Vitamin D, yang sering disebut sebagai “vitamin matahari,” sangat penting untuk kesehatan tulang, sistem imun, dan kardiovaskular. Defisiensi vitamin D dapat menimbulkan masalah kesehatan global dengan berbagai konsekuensi serius.
Peran Kecukupan Vitamin D Bagi Kesehatan
Vitamin D dan Kesehatan Tulang
Vitamin D berperan penting dalam metabolisme kalsium dan fosfat untuk pembentukan tulang yang kuat. Defisiensi vitamin D dapat menyebabkan masalah tulang seperti osteoporosis pada orang dewasa dan rakhitis pada anak-anak. Menurut penelitian, peningkatan kadar vitamin D dalam tubuh melalui suplemen atau fortifikasi makanan dapat meningkatkan kepadatan mineral tulang dan mengurangi risiko patah tulang.
Peran Vitamin D dalam Sistem Imun
Vitamin D juga memiliki peran sebagai imunomodulator yang melindungi tubuh dari infeksi saluran pernapasan. Defisiensi vitamin D ternyata berkaitan dengan peningkatan risiko infeksi pernapasan, termasuk pneumonia. Dalam konteks pandemi COVID-19, vitamin D terbukti memiliki pengaruh positif dalam meningkatkan respon imun tubuh terhadap virus, meskipun perlu penelitian lebih lanjut untuk memahami efek spesifiknya pada COVID-19.
Dampak pada Kesehatan Reproduksi
Pada kesehatan reproduksi, kekurangan vitamin D dapat memengaruhi perkembangan janin serta meningkatkan risiko masalah kehamilan, seperti diabetes gestasional dan pre-eklampsia. Rendahnya kadar protein pengikat vitamin D (VDBP) pada wanita hamil juga berkaitan dengan risiko tinggi kelahiran prematur dan komplikasi kehamilan lainnya. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa pria dengan kadar vitamin D rendah memiliki jumlah sperma yang lebih rendah, yang memengaruhi kesuburan.
Vitamin D dan Penyakit Autoimun
Vitamin D juga berperan dalam regulasi sistem imun adaptif dan bawaan, yang melibatkan ekspresi neurotropin dan neurotransmiter penting seperti dopamin. Beberapa studi menunjukkan bahwa suplementasi vitamin D dapat membantu mengurangi risiko penyakit autoimun seperti sklerosis ganda (multiple sclerosis) dan rematik (arthritis). Misalnya, vitamin D meningkatkan sel T regulator yang membantu mengendalikan aktivitas berlebihan sistem imun pada pasien dengan sklerosis ganda.
Hubungan dengan Penyakit Jantung
Kekurangan vitamin D juga memiliki pengaruh bagi kesehatan kardiovaskular. Penelitian menunjukkan bahwa defisiensi vitamin D dapat menyebabkan tekanan darah tinggi dan meningkatkan risiko gagal jantung. Penurunan tekanan darah setelah suplementasi vitamin D ditemukan pada pasien hipertensi, dan mereka yang memiliki kadar vitamin D rendah memiliki risiko kematian lebih tinggi akibat penyakit jantung.
Vitamin D dan Risiko Kanker
Vitamin D dianggap memiliki peran dalam pencegahan dan pengobatan kanker. Beberapa penelitian menunjukkan hubungan terbalik antara kadar vitamin D dalam darah dan kejadian kanker, khususnya kanker kolorektal, prostat, dan payudara. Vitamin D berfungsi dengan menekan jalur prostaglandin yang berkaitan dengan peradangan dan memperbaiki DNA yang rusak, yang semuanya membantu mencegah pertumbuhan sel kanker. Suplementasi vitamin D juga ditemukan efektif dalam menurunkan angka kematian pada pasien kanker tertentu.
Faktor Risiko Defisiensi Vitamin D

Sumber: id.pinterest.com
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap defisiensi vitamin D meliputi kurangnya paparan sinar matahari, penggunaan tabir surya, usia, dan kondisi geografis. Orang yang tinggal di wilayah dengan paparan sinar matahari terbatas atau yang memiliki kulit gelap cenderung memiliki risiko lebih tinggi mengalami defisiensi vitamin D. Selain itu, pola makan yang rendah vitamin D, terutama di negara-negara berkembang, membuat masalah ini semakin serius.
Suplementasi untuk Bayi dan Ibu Hamil
WHO merekomendasikan suplementasi vitamin D untuk bayi sebagai langkah penting dalam pencegahan kekurangan vitamin D yang dapat berdampak pada kesehatan tulang dan gigi. Bayi yang disusui secara eksklusif sering kali memerlukan tambahan vitamin D, mengingat bahwa kandungan vitamin D dalam ASI umumnya rendah dan tidak mencukupi kebutuhan bayi.
Kekurangan vitamin D dapat menyebabkan masalah kesehatan serius, termasuk rakhitis, kondisi di mana tulang menjadi lunak dan rentan terhadap deformitas. Oleh karena itu, WHO menyarankan suplementasi vitamin D pada bayi sejak lahir hingga usia 12 bulan, terutama di wilayah dengan paparan sinar matahari yang rendah atau pada bayi yang tidak cukup terkena sinar matahari.
WHO juga menganjurkan pemberian suplemen vitamin D untuk ibu selama masa kehamilan dan menyusui jika mereka berisiko kekurangan vitamin D. Suplementasi pada ibu hamil dapat meningkatkan kadar vitamin D pada bayi setelah lahir.
Dosis Suplementasi yang Tepat
Selain itu, WHO menekankan pentingnya dosis yang tepat. Dosis umum yang direkomendasikan adalah 400 IU (10 mikrogram) per hari. Suplementasi ini penting untuk mendukung proses penyerapan kalsium dan fosfor yang optimal pada bayi, yang pada akhirnya mendukung pembentukan tulang yang sehat. Bayi prematur atau bayi dengan faktor risiko tertentu mungkin memerlukan dosis yang berbeda sesuai anjuran tenaga medis.
Kebijakan ini bertujuan untuk memastikan setiap bayi mendapatkan asupan vitamin D yang memadai agar tumbuh kembangnya optimal dan mencegah risiko komplikasi kesehatan yang diakibatkan oleh defisiensi vitamin D. Implementasi rekomendasi ini secara global diharapkan dapat mengurangi angka kekurangan vitamin D pada bayi dan meningkatkan kesehatan anak secara keseluruhan.
Solusi Fortifikasi Makanan
Dalam upaya mengatasi defisiensi vitamin D, beberapa negara telah melakukan fortifikasi makanan. Fortifikasi roti dengan vitamin D adalah salah satu strategi yang efektif dalam meningkatkan kadar vitamin D pada populasi, terutama di kawasan Mediterania dan Timur Tengah. Dalam studi yang dilakukan di Iran, konsumsi roti yang diperkaya vitamin D berhasil mengurangi angka defisiensi vitamin D secara signifikan. Fortifikasi makanan memungkinkan nutrisi yang penting untuk diakses oleh semua kelompok masyarakat tanpa perlu biaya tambahan yang signifikan.
Kesimpulan
Vitamin D sangat penting bagi berbagai aspek kesehatan, mulai dari kesehatan tulang, sistem imun, hingga reproduksi. Defisiensi vitamin D meningkatkan risiko berbagai penyakit, termasuk infeksi, gangguan imun, dan kanker. Fortifikasi makanan dan suplemen vitamin D adalah dua pendekatan efektif untuk mengurangi risiko defisiensi vitamin D, terutama di daerah yang rentan. Upaya lebih lanjut diperlukan untuk meningkatkan akses vitamin D bagi populasi berisiko tinggi, mengingat dampak kesehatan yang ditimbulkan cukup signifikan.
Referensi
Weller, H.A. 2017. Vitamin D Supplementation for Infants. Diakses pada 13 November 2024 dari https://www.who.int/tools/elena/bbc/vitamind-infants
El Hoss, et al. 2023. Update on vitamin D deficiency and its impact on human health major challenges & technical approaches of food fortification. Diakses pada 13 November 2024 dari https://www.researchgate.net/publication/370661913_Update_on_vitamin_D_deficiency_and_its_impact_on_human_health_major_challenges_technical_approaches_of_food_fortification