Bagaimana Mungkin Blue Light yang Berbahaya Digunakan Untuk Perawatan?

Blue light merupakan bagian dari spektrum cahaya tampak yang memiliki panjang gelombang sekitar 400-460 nm. Sementara cahaya tampak merupakan spektrum […]

blank

Blue light merupakan bagian dari spektrum cahaya tampak yang memiliki panjang gelombang sekitar 400-460 nm. Sementara cahaya tampak merupakan spektrum gelombang yang dapat terlihat oleh mata manusia, dengan panjang gelombang 400-700 nm. Cahaya tampak secara alami terdapat pada sinar matahari bahkan menjadi komponen paling banyak dari pada jenis lainnya. Sementara itu, Cahaya tampak secara buatan terdapat pada lampu atau LED.

Blue light telah banyak menyita perhatian sebagai sesuatu yang memiliki efek negatif terutama pada kulit dan mata. Akibatnya banyak produk yang berusaha untuk mencegah dan atau meminimalisir efek dari cahaya berwarna biru ini. Beberapa contoh produk seperti filter cahaya biru pada barang elektronik maupun kacamata, sunscreen dengan claim melindungi terhadap cahaya biru, vitamin atau suplemen mata untuk meminimalisir efek samping cahaya biru, dan lainnya.

Warstek telah menerbitkan artikel mengenai dampak negatif sinar tampak yakni berjudul “Yuk, Kenali Dampak Negatif Sinar Tampak terhadap Kulit dari Beberapa Jurnal Penelitian!”. Pada artikel tersebut membahas dampak negatif sinar tampak secara keseluruhan, bukan khusus pada blue light. Namun pada sinar tampak, cahaya biru merupakan bagian yang memiliki panjang gelombang paling rendah dari pada cahaya dengan warna lainnya. Sehingga memiliki energi yang paling tinggi, juga yang paling dekat dengan spektrum UV.

Radiasi sinar biru yang selama ini orang-orang pikirkan hanya memiliki efek negatif pada tubuh khususnya kulit dan mata ternyata memiliki maanfaat yang positif juga. Sinar biru dapat bermanfaat sebagai salah satu bentuk terapi yakni blue light therapy. Blue laght therapy dapat berguna untuk berbagai permasalahan kulit. Berbagai permasalahan kulit yang telah terlaksana penelitiannya dengan memanfaatkan sinar biru yakni acne vulgaris, psoriasis vulgaris, atopik dermatitis, eczema, dan actinic keratosis. Berikut contoh penelitian yang telah tentang penggunaan cahaya biru sebagai phototherapy:

Acne vulgaris

Kawada et all (2002) melakukan penelitian penggunaan cahaya biru pada jerawat sebagai bentuk photherapy. Penelitian ini dilakukan pada 30 pasien dimana 3 pasien tidak melanjutkan perawatan karena komplain jerawat memburuk sementara 1 pasien berhenti tanpa alasan medis. Pasien melakukan terapi 2 kali seminggu selama 5 minggu. Selama penelitian ini pasien tidak boleh menggunakan produk perawatan jerawat lainnya. Hasil penelitian menunjukan bahwa selama 5 minggu terdapat peningkatan 64% terhadap reduksi jerawat pasien. Sebanyak 77% pasien mengalami perbaikan pada kondisi jerawatnya meskipun 20% memburuk atau tak ada perubahan.

Pada penelitian yang sama Kawada juga melakukan iradiasi dengan menggunakan sinar biru pada kultur bakteri dari jerawat pasien sebelum terapi dengan sinar biru berlangsung. Hasil iradiasi menunjukan bahwa sinar biru dapat mereduksi jumlah bakteri Propionibacterium acnes (P. acnes) namun tidak pada Staphylococcus epidermidis. Fototerapi menggunakan sumber cahaya biru ini efektif dan jerawat pasien dapat menoleransinya dengan baik. Selain itu memiliki kemampuan untuk mengurangi jumlah P. acnes pada uji in vitro. Berdasarkan hal itu maka fototerapi ini mungkin dapat menjadi modalitas baru untuk pengobatan jerawat.

Blue Light Phototherapy-Acne before

Sebelum Terapi, (Kawada, 2002)

Blue Light Phototherapy - Acne After

Setelah Terapi (Kawada, 2002)

blank

Eczema

Keemss et all (2016) melakukan penelitian penggunaan cahaya biru untuk terapi eczema atau eksim. Dalam penelitiannya Keems et all melakukan investigasi kemanjuran cahaya biru dalam pengobatan eksim. Penelitian ini dilakukan pada 21 pasien dengan eksim ringan hingga sedang. Cahaya biru yang digunakan untuk terapi dalam penelitian ini memiliki emisi maksimum pada panjang gelombang 420 nm. Selanjutnya pasien menerima terapi dengan cahaya biru 3 kali dalam seminggu sampai dengan 4 minggu.

Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perubahan eksim menjadi lebih baik pada bagian yang mendapat terapi maupun bagian kontrol dari pada kondisi awalnya. Namun, perubahan eczema tampak lebih jelas pada bagian yang mendapat terapi dari pada bagian yang menjadi kontrol penelitian. Uji statistik juga mengungkapkan hasil perbedaan tersebut signifikan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sinar biru bebas UV aman dan efektif dalam mengurangi eczema. Selain itu terapi ini dapat menjadi pilihan pengobatan yang aman untuk pasien dengan eczema dengan kepatuhan tinggi, tingkat kepuasan tinggi, dan penerapan yang sederhana dan hampir tanpa rasa sakit.

Blue Light Phototherapy - Eczema Before

Sebelum Terapi (Keemss, 2016)

Blue Light Phototherapy - Eczema After

Setelah Terapi (Keemss, 2016)

Psoriasis vulgaris

Weinstabl et all (2011) melakukan penelitian untuk menyelidiki kemanjuran cahaya biru dalam pengobatan psoriasis vulgaris (PV). Penelitian ini dilakukan pada 40 pasien dengan PV ringan sampai sedang dan plak bilateral. Pasien-pasien tersebut kemudian dikelompokan menjadi dua grup, pembagian grup ini bertujuan untuk membedakan emisi maksimum dari panjang gelombang cahaya biru yang digunakan untuk perawatan. Grup pertama menggunakan cahaya biru dengan emisi maksimum pada 420 nm. Sementara grup kedua menggunakan cahaya biru dengan emisi maksimum pada panjang gelombang 453 nm.

Hasil penelitian pada grup 1 (420 nm) menunjukan peningkatan yang signifikan dari plak yang mendapat iradiasi dari pada plak kontrol. Demikian juga pada grup 2 (453 nm) menunjukkan perbedaan yang signifikan antara awal dan setelah 4 minggu pengobatan di daerah iradiasi. Data yang terkumpulkan menunjukkan perbaikan terus-menerus dalam kondisi kulit selama 4 minggu terapi cahaya biru. Namun, terus menurun setelah penghentian terapi cahaya biru. Kesimpulan penelitian ini adalah cahaya biru tampaknya menjadi modalitas pengobatan yang menjanjikan pada PV akan tetapi memerlukan evaluasi lebih lanjut dalam penelitian yang lebih besar.

Berdasarkan hasil penelitian-penelitian tersebut kita dapat memperoleh gambaran bahwa sinar biru juga memiliki manfaat yang baik bahkan dapat berguna bila berada pada tangan yang tepat.

Referensi:

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *