar yakni rentan terjadi luka bakar dan kulit gosong, kulit penis dapat menutup kembali, dan jaringan lainnya (seperti glans atau helm penis) juga ikut terpotong [18].

Apabila sudah terpotong, maka operasi penyambungan penis sangat rumit karena melibatkan penyambungan uretra, pembuluh darah, serta syaraf. Sekalipun sudah disambung, maka penis menjadi susah berfungsi kembali karena syarafnya banyak yang rusak yang kemudian berakhir dengan impotensi [19]. Dengan resiko yang jauh lebih besar tersebut, mantri sunat dengan metode elektrokauter harusnya menjalani pelatihan yang lebih lama dan juga memiliki wawasan yang lebih luas dibandingkan mantri sunat konvensional.

Pada kasus penis bocah yang terpotong di Pekalongan tanggal 30 Agustus 2018, mantri sunatnya adalah asisten puskesmas yang telah pensiun di tahun 2003. Mantri tersebut hanya belajar dari pengalaman saat di puskesmas, tidak ada spesialisi khusus atau mendapat pelatihan. Ketika telah ditangkap polisi, alat-alat yang disita polisi sebagai barang bukti,di antaranya adalah alat potong electrokauter, delapan buah ujung pemotong, lima butir grafadon paracetamol 500mg, dan satu buah tas selempang [22].

Mantri sunat sebagai tersangka malapraktik sunat “laser” bohongan di Pekalongan. Sumber: elshinta.com

Dengan wawasan yang telah dijelaskan pada artikel ini, hendaknya orang tua lebih bijak dalam memilih klinik sunat untuk putranya. Jangan tergiur harga yang murah, apalagi harga murah tersebut ditambah dengan emblem sunat “laser”. Jika tidak memiliki dana yang cukup, hendaknya menggunakan metode sunat konvensional dengan pisau bedah untuk meminimalkan resiko yang tidak diinginkan. Namun jika ada dana, maka berkonsultasilah dengan dokter, dokter yang bijak akan memeriksa kondisi pasien dan menentukan metode yang tepat sesuai dengan kondisi tersebut. Hal ini dikarenakan metode sunat untuk setiap anak bisa jadi berbeda tergantung kondisi anak tersebut seperti gemuk dan berkebutuhan khusus.

Dengan adanya fenomena malapraktik, orang tua tidak perlu khawatir dan kemudian membuat keputusan agar anaknya tidak disunat. Hal ini dikarenakan sunat sudah terbukti secara medis dapat meningkatkan kebersihan penis, menurunkan resiko kanker penis serta infeksi HIV [20,21].

Semoga kedepan sudah tidak ada lagi malapraktik sunat hingga merenggut masa depan seseorang.

Referensi:
[1]http://medan.tribunnews.com/2018/09/07/kemaluan-bocah-pekalongan-putus-saat-sunat-laser-mantri-malah-coba-menyambung diakses pada 20 September 2018.
[2]http://www.grid.id/read/04933047/bocah-malang-lakukan-sunat-dengan-laser-alat-kelaminnya-malah-putus?page=all diakses pada 20 September 2018.
[3]https://coconuts.co/jakarta/news/circumcision-gone-wrong-indonesian-boys-penis-glans-cut-off-botched-surgery-carried-retired-nurse/ diakses pada 20 September 2018.
[4] https://news.okezone.com/read/2009/07/14/1/238378/lagi-burung-bocah-9-tahun-terpotong-saat-sunat diakses pada 20 September 2018.
[5]. https://daerah.sindonews.com/read/663629/24/sunat-laser-alat-kelamin-bocah-nyaris-putus-1344315595 diakses pada 20 September 2018.
[6] https://www.nst.com.my/news/2017/01/201235/ngo-assist-boy-who-lost-entire-penis-after-prior-circumcision-mishap diakses pada 20 September 2018.
[7] https://internasional.kompas.com/read/2015/01/21/15052321/Kemaluan.Putus.Saat.Dikhitan.Bocah.Turki.Dapat.Kompensasi.Besar diakses pada 20 September 2018.
[8] https://www.alodokter.com/sunat-lebih-nyaman-berkat-adanya-sunat-laser diakses pada 20 September 2018.
[9] Gorgulu, T., Olgun, A., Torun, M. and Kargi, E., 2016. A fast, easy circumcision procedure combining a CO2 laser and cyanoacrylate adhesive: a non-randomized comparative trial. International braz j urol, 42(1), pp.113-117. diakses pada 20 September 2018.
[10] http://www.aktual.com/sunat-laser-bahaya-ini-alasan-dokter-sarankan-terapkan-sunat-konvensional/ diakses pada 20 September 2018.
[11] https://www.uhs.com/coherent-ultrapulse-co2-5000c/  diakses pada 20 September 2018.
[12] https://www.suara.com/health/2017/12/07/153751/sunat-laser-lebih-baik-ini-kata-dokter diakses pada 20 September 2018.
[13] https://www.suara.com/health/2015/05/30/143600/sunat-konvensional-lebih-aman-ketimbang-laser diakses pada 20 September 2018.
[14] https://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/16/12/14/oi5tho359-sunat-klem-atau-laser-ini-penjelasannya diakses pada 20 September 2018.
[15] Bukalapak diakses pada 20 September 2018.
[16] http://www.parenting.co.id/usia-sekolah/5-metode-sunat-buat-anak-laki-laki diakses pada 20 September 2018.
[17]https://www.ebay.com/itm/Coherent-UltraPulse-5000C-CO2-Laser-System/361764114181?hash=item543ad24f05:g:naQAAOSw6dNWTvag diakses pada 20 September 2018.
[18] https://id.theasianparent.com/kelebihan-dan-kelemahan-sunat-laser/ diakses pada 20 September 2018.
[19] https://tekno.kompas.com/read/2013/05/16/10021326/penis.dipotong.mungkinkah.disambung.lagi diakses pada 20 September 2018.
[20] Bhan, A., 2009. Advocating the benefits of male circumcision: are doctors well informed?. Indian journal of medical ethics, 6(3), pp.169-169.
[21] Auvert, B., Taljaard, D., Lagarde, E., Sobngwi-Tambekou, J., Sitta, R. and Puren, A., 2005. Randomized, controlled intervention trial of male circumcision for reduction of HIV infection risk: the ANRS 1265 Trial. PLoS medicine, 2(11), p.e298.

[22] http://harianriau.co/mobile/detailberita/27995/bikin-burung-bocah-putus-pengakuan-mantri-khitan-ini-sangat-mengejutkan diakses pada 20 September 2018.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top