Panduan Pengobatan Demam dan Asma pada Anak

Demam pada anak sering muncul dalam praktik sehari-hari. Sebagai respons tubuh terhadap patogen, demam berfungsi sebagai mekanisme pertahanan alami. Namun, suhu yang tinggi bisa menimbulkan kekhawatiran bagi orang tua. Data menunjukkan bahwa sekitar 50% orang tua menganggap suhu kurang dari 38°C sebagai demam. Selain itu, 25% tenaga kesehatan memberikan obat penurun panas untuk suhu di bawah 37,8°C. Banyak orang tua juga memberikan obat penurun panas dengan dosis yang tidak tepat.

blank

Halo, Sahabat Warstek! Kali ini kita kupas tuntas panduan pengobatan untuk penyakit yang sering menyerang si kecil dan sering bikin moms dan ayah jadi super panik. Yuk, kenali cara tepat mengatasi masalah kesehatan anak dengan langkah praktis dan tanpa drama!

Demam pada anak sering muncul dalam praktik sehari-hari. Sebagai respons tubuh terhadap patogen, demam berfungsi sebagai mekanisme pertahanan alami. Namun, suhu yang tinggi bisa menimbulkan kekhawatiran bagi orang tua. Data menunjukkan bahwa sekitar 50% orang tua menganggap suhu kurang dari 38°C sebagai demam. Selain itu, 25% tenaga kesehatan memberikan obat penurun panas untuk suhu di bawah 37,8°C. Banyak orang tua juga memberikan obat penurun panas dengan dosis yang tidak tepat.

Salah satu penyebab overtreatment pada demam adalah persepsi yang salah mengenai suhu normal anak, yang dikenal sebagai fever phobia. Ketakutan ini mendorong orang tua untuk memberikan obat penurun panas walau belum ada indikasi yang jelas. Banyak orang tua memberikan obat penurun panas tanpa mengukur suhu anak terlebih dahulu, yang berpotensi menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan.

Pengertian Demam

Demam didefinisikan sebagai suhu tubuh di atas normal, biasanya ≥38°C. Peningkatan suhu tubuh ini terjadi akibat aktivitas pusat pengatur suhu di hipotalamus yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti infeksi. Pirogen, baik endogen maupun eksogen, berperan dalam proses ini. Pirogen endogen, seperti interleukin-1 dan tumor necrosis factor, dapat merangsang pusat pengatur suhu, sementara pirogen eksogen, yang berasal dari mikroba atau faktor eksternal lainnya, juga dapat menyebabkan demam.

Variasi Suhu Normal dan Pengukuran Suhu Tubuh

Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan di berbagai lokasi. Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan. Pengukuran suhu rektal dianggap metode paling akurat tetapi bisa menyebabkan ketidaknyamanan bagi anak. Sebaliknya, pengukuran suhu aksila lebih mudah dilakukan tetapi kurang akurat. Pengukuran oral memberikan hasil yang baik, tetapi juga terpengaruh oleh makanan atau minuman yang dikonsumsi sebelumnya. Pengukuran suhu membran timpani menjadi pilihan lain yang cukup akurat, tetapi kurang praktis untuk penggunaan sehari-hari.

Berikut adalah tabel kisaran suhu normal menurut tempat pengukurannya:

Tempat PengukuranKisaran Suhu Normal
Rektal36,6°C – 38°C
Telinga35,8°C – 38°C
Oral35,5°C – 37,5°C
Aksila36,5°C – 37,5°C
CDK-290/ vol. 47 no. 9 th. 2020

Suhu tubuh dipengaruhi oleh metabolisme, aliran darah, dan waktu pengukuran. Misalnya, suhu tubuh dapat bervariasi berdasarkan waktu dalam sehari, tingkat aktivitas, makanan yang dikonsumsi, dan usia anak. Umumnya, bayi dan anak yang lebih muda memiliki suhu tubuh yang lebih tinggi dibandingkan orang dewasa.

Patogenesis Demam

Demam terjadi akibat interaksi antara virus, bakteri, dan respons imun tubuh. Ketika patogen memasuki tubuh, sel-sel imun mulai mengeluarkan pirogen. Pirogen ini kemudian merangsang pusat pengatur suhu di hipotalamus, menyebabkan peningkatan set point suhu tubuh yang memicu mekanisme fisiologis seperti vasokonstriksi dan produksi panas.

Tubuh manusia dapat mempertahankan suhu tubuh dengan cara melepas dan memproduksi panas. Dalam kondisi panas, pusat pengatur suhu di hipotalamus mengirim sinyal untuk melebarkan pembuluh darah. Sebaliknya, dalam kondisi dingin, tubuh melakukan vasokonstriksi untuk mempertahankan panas. Selama demam, suhu tubuh yang tinggi membantu melawan infeksi dengan menekan pertumbuhan bakteri dan virus serta meningkatkan produksi sel-sel imun, seperti neutrofil dan limfosit T.

Tatalaksana Demam pada Anak

Tatalaksana demam pada anak melibatkan pendekatan farmakologis dan non-farmakologis. Berikut adalah rincian tentang masing-masing metode:

1. Pemberian Obat Penurun Demam

Parasetamol dan Ibuprofen
Obat penurun demam yang umum digunakan pada anak adalah parasetamol dan ibuprofen. Parasetamol aman dan efektif dengan dosis 10-15 mg/kg berat badan per dosis setiap 4-6 jam. Efek antipiretiknya mulai terasa dalam 30-60 menit. Namun, overdosis dapat menyebabkan hepatotoksisitas, yang perlu diwaspadai oleh orang tua.

Ibuprofen juga efektif dan memiliki durasi kerja lebih lama. Dosis yang dianjurkan adalah 10 mg/kg setiap 6-8 jam. Meski demikian, penggunaan ibuprofen harus hati-hati karena bisa menyebabkan efek samping seperti gastritis dan nefrotoksisitas, terutama pada anak-anak yang mengalami dehidrasi atau gangguan ginjal. Ibuprofen tidak dianjurkan untuk anak di bawah 6 bulan karena farmakokinetik yang berbeda dan fungsi ginjal yang belum sempurna.

2. Terapi Kombinasi dan Alternatif
Beberapa studi menunjukkan bahwa kombinasi parasetamol dan ibuprofen dapat lebih efektif menurunkan demam dibandingkan penggunaan salah satu obat saja. Namun, kombinasi ini juga meningkatkan risiko kesalahan dosis, sehingga belum direkomendasikan untuk praktik rutin. Sebagai alternatif, metode non-farmakologis seperti kompres hangat bisa digunakan, meskipun efektivitasnya terbatas dan tidak boleh dijadikan satu-satunya metode pengobatan.

3. Terapi Non-Farmakologis

Metode non-farmakologis, seperti kompres hangat, bisa membantu menurunkan suhu tubuh. Kompres hangat menggunakan air suam kuku (32-35°C) dapat membantu menurunkan suhu dengan cara penguapan. Namun, kompres hanya efektif dalam 15-30 menit pertama dan tidak dianjurkan sebagai terapi utama. Kompres dingin tidak direkomendasikan karena dapat meningkatkan pusat pengatur suhu hipotalamus, yang berpotensi meningkatkan suhu tubuh lebih lanjut. Selain itu, mengurangi penggunaan pakaian atau memberikan pakaian berlebihan pada anak demam juga tidak disarankan.

Pengelolaan Asma pada Anak

Asma adalah kondisi kronis yang sering mempengaruhi anak-anak. Penanganan asma biasanya melibatkan dua jenis obat: pengontrol dan pereda. Mengidentifikasi pemicu asma dan menghindarinya sangat penting dalam manajemen penyakit ini.

1. Pengontrol Asma

Obat pengontrol seperti inhaler steroid harus digunakan secara teratur untuk mencegah serangan asma. Orang tua perlu dilatih dalam cara membantu anak menggunakan inhaler dengan benar, termasuk teknik yang tepat agar obat dapat masuk ke saluran pernapasan dengan efektif.

2. Pereda Asma

Obat pereda seperti bronkodilator digunakan saat anak mengalami gejala asma. Orang tua harus memahami kapan dan bagaimana menggunakan obat ini, serta kapan harus mencari bantuan medis jika gejala tidak mereda. Rencana tindakan darurat untuk asma juga harus disiapkan, mencakup langkah-langkah yang perlu diambil jika anak mengalami serangan asma yang parah.

Peran Pakar Farmasi dalam Penggunaan Obat

Pakar farmasi memastikan penggunaan obat yang aman dan efektif. Mereka memahami secara mendalam mekanisme obat, interaksi, dosis, dan potensi efek samping. Tenaga kesehatan, termasuk dokter dan apoteker, berkolaborasi untuk mengedukasi orang tua tentang cara penggunaan obat yang benar.

Pakar farmasi juga membantu orang tua memahami informasi yang terdapat dalam label obat dan memberikan saran yang diperlukan untuk memilih obat yang tepat. Dengan pengetahuan dari pakar farmasi, orang tua dapat membuat keputusan yang lebih baik terkait kesehatan anak.

Orang tua perlu menggunakan obat secara bijak untuk menjaga kesehatan anak, terutama dalam menangani demam dan asma, yang merupakan dua kondisi umum. Dengan pemahaman yang baik tentang cara mengelola kedua kondisi tersebut, termasuk mengenali gejala, memilih obat yang tepat, dan mengikuti petunjuk dosis dengan benar, orang tua dapat merawat anak dengan lebih efektif dan mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.

Penggunaan obat penurun demam, seperti parasetamol dan ibuprofen, sudah terbukti efektif dan aman jika digunakan sesuai dosis yang dianjurkan. Kombinasi bergantian antara parasetamol dan ibuprofen belum dapat direkomendasikan karena risiko kesalahan dosis dan toksisitas. Di sisi lain, terapi non-farmakologis seperti kompres hangat dapat menjadi tambahan yang bermanfaat, tetapi tidak seharusnya menjadi metode pengobatan utama.

Asma memerlukan perhatian khusus, dengan mengenali dan menghindari pemicu serta menggunakan obat secara tepat sebagai langkah penting dalam manajemen penyakit. Edukasi yang tepat dan pengetahuan tentang penggunaan obat membantu orang tua membuat keputusan yang lebih baik dalam merawat kesehatan anak.

Referensi

  1. American Academy of Pediatrics. Clinical report – fever and antipyretic use in children. Pediatrics 2011;127:580-7.
  2. Chiappini E, Principi N, Longhi R, et al. Management of fever in children: Summary of the Italian Pediatric Society guidelines. Clin Ther. 2009;31:1826-43.
  3. Barbi E, Marzuillo P, Neri E, et al. Fever in children: Pearls and pitfalls. Children 2017;4:81.
  4. IDAI. Buku ajar infeksi dan pediatri tropis edisi kedua. Jakarta: IDAI; 2015 .p. 21-46.
  5. Canadian Paediatric Society. Temperature measurement in paediatrics. Canadian Paediatric Society; 2017.
  6. Nizet V, Vinci RJ, Lovejoy FH. Fever in children. Pediatrics in Review 1994;15:127.
  7. Temple AR, Temple BR, Kuffner EK. Dosing and antipyretic efficacy of oral acetaminophen in children. Clin Ther. 2013;32:1361-75.
  8. Paramba FC, Naushad VA, Purayil N, Mohammed OH, Chandra P. Randomized controlled study of the antipyretic efficacy of oral paracetamol, intravenous paracetamol,
    and intramuscular diclofenac in patients presenting with fever to the emergency department. Therapeutics and Clinical Risk Management 2013;9:371–6.
  9. Hay AD, Costelloe C, Redmond NM, Montgomery AA, Fletcher M, Hollinghurst S, et al. Paracetamol plus ibuprofen for the treatment of fever in children (PITCH):
    Randomised controlled trial. BMJ 2008;337:1302.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Yuk Gabung di Komunitas Warung Sains Teknologi!

Ingin terus meningkatkan wawasan Anda terkait perkembangan dunia Sains dan Teknologi? Gabung dengan saluran WhatsApp Warung Sains Teknologi!

Yuk Gabung!

Di saluran tersebut, Anda akan mendapatkan update terkini Sains dan Teknologi, webinar bermanfaat terkait Sains dan Teknologi, dan berbagai informasi menarik lainnya.