Bujangga Manik, Penjelajah dari Masa Sunda Kuno

Apa yang ada di benak pikiran kalian jika melakukan perjalanan ke suatu tempat, tentu saja mendokumentasikan tempat yang di kunjungi […]

Naskah Kuno Bujangga Manik
(Sumber: wikipedia.com)

Apa yang ada di benak pikiran kalian jika melakukan perjalanan ke suatu tempat, tentu saja mendokumentasikan tempat yang di kunjungi dengan berbagai macam media dokumentasi. Saat ini media yang digunakan bervariasi, mulai dari catatan perjalanan, foto, video bahkan mengumpulkan souvenir dari tempat yang di kunjungi. Mendokumentasikan perjalanan adalah sesuatu yang menyenangkan bagi yang melakukannya dan memberikan informasi bagi yang kemudian menemukan dan membaca ataupun melihat dokumentasi perjalanan tersebut.

Mendokumentasikan perjalanan pada masa lalu tidak banyak dilakukan oleh para penjelajah, informasi-informasi yang didapatkan saat ini sebelum kedatangan bangsa Eropa kebanyakan dari berita-berita perjalanan Cina, India serta Arab sedangkan dokumentasi perjalanan dari orang-orang nusantara hanya sedikit saja. Salah satu dari yang sedikit itu adalah Naskah Kuno Bujangga Manik. Naskah kuno ini berisi perjalanan seorang bernama Bujangga Manik menyusuri Pulau Jawa dan Bali. Naskah Bujangga Manik seluruhnya terdiri dari 29 lembar daun nipah, yang masing-masing berisi sekitar 56 baris kalimat yang terdiri dari 8 suku kata berbahasa Sunda yang tersimpan di perpustakaan Bodleian di Oxford (Inggris) sejak 1627 Masehi atau 1629 Masehi (Noorduyn 1982).  Tidak jelas mengapa naskah kuno yang sangat berharga ini dapat sampai ke Inggris sejak 4 abad yang lalu.

Mengutip Tribun Jogja.com yang mewawancarai Atep Kurnia, peneliti literasi Pusat Studi Sunda menyebut, Richard Thomas memboyong dua naskah ke negerinya di akhir abad 16. Richard James kemungkinan pernah ikut dalam salah satu ekspedisi pelayaran Inggris ke wilayah timur antara 1579-1611 Masehi. Di rentang periode itu ada setidaknya tiga pelayaran besar oleh armada Inggris. Yaitu ekspedisi Sir Francis Drake (1580), Sir Thomas Cavendish (1587), dan Sir James Lancaster (1601). Kapal pelayaran terakhir ini konon sempat mendarat di Banten. Kedua naskah itu diserahkan bukan oleh Richard, tapi lewat kakaknya, Andrew James. Adik bungsu mereka, Thomas James, merupakan pustakawan pertama di perpustakaan tersebut. Tahun 1967, atau setelah 340 tahun tersimpan, Bujangga Manik ditemukan dan diteliti J Noorduyn (Sumargo 2019) Direktur KITLV (The Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies ) Belanda yang pensiun pada 1991.

Naskah kuno Bujangga Manik bercerita tokoh Prabu Jaya Pakuan atau Bujangga Manik, resi Hindu dari Kerajaan Sunda yang lebih suka menjalani hidup sebagai seorang resi, walaupun sebenarnya ia seorang kesatria dari keraton Pakuan Pajajaran, Kerajaan Sunda, yang bertempat di wilayah yang sekarang menjadi Kota Bogor. Bujangga Manik melakukan dua kali perjalanan dari Pakuan Pajajaran ke timur Jawa. Yang pertama dari Pakancilan di Pakuan Pajajaran sampai ke Pamalang di Jawa bagian tengah yang merupakan wilayah Kerajaan Majapahit. Pada perjalanan kedua Bujangga Manik malah sempat singgah di Bali untuk beberapa lama, namun tidak di sebutkan tempat-tempat Bujangga Manik mengunjungi Bali. Cerita berakhir saat Bujangga Manik bertapa di sekitar Gunung Patuha sampai akhir hayatnya. Bujangga Manik menggunakan 2 transportasi saat mengelilingi Jawa – Bali, yaitu transportasi laut dan transportasi darat.

Tempat yang di kunjungi dan dilalui oleh Bujangga Manik berdasarkan penelitian Noorduyn
Sumber : Noorduyn 1982

Dari 1.641 baris syair di naskah kuno Bujangga Manik, tak satupun memuat kata-kata atau bahasa yang mengindikasikan pengaruh Arab atau Islam. Semuanya berbahasa Sunda yang terpengaruh kuat bahasa Jawa. Aksara yang dipakai aksara Sunda, yang dipengaruhi aksara dari India. Hal menarik berikutnya menurut Noorduyn adalah Bujangga Manik menyebut 450 nama tempat yang disinggahinya, yang semuanya berlokasi di Pulau Jawa. Secara geografi ini sangat menarik. Nama-nama tempat itu masih banyak yang bisa dikenali, tapi juga tak sedikit yang sudah lenyap atau mungkin berganti nama yang sama sekali berbeda (Noorduyn 1982).

Bujangga Manik sebagai seorang penjelajah berhasil membuat cerita perjalanannya keliling Jawa dan Bali, di mana pada saat itu Pulau Jawa masih terbagi dalam beberapa kerajaaan. Perjalanan Bujangga Manik tersebut tentu saja sebelum ada Jalan Raya Pos dari Anyer – Panarukan yang di bangun oleh Herman Willem Daendels (1808–1811) Gubernur Hindia Belanda pada abad ke 18.

Daftar Pustaka

  • Noorduyn, J. 1982. “Bujangga Manik’s Journeys through Java; Topographical Data from an Old Sundanese Source.” Bijdragen Tot de Taal-, Land- En Volkenkunde / Journal of the Humanities and Social Sciences of Southeast Asia 138 (4): 413–42. doi:10.1163/22134379-90003462.
  • Sumargo, Setya Krisna. 2019. “Diangkut Ke Inggris Sejak 1627, Naskah Kuna Bujangga Manik Ditemukan 340 Tahun Kemudian.” TribunJogja.Com, April 6. https://jogja.tribunnews.com/2019/04/06/diangkut-ke-inggris-sejak-1627-naskah-kuna-bujangga-manik-ditemukan-340-tahun-kemudian.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top