Perubahan lingkungan global yang kerap menjadi tantangan keamanan terbesar abad ini, memiliki keterkaitan dengan aktivitas militer. Dalam konteks ini, militer memainkan peran yang kompleks dan sering kali ambivalen. Sebuah studi dalam artikel penelitian “On (In-)Secure Grounds: How Military Forces Interact with Global Environmental Change” mengeksplorasi bagaimana aktivitas militer memengaruhi, menanggapi, dan berinteraksi dengan perubahan lingkungan global.
Dampak Negatif Aktivitas Militer
Militer memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan melalui emisi karbon, kerusakan ekosistem, dan polusi. Operasi militer, seperti peperangan, pelatihan, dan pembangunan pangkalan militer, sering menghasilkan kerusakan ekologi jangka panjang. Contohnya, penggunaan bahan kimia defoliasi selama Perang Vietnam meninggalkan warisan degradasi tanah yang parah. Selain itu, emisi karbon dari militer global mencapai tingkat yang signifikan, bahkan melebihi beberapa negara berkembang.

Sumber: canva.com
Militer dalam Geopolitik Antroposen
Selain kontribusi terhadap kerusakan lingkungan, militer juga merespons perubahan lingkungan global dalam bentuk geopolitik baru. Sebagai contoh, pencairan es di Kutub Utara menciptakan rute pelayaran baru dan akses ke sumber daya alam yang sebelumnya tidak dapat dijangkau. Militer dari berbagai negara seperti Amerika Serikat dan Rusia meningkatkan kehadiran mereka di wilayah ini untuk mengamankan kepentingan strategis. Namun, langkah ini sering kali memperburuk kerusakan lingkungan lokal, seperti polusi dan gangguan terhadap ekosistem Arktik.
Upaya Alleviasi Dampak Lingkungan
Beberapa angkatan bersenjata telah mencoba mengurangi dampak lingkungan dari aktivitas mereka. Upaya ini mencakup penggunaan bahan bakar bio, pengelolaan limbah, dan adopsi teknologi ramah lingkungan. Militer juga memainkan peran penting dalam respons bencana, seperti pengiriman bantuan logistik dan medis selama krisis iklim. Namun, pendekatan ini sering dianggap reaktif dan kurang efektif dalam menangani akar penyebab perubahan lingkungan.
Hambatan terhadap Kebijakan Iklim
Ironisnya, militer kadang-kadang menghalangi kebijakan iklim. Dalam beberapa kasus, militer menggunakan lobi politik untuk mempertahankan anggaran besar dan mengamankan lahan untuk kepentingan strategis, yang sering kali bertentangan dengan kebutuhan pembangunan energi terbarukan. Contoh kasus melibatkan konflik antara kepentingan militer dan pembangunan ladang angin di Eropa Utara.
Implikasi dan Jalan ke Depan
Hubungan antara aktivitas militer dan perubahan lingkungan global menunjukkan dilema keamanan baru di era Antroposen. Di satu sisi, militer menjadi aspek penting untuk menjaga stabilitas keamanan, tetapi di sisi lain, aktivitas mereka memperburuk tantangan lingkungan. Untuk itu, ada kebutuhan mendesak untuk mengintegrasikan pertimbangan lingkungan ke dalam kebijakan keamanan global. Reformasi ini mencakup upaya de-militerisasi pada wilayah tertentu, adopsi teknologi rendah emisi, dan pengembangan strategi keamanan yang berfokus pada manusia dan lingkungan.
Studi ini memberikan wawasan penting tentang peran ganda militer dalam perubahan lingkungan global. Meskipun telah melakukan upaya reformasi, tantangan struktural dalam institusi militer tetap menjadi hambatan utama. Kerjasama lintas sektor dan komitmen politik yang lebih kuat diperlukan untuk mengatasi hubungan kompleks ini.
Konsep Teknologi Militer Ramah Lingkungan
Dalam menghadapi tantangan perubahan iklim global dan kebutuhan energi yang terus meningkat, militer di berbagai negara mulai mengadopsi teknologi ramah lingkungan. Teknologi militer hijau tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan efisiensi energi tetapi juga mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, sambil tetap mempertahankan efektivitas operasional.
Definisi dan Pentingnya Teknologi Militer Hijau
Teknologi militer ramah lingkungan mencakup solusi inovatif yang mendukung efisiensi energi, pengurangan emisi karbon, dan penggunaan sumber energi terbarukan. Hal ini bertujuan untuk menciptakan sistem militer yang lebih mandiri dan berkelanjutan. Contohnya adalah penggunaan kendaraan listrik hibrida, sel bahan bakar berbasis hidrogen, dan energi fotovoltaik (tenaga surya), yang terbukti mengurangi konsumsi bahan bakar dan emisi karbon secara signifikan.
Teknologi Saat Ini
Beberapa teknologi hijau utama dalam militer meliputi:
- Energi Fotovoltaik (Tenaga Surya): Teknologi ini berguna untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Keuntungannya meliputi pengurangan konsumsi bahan bakar hingga 90% pada kendaraan tak berawak, meskipun fleksibilitas misinya masih terbatas oleh kondisi cuaca.
- Sel Bahan Bakar Berbasis Metanol: Sel ini mengonversi energi kimia menjadi energi listrik dengan polusi minimal. Teknologi ini bermanfaat pada perangkat elektronik portabel, kendaraan militer, dan sistem propulsi kapal selam, meskipun masih menghadapi tantangan dalam hal biaya dan densitas energi.
- Hidrogen sebagai Bahan Bakar Alternatif: Hidrogen menawarkan kepadatan energi yang tinggi, tetapi proses produksinya masih tergantung pada bahan bakar fosil, sehingga menimbulkan tantangan keberlanjutan.
Inovasi Masa Depan
Di masa depan, teknologi militer hijau memiliki proyeksi untuk terus berkembang. Beberapaupaya antisipasi teknologi mencakup:
- Mesin Detonasi Pulsa: Teknologi ini memanfaatkan pembakaran volume hampir konstan untuk menghasilkan daya dorong yang lebih efisien. Mesin ini diharapkan akan digunakan pada jet tempur dan sistem rudal.
- Piezoelektrisitas: Proses ini memungkinkan konversi energi mekanis menjadi listrik. Teknologi ini dapat bermanfaat untuk mendukung perangkat elektronik militer, seperti perangkat yang dikenakan oleh tentara.
- Platform Biodegradable: Departemen Pertahanan Amerika Serikat melalui DARPA sedang mengembangkan platform yang dapat terurai secara hayati untuk mengurangi dampak lingkungan dari operasi militer. Salah satu contohnya adalah kendaraan udara yang menghilang setelah menyelesaikan tugasnya.
Manfaat Strategis dan Tantangan
Penerapan teknologi hijau di sektor militer tidak hanya mendukung keberlanjutan lingkungan tetapi juga meningkatkan keamanan energi. Teknologi seperti jaringan energi terdistribusi membuat unit militer lebih mandiri dan sulit diserang oleh musuh. Namun, tantangan yang ada termasuk biaya implementasi yang tinggi, resistensi organisasi terhadap perubahan, dan kebutuhan akan penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan efisiensi teknologi ini.
Teknologi militer hijau menawarkan solusi yang menjanjikan untuk menghadapi tantangan energi dan lingkungan global. Dengan pengembangan yang terus berlanjut, harapannya teknologi ini dapat meningkatkan efisiensi operasional militer sambil mengurangi jejak lingkungan. Melalui kolaborasi antara institusi militer, pemerintah, dan industri teknologi, masa depan pertahanan yang berkelanjutan dan efisien tampaknya semakin dekat.
Referensi
Vogler, Anselm. 2024. On (In-)Secure Grounds: How Military Forces Interact with Global Environmental Change. Diakses pada 12 Desember 2024 dari https://doi.org/10.1093/jogss/ogad026
Zoran M. Miličevič, et al. 2023. Military green technology: Present and future. Diakses pada 12 Desember 224 dari https://www.redalyc.org/journal/6617/661774087007/661774087007.pdf