Batuk adalah ekspirasi eksplosif yang memberikan mekanisme perlindungan normal pembersihan cabang trakeobronkial dari sekret dan zat asing. Batuk bisa terjadi akibat iritasi terhadap infeksi, seperti infeksi saluran pernafasan atas dan bawah. Infeksi saluran pernapasan dapat disebabkan oleh asap rokok, asap kendaraan, asap kebakaran, abu dan bulu hewan terutama kucing. Penyebab lain penyakit pernapasan adalah asma, postnasal infus, penyakit paru obstruktif kronik, bronkiektasis, trakeitis, croup, dan fibrosis interstisial. Batuk yang berlebihan dan mengganggu merupakan keluhan paling umum yang menyebabkan pasien berobat ke dokter. Sebab, batuk menimbulkan rasa tidak nyaman dan mengganggu aktivitas normal.
Batuk kering, atau dikenal sebagai ‘batuk non-produktif’, bisa sangat mengganggu karena menyebabkan rasa tidak nyaman dan kering di tenggorokan. Kesembuhan dari batuk kering ini lebih ringan dibandingkan batuk berdahak.
Antitusif; Pilihan obat untuk batuk kering
Antitusif merupakan zat aktif pada obat batuk yang dapat menekan batuk kering. Obat antitusif bekerja melalui dua mekanisme berdasarkan tempat kerjanya: perifer dan sistem saraf pusat (SSP) atau sentral. Obat antitusif perifer bekerja dengan mengurangi sensitivitas reseptor batuk di paru-paru. Obat antitusif sentral bekerja pada pusat batuk yang terletak di medulla oblongata. Obat antitusif sentral yaitu dextromethorphan dan codein phosphate. Namun, keduanya merupakan jenis obat opiod dan memiliki efek samping adiktif.
Obat antitusif baru diperlukan untuk mengatasi hal tersebut mengatasi permasalahan yang timbul akibat efek samping obat antitusif yang ada. Salah satu cara untuk mencari obat tersebut adalah dari alam atau menggunakan obat herbal. Indonesia terkenal dengan keanekaragaman tanamannya, termasuk tanaman obat. Masyarakat setempat biasanya memanfaatkan tanaman herbal tersebut untuk kebutuhan kesehatan seperti obat batuk. Inovasi penggunaan kombinasi herbal alami dapat digunakan sebagai obat batuk herbal antitusif.
Ada berbagai pilihan obat batuk kering yaitu konvensional dan herbal. Tentunya perbedaan keduanya adalah bahan dan senyawa didalamnya. Obat herbal mengandung ekstrak bahan alam yang tentunya memiliki kinerja seperti antitusif konvensional, dan dipercaya minim efek samping. Berikut ini penjelasan tentang;
Antitusif konvensional
Antitusif konvensional yang biasa ditemukan pada sirup obat batuk adalah dextromethorphan dan kodein. Keduanya merupakan senyawa opiod, dengan dosis yang dianjurkan dapat digunakan sebagai pereda nyeri. Keduanya merupakan senyawa antitusif yang bekerja pada pusat batuk yang terletak di medulla oblongata. Kedua senyawa ini bekerja efektif dalam meredakan batuk kering.
Diketahui bahwa dextromethorphan dan kodein mengandung gugus fungsi utama yaitu eter dan amina. Kedua gugus tersebut menyebabkan senyawa tersebut mudah berinteraksi masuk ke dalam sistem saraf dalam menekan reseptor batuk baik di paru-paru maupun medulla oblongata. Senyawa opiod identik dengan gugus alkaloid yaitu keberadaan basa nitrogen atau gugus amina yang memiliki efek psikoaktif, dimana dapat memperbaiki dan merusak sistem saraf. Memperbaiki saat dikonsumsi dalam dosis rendah dan jangka waktu tertentu. Dapat merusak saat dikonsumsi berlebihan dan keterusan menyebabkan ketagihan dan memicu hipertensi.
Umumnya dextromethorphan (DXM) pada antitusif konvensional ditemukan dalam bentuk garam yaitu DXM HBr, dimana keberadaan HBr atau hidrobromida untuk meningkatkan kelarutan senyawa DXM dalam air, memudahkan formulasi sediaan obat seperti sirup atau tablet, dan membantu pernyerapan didalam tubuh serta memungkinkan formulasi obat batuk yang memberikan dosis yang terukur dan mudah diukur. Kodein pada antitusif konvensional juga ditemukan dalam bentuk garam kodein fosfat. Keberadaan fosfat dapat meningkatkan kelarutan kodein, stabilisasi formula obat batuk batuk, meningkatkan penyerapan kodein, dan fosfat dapat menjaga pH formulasi sirup obat batuk.
Keberadaan HBr dan fosfat, yaitu memberikan sifat polar pada DXM dan kodein karena keduanya bersifat non polar. Peningkatan kepolaran pada DXM dan kodein dapat meningkatkan penyerapan dan bioavailabilitas di dalam tubuh.
Antitusif herbal
Kesembuhan batuk kering juga dapat menggunakan obat herbal. Mengingat batuk bukan merupakan penyakit, melainkan bentuk ekspirasi eksplosif yang memberikan mekanisme perlindungan sistem pernapasan. Obat batuk herbal merupakan produk obat terbuat dari bahan-bahan alami yang berasal dari tumbuhan. Beberapa bahan alam (obat herbal) yang dapat digunakan sebagai antitusif;
- Daun mint (Mentha spp.)
Senyawa mentol dan fenolik pada daun mint memiliki khasiat antitusif. Diketahui senyawa mentol memberikan rasa menyegarkan pada tenggorokan. Sekarang ini, daun mint atau papermint sering dicampurkan dalam obat batuk konvensional dan obat batuk herbal. Tentunya yang dicampurkan dalam obat batuk konvensional adalah minyak esensial papermint.
- Jahe (Zingiber officinale)
Rimpang jahe yang diekstrak dengan air panas memiliki khasiat antitusif dengan menurunkan frekuensi batuk namun tidak mempengaruhi resistensi saluran napas. Ekstrak jahe yang berperan sebagai antitusif adalah polisakarida. Sedangkan Gingerol yang memberikan rasa panas pada jahe bertindak dalam melegakan tenggorokan. Polisakarida memiliki struktur makromolekul yang lebih kompleks dibandingkan protein, dimana terdiri dari polimer monosakarida yang dihubungkan oleh ikatan glikosidik. Polisakarida pada ekstrak jahe termasuk heterosakarida seperti; Manosa (Man): Rhamnosa (Rha): Asam galakturonat (GlcA): Asam glukuronat (GalA): Glukosa (Glc): Galaktosa (Gal): Xilosa (Xyl): Arabinosa (Ara): Fruktosa (Fuc).
Polisakarida ini dapat muncul cukup dengan pelarut air, sehingga tak heran jika rimpang jahe sebagai obat herbal tradisional.
- Rimpang dari temu-temuan (Zingiberaceae)
Rimpang kunyit putih, kencur dan temulawak memiliki khasiat antiradang dan antibakteri, yang ampuh untuk melawan zat, partikel atau kuman asing penyebab infeksi saluran pernapasan.
Rimpang dari temu-temuan ini dapat dibuat dengan merebus bersama dengan air dan ditambahkan pemanis seperti gula tebu, gula merah dan madu. Hal ini karena rimpang temu-temuan ini memiliki rasa pahit. Selain itu, setelah dikonsumsi disarankan untuk tidak langsung mengkonsumsi air mineral karena dapat menghalangi kinerja senyawa anti inflamasinya.
- Madu
Madu juga memiliki khasiat antitusif, umumnya madu digunakan sebagai penambah rasa manis guna menyamarkan rasa pahit pada obat batuk. Polikarbohidrat dan lemak pada madu menyebabkan teksturnya menjadi kental, sehingga mampu melapisi reseptor yang teriritasi dan mengurangi frekuensi batuk.
Namun, perlu diingat untuk bayi usia dibawah satu tahun dan penderita diabetes perlu membatasi asupan madu.
- Jeruk Nipis (Citrus aurantiifolia)
Jeruk nipis mengandung vitamin C, yang bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Jeruk nipis dipercaya lebih kuat dalam menangani infeksi di saluran pernapasan yang menyebabkan batuk. Penggunaan jeruk nipis sebagai obat herbal tradisional biasanya dilakukan dengan memeras dan menambahkan madu atau kecap manis. Madu dan kecap manis dapat menyamarkan rasa asam, dan mengurangi kadar asam saat dikonsumsi.
Jadi pilih yang mana, Antitusif Konvensional atau Antitusif Herbal?
Banyak sirup obat batuk yang beredar dipasaran. Kita bisa memilih antitusif konvensional atau antitusif herbal, bahkan ada produk campuran antara antitusif konvensional dan herbal.
Antitusif konvensional memiliki keuntungan yaitu memiliki kemampuan penyembuhan batuk kering yang cepat. Sehingga mengurangi frekuensi batuk, melegakan tenggorokan dan memberikan sensasi nyaman. Namun, perlu diperhatikan dosis konsumsinya agar tidak menimbulkan efek samping. Antitusif kovensional umumnya memiliki batas usia konsumsi, dimana anak-anak usia tertentu biasanya tidak disarankan untuk mengkonsumsi.
Antitusif herbal umumnya minim efek samping dan memiliki khasiat menyembuhkan batuk kering. Namun, efektivitasnya tidak secepat antitusif konvensional. Antitusif herbal ini mudah dijumpai, terutama di Indonesia baik itu bahan alam mentah dan sudah di olah. Obat batuk herbal mendukung kesehatan secara keseluruhan. Umumnya bahan alam tidak hanya memiliki satu sifat antitusif saja, tetapi juga sebagai antiinflamasi dan antioksidan yang mendukung sistem kekebalan tubuh. Beberapa orang mungkin ada yang tidak cocok dengan jenis bahan alam, karena kondisi kesehatan. Contoh; Madu, penderita diabetes dan batu ginjal tidak boleh mengkonsumsi berlebih.
Perlu diingat keduanya tidak dapat menangani penyebab batuk dan bisa menyembunyikan tanda infeksi pada saluran pernapasan. Batuk bukan merupakan penyakit, melainkan bentuk ekspirasi eksplosif yang memberikan mekanisme perlindungan sistem pernapasan. Sehingga bila mengalami batuk berkepanjangan dan menghasilkan lendir atau darah, disarankan untuk konsultasi kesehatan lebih lanjut.
Referensi
Bera, K., Nosalova, G., Sivova, V., and Ray, B., 2016, Structural Elements and Cough Suppressing Activity of Polysaccharides from Zingiber officinale Rhizome, Phytother, Res., 30, 105-111.
Fadhilah, R.N., Koesdaryanto, N.S., Pribady, T.R., Restanta, R.A.P., Nugroho, G.D., Yasa, A., Sujarta, P., and Setyawan, A.D., 2023, Ethnomedicinal knowledge of traditional healers on medicinal plants in Sukoharjo District, Central Java, Indonesia, BIODIVERSITAS, 24(7), 4223-4234.
https://www.goodrx.com/conditions/cough/does-honey-help-cough (Diakses pada 02/02/2024).
Hu, W., Yu, A., Wang, S., Bai, Q., Tang, H., Yang, B., Wang, M., and Kuang, H., 2023, Extraction, Purification, Structural Characteristics, Biological Activities, and Applications of the Polysaccharides from Zingiber officinale Roscoe. (Ginger): A Review., Molecules, 28, 3855, 1-22.
Ikawati, Z., Arifin, P.F., Sandy, S.N.K., Susilowidodo, R.A., and Wisastra, R., 2021, Antitussive Activity of Herbal Cough Medicine on Guinea Pig (Cavia cobaya), Trad. Med. J., 26(1), 59-62.
Soleimani, M., Arzani, A., Arzani, V., and Roberts, T.H., 2022, Phenolic compounds and antimicrobial properties of mint and thyme: Review article, Journal of Herbal Medicine, 36.
Alumni Magister Kimia Universitas Gadjah Mada. Saat ini memiliki project menulis artikel ilmiah populer dengan tema Sains Kimia di Sekitar.