Kita semua pasti pernah mendengar pertanyaan “mengapa air laut asin?” lalu tak sedikit yang menjawab dengan bercandaan “karena ikannya berkeringat dikejar nelayan”.
Sebenarnya apa sih yang menyebabkan air laut asin?
Rata-rata, air laut di dunia memiliki salinitas sekitar 3,5%, atau 35 ppt. Ini berarti bahwa untuk setiap 1 liter (1000 mL) air laut ada 35 gram garam. Meskipun air laut dinyatakan memiliki salinitas sekitar 3,5% tidak semua air laut di dunia memiliki salinitas 3,5% [1].
Perairan laut dengan salinitas terendah di dunia adalah di bagian timur Teluk Finlandia dan di ujung utara Teluk Bothnia, keduanya bagian dari Laut Baltik. Salinitas tertinggi tercatat di Baltik barat, di mana sekitar 10 ppt di permukaan dan sekitar 15 ppt di dekat dasar perairan [2].
Sedangkan perairan laut dengan salinitas tertinggi adalah Laut Merah yaitu mencapai 40 ppt. Tingkat salinitasnya dapat dilihat pada gambar berikut [3].
Salinitas di perairan yang terisolasi (misalnya: Laut Mati) bisa jauh lebih besar yaitu berkisar 300-332 ppt [4].
Teori-teori ilmiah di balik asal-usul garam laut dimulai dengan Sir Edmond Halley pada tahun 1715, yang mengusulkan bahwa garam dan mineral lainnya dibawa ke laut melalui sungai, setelah dilepaskan dari tanah oleh limpasan hujan. Setelah mencapai lautan, garam-garam ini akan mengendap dan tidak ikut teruapkan dalam proses penguapan air [1].
Berikut faktor-faktor yang menyebabkan salinitas yang bervariasi pada perairan [5]:
- Penguapan
Air memiliki kandungan mineral organik dan satu di antaranya adalah garam. Apabila air menguap, garam dan kandungan mineral tersebut akan tertinggal dan mengendap di dasar laut. Maka dari itu, semakin banyak air menguap, maka air laut akan menjadi semakin asin karena tingkat garam yang mengendap tinggi. Semakin dalam laut maka salinitasnya juga akan semakin tinggi karena di permukaan perairan teradi penguapan dan menyebabkan pengendapan di dasar perairan.
- Pemasukan air tawar
Sama halnya dengan larutan yang terlalu asin, salah satu cara menetralkannya adalah dengan menambahkan air tawar ke dalamnya, maka lama-kelamaan persentase garam terhadap air (salinitas) akan menurun. Pada kasus kadar garam di laut, air tawar bisa berasal dari hujan, air sungai atau rawa, dan juga dari es yang mencair di daerah kutub.
- Pencampuran air
Hal ini terjadi pada Laut Mati dan Laut Hitam. Laut Mati dengan kadar garam yang sangat tinggi karena pada dasarnya Laut Mati merupakan danau asin. Danau tidak terhubung dengan lautan namun, diakibatkan volume air pada Laut Mati menurun cukup jauh hingga permukaannya nampak, maka dibuatlah sebuah muara yang mengubungkan Laut Mati dengan Laut Hitam. Hal ini juga guna menetralisasi kadar garam yang terlalu tinggi di Laut Mati.
- Air sungai
Semakin banyak sungai yang bermuara ke laut, tingkat salinitas air laut akan berkurang, karena tercampur dengan air laut yang berkadar lebih rendah.
- Letak dan ukuran laut
Laut yang terisolasi atau tidak terhubung dengan laut lepas akan memiliki salinitas tinggi. Seperti kasus danau garam, Laut Mati, air di dalam danau sebanyak tujuh juta ton air menguap setiap harinya dan membuat endapan garam di dasar semakin banyak.
- Arus laut
Laut yang dipengaruhi arus panas, maka salinitasnya akan naik (tinggi). Hal ini berlaku pula sebaliknya, dimana laut yang dipengaruhi arus dingin, maka salinitasnya akan turun (rendah).
- Kelembaban udara
Semakin banyak terjadi penguapan, maka udara di sekitar menjadi lembab. Maka semakin tinggi pula salinitas air laut.
- Kandungan mineral
Konsentrasi mineral tertinggi dalam air laut adalah kandungan magnesiumnya. Air tawar dan air laut, keduanya memiliki magnesium. Namun, jumlah yang terkandung dalam air laut lebih besar, sehinga ini membuktikan bahwa semakin banyak kmineral yang dikandung oleh air, maka air tersebut semakin asin. Hal ini juga dibuktikan oleh kondisi Laut Mati.
DESALINASI
Masalah dari teknologi yang berkaitan dengan air asin yaitu teknologi desalinasi air laut. Desalinasi adalah proses pemisahan yang digunakan untuk mengurangi kandungan garam terlarut dari air laut hingga level tertentu sehingga air dapat digunakan. Hasil sampingan dari proses desalinasi adalah brine. Brine adalah larutan garam berkonsentrasi tinggi (lebih dari 35000mg/l garam terlarut). Apabila Brine dibuang ke perairan maka biota pada perairan tersebut akan mati karna salinitas yang terlalu tinggi. Jika desalinasi belum marak maka hanya sedikit biota yang mati, tetapi bila desalinasi telah marak maka semua biota pada perairan tersebut akan mati karena setiap biota memiliki rentang toleransi yang berbeda terhadap salinitas [6].
Beberapa masalah yang ditimbulkan oleh Brine yang dibuang ke laut adalah sebagai berikut [6]:
1. Berpengaruh pada kualitas air karena potensi bahan kimia berbahaya,
2. meningkatkan kekeruhan karena keberadaan brine.
3. Berpengaruh pada plankton karena penurunan tekanan osmosis.
4. Dampak pada ikan karena kecepatan jet discharge. Untuk meminimalisir permasalahan ini maka kecepatan jet discharge tidak melebihi 3-3,5 m/s.
5. Dampak pada batu karang yang sensitif terhadap perubahan lingkungan.
6. Dampak pada rumput laut dan alga karena penurunan kualitas cahaya matahari yang masuk ke ekosistem laut.
REFERENSI
[1] Science Daily. Sea Water. https://www.sciencedaily.com/terms/seawater.htm. Diakses pada 12 Februari 2019.
[2] Britannica. Baltic Sea. https://www.britannica.com/place/Baltic-Sea. Diakses pada 12 Februari 2019.
[3] Wiley Online Library. Salinity controls on Na incorporation in Red Sea planktonic foraminifera. https://agupubs.onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1002/2016PA003052. Diakses pada 12 Februari 2019.
[4] Britannica. Dead Sea. https://www.britannica.com/place/Dead-Sea. Diakses pada 12 Februari 2019.
[5] Ilmu Geografi. Faktor yang Mempengaruhi Kadar Garam Air Laut. https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/laut/faktor-yang-mempengaruhi-kadar-garam-air-laut. Diakses pada 12 Februari 2019.
[6] Academia.edu. Desalinasi. https://www.academia.edu/2700910/Desalinasi. Diakses pada 15 Februari 2019.