Benarkah Ikan Teri Dapat Mencegah Gigi Berlubang?

Oleh: Eka Aprianti Masalah kesehatan gigi dan mulut yang hingga kini masih banyak ditemukan di masyarakat adalah gigi berlubang atau disebut […]

Oleh: Eka Aprianti

Masalah kesehatan gigi dan mulut yang hingga kini masih banyak ditemukan di masyarakat adalah gigi berlubang atau disebut “karies”.  Data menunjukkan bahwa di Indonesia angka kejadian karies terbilang masih tinggi yaitu sebesar 90,05%. Karies terjadi akibat dari hilangnya kandungan mineral pada gigi yang mengakibatkan rapuhnya gigi sehingga terbentuk lubang pada gigi [1]. Sebenarnya, bagian teluar gigi dilapisi oleh struktur yang sangat kuat  yang disebut dengan enamel. Kekuatan enamel tersebut dipengaruhi oleh adanya garam mineral berupa hidroksiapatit (Ca10(PO4)6(OH)2 )  yang terkandung di dalamnya. Namun, ion-ion mineral dari hidroksiapatit dapat terlepas dan hilang akibat paparan asam yang  dibentuk oleh bakteri. Hilangnya ion mineral tersebut sesungguhnya dapat digantikan secara alami melalui mineral yang terdapat pada saliva (air liur). Akan tetapi,  jika kehilangan ion mineral enamel dibiarkan  dalam jangka waktu lama dan terjadi secara terus-menerus  maka dapat menimbulkan suatu kerusakan pada enamel yang ditandai dengan terbentuknya lubang pada gigi. Gigi yang berlubang dapat menimbulkan keluhan rasa sakit dan jika kerusakannya sudah berlanjut  maka pilihan perawatan terakhir adalah dengan pencabutan gigi.

Dalam kedokteran gigi, salah satu metode pencegahan gigi berlubang dapat dilakukan melalui fluoridasi atau terapi pemberian fluor. Prinsip dari terapi ini adalah agar terciptanya ketahanan enamel gigi dari paparan asam. Nantinya ion fluor yang diberikan akan menggantikan ion hidroksid dalam  garam mineral hidroksiapatit  sehingga akan membentuk struktur yang lebih kuat daripada hidroksiapatit yaitu berupa  fluoroapatit. Ikatan  fluoroapatit diketahui dapat bertahan hingga kondisi lingkungan sangat asam dengan kisaran pH 4,5 sedangkan hidroksiapatit hanya bertahan pada pH 5,5. Pemberian fluor dapat dilakukan secara sistemik melalui pemberian fluor pada air minum dan topikal yaitu dengan mengaplikasikan fluor pada permukaan enamel gigi. Saat ini,  pemberian topikal secara sistemik sudah banyak ditinggalkan dikarenakan pemberian fluor yang sulit dikontrol dan dapat menimbulkan efek samping berupa kerusakan enamel jika diberikan dalam jumlah berlebihan. Sebaliknya pemberian fluor secara topikal diketahui lebih menguntungkan dikarenakan pemberiannya yang bersifat lokal sehingga lebih mudah dikontrol jumlahnya.  Keberhasilan dalam terapi fluor sangat dipengaruhi oleh bentuk senyawa fluor itu sendiri. Senyawa fluoride dalam bentuk kalsium fluoride (CaF2) merupakan bentuk senyawa fluor yang paling efektif karena memiliki perlekatan dan penyerapan pada permukaan enamel gigi lebih baik dibandingkan senyawa lain, misalnya NaF. Namun, penggunaan kalsium fluoride sangat jarang, sebab biasanya hanya tersedia dalam bentuk larutan dan sangat mahal apabila dibuat secara sintetik [2].

Berdasarkan hal tersebut diperlukan alternatif bahan lain yang mengandung senyawa  kalsium fluoride tetapi mudah dijangkau dan tersedia luas. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa ikan teri (Stolephorus insularis) merupakan makanan dengan kandungan senyawa kalsium fluoride yang tinggi. Selain itu, ikan teri juga banyak tersedia diseluruh pelosok Indonesia dan harganya sangat terjangkau. Hal inilah yang mendasari penelitian dari Triputra, dkk. (2017) yang meneliti tentang efektivitas pemberian ikan teri terhadap ketahanan enamel gigi dari asam yang diujikan pada hewan coba (tikus). Ketahanan enamel terhadap asam dapat dinilai dari 2 parameter yaitu kekerasan mikro enamel gigi dan  dari kekasaran permukaan enamel. Penelitian ini membandingkan kekerasan mikroenamel gigi dan kekasaran permukaan enamel gigi tikus antara 5 kelompok, yang terdiri dari  3  kelompok kontrol, kelompok tikus yang diberikan makanan yang mengandung teri, dan kelompok yang diberikan larutan mengandung ikan teri secara topikal. Setelah 15 hari pemberian perlakuan, maka enamel gigi tikus tersebut diambil dan diuji kekerasan mikroenamelnya [2].

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kelompok tikus yang diberikan larutan mengandung ikan teri memiliki permukaan enamel yang lebih halus dibandingkan permukaan enamel tanpa aplikasi larutan teri. Permukaan enamel yang kasar menunjukkan adanya kerusakan pada enamel. Adanya kandungan  fluoride pada ikan teri menyebabkan enamel menjadi lebih tahan terhadap asam. Hal ini terjadi karena  fluor yang memiliki daya tarik yang kuat terhadap apatit sehingga fluoroapatit lebih stabil dari hidroksiapatit. Kestabilan fluoroapatit  menjadikan ion mineral tidak mudah larut sehingga kerusakan enamel lebih kecil ditandai dengan adanya permukaan enamel yang lebih halus [2].

Selain itu, potensi ikan teri sebagai alternatif dalam pencegahan gigi berlubang juga didukung oleh penelitian Sakinah, dkk. (2017) yang meneliti tentang kemampuan perlekatan fluor pada permukaan enamel gigi tikus setelah diberikan larutan yang mengandung ikan teri secara topikal (dioles) pada permukaan enamel gigi tikus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gigi tikus yang dioles dengan larutan yang mengandung teri lebih mampu menahan perlekatan dari fluor dibandingkan gigi tikus yang tidak diberikan larutan teri. Selain itu, pemberian dengan oles diketahui lebih baik dibandingkan dengan memberikan teri yang dikonsumsi langsung [1]. Dari penelitian tersebut membuktikan bahwa ikan teri memiliki potensi untuk bahan alternatif dalam pencegahan gigi berlubang dan nantinya dapat dikembangkan menjadi sediaan dalam bentuk gel yang bisa digunakan dalam pencegahan gigi berlubang yang alami, murah dan juga berkualitas.

Daftar pustaka:

  1. Sakinah, N.R., Gunawan, H.A., Puspitawati, R., 2017, The effects of an anchovy (stolephorus insularis) substrate application on the level of fluor intrusion on Sprague Dawley rat teeth (in vivo), Journal of Physics: Conference Series, 884 (1): 1-8
  2. Triputra, F., Puspitawati, R., Gunawan H.A., 2017, Effectiveness of anchovy substrate application on decreasing acid solubility of Sprague Dawley rats tooth enamel (in vivo), Journal of Physics: Conference Series, 884 (1): 1-6.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top