Asteroid Bennu termasuk dalam kategori objek dekat dengan Bumi. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa jika asteroid ini benar-benar menabrak Bumi di masa depan, dampaknya akan sangat besar, meskipun Bennu lebih kecil dibandingkan asteroid yang diyakini telah menyebabkan kepunahan dinosaurus. Bennu memiliki diameter sekitar 500 meter , sedangkan asteroid yang menabrak Bumi 66 juta tahun lalu, yang merupakan dinosaurus, diperkirakan berukuran lebih besar, sekitar 10 kilometer.
Para astronom memperkirakan bahwa kemungkinan Bennu akan menabrak Bumi pada September 2182 adalah sekitar 1 banding 2.700, atau sekitar 0,037%. Meskipun probabilitasnya kecil, ancaman ini tetap nyata. Asteroid Bennu ini menarik perhatian banyak ilmuwan, tidak hanya karena kemungkinannya menabrak Bumi, tetapi juga karena kandungan material di dalamnya yang mengandung senyawa pembentuk kehidupan. Ini membuka kemungkinan bahwa asteroid ini memiliki peran dalam proses pembentukan kehidupan di planet kita.

Sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Science Advances menunjukkan bahwa asteroid dengan ukuran seperti Bennu bisa menabrak Bumi sekitar 100.000 hingga 200.000 tahun sekali. Dampak dari tabrakan seperti itu bisa sangat dramatis, salah satunya adalah terjadinya musim dingin global, sebuah fenomena di mana debu dan puing-puing dari tabrakan menutupi atmosfer Bumi, menghalangi cahaya matahari dan menurunkan suhu global secara signifikan selama bertahun-tahun. Kondisi ini dapat menyebabkan kelaparan massal dan kerusakan ekosistem.
Para ilmuwan juga menduga bahwa manusia purba mungkin pernah menghadapi dampak serupa akibat tabrakan asteroid besar di masa lalu. Meskipun tidak ada bukti pasti, perubahan iklim yang dramatis di masa lalu mungkin terkait dengan peristiwa-peristiwa semacam ini. Penelitian lebih lanjut mengenai asteroid Bennu dan objek serupa akan membantu kita memahami lebih dalam tentang ancaman yang dapat datang dari luar angkasa, serta bagaimana kita dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi potensi bencana tersebut.
Baca juga artikel tentang: Mengenal Pallas, Sabuk Asteroid Paling Banyak Kawah
Dampak Potensial Tabrakan Asteroid Bennu pada Evolusi dan Iklim Bumi
Menurut Dr. Lan Dai, seorang peneliti dari Pusan National University di Korea Selatan, peristiwa tabrakan asteroid seperti yang terjadi dengan Bennu mungkin sudah pernah dialami oleh nenek moyang kita. Bahkan, dampak dari peristiwa besar semacam itu mungkin memengaruhi evolusi manusia dan dapat berimplikasi pada perubahan genetik kita. Penemuan ini membuka kemungkinan bahwa bencana alam di masa lalu bisa memainkan peran besar dalam pembentukan kehidupan dan spesies yang ada sekarang, termasuk manusia.
Dalam penelitian ini, para ilmuwan menggunakan komputer super untuk mensimulasikan beberapa skenario berbeda mengenai dampak yang dapat ditimbulkan oleh tabrakan asteroid. Salah satu dampaknya adalah terciptanya kawah besar akibat tumbukan yang sangat kuat, yang akan memicu penyebaran material ke udara. Selain itu, gempa Bumi yang hebat juga akan terjadi pada saat yang sama, memperburuk situasi. Dari sini, sejumlah besar aerosol (partikel kecil) dan gas berbahaya akan terangkat ke atmosfer, yang dapat menyebabkan perubahan besar pada iklim Bumi. Aerosol adalah partikel yang terbentuk dari bahan padat atau cair yang melayang di udara, yang dapat memengaruhi iklim dengan cara mengubah jumlah sinar matahari yang sampai ke permukaan Bumi.

Jika asteroid Bennu jatuh di atas lautan, dampaknya bisa lebih dahsyat. Tabrakan dengan lautan akan menyebabkan tsunami besar yang meluncurkan sejumlah besar uap air ke atmosfer. Hal ini berpotensi memicu penipisan lapisan ozon, pelindung atmosfer Bumi dari radiasi berbahaya, yang bisa bertahan selama bertahun-tahun.
Menurut Dr. Dai, aerosol yang dihasilkan dari tabrakan—termasuk debu, jelaga, dan sulfur—akan menurunkan suhu global Bumi selama beberapa tahun. Salah satu skenario paling ekstrem yang diprediksi adalah ketika 400 juta ton debu beterbangan di atmosfer, menyebabkan efek musim dingin global yang luar biasa. Dengan penurunan cahaya matahari yang signifikan, suhu global bisa turun hingga 4 derajat Celsius. Kurangnya sinar matahari akan mengurangi penguapan dari permukaan Bumi, yang mengakibatkan penurunan curah hujan sekitar 15%.
Efek paling parah dari peristiwa ini adalah kemungkinan terjadinya musim dingin yang berkepanjangan, yang bisa berlangsung lebih dari 4 tahun. Akibat suhu yang ekstrem, kondisi iklim menjadi tidak mendukung bagi pertumbuhan tanaman, yang bisa menyebabkan penurunan fotosintesis di ekosistem darat dan laut hingga 20-30%. Ini akan berdampak langsung pada ketahanan pangan global, karena tanaman yang tidak dapat tumbuh mengurangi pasokan makanan yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup, termasuk manusia.
Penelitian ini menunjukkan bahwa sebuah tabrakan asteroid, meskipun tidak terjadi setiap hari, memiliki potensi untuk menyebabkan bencana global yang sangat serius, yang dapat mengubah wajah Bumi dan memengaruhi kehidupan manusia secara dramatis.
Baca juga artikel tentang: Mengenal Sabuk Asteroid: Pengertian, Sejarah, dan Klasifikasi
REFERENSI:
Dai, Lan & Timmermann, Axel. 2025. Climatic and ecological responses to Bennu-type asteroid collisions. Science Advances 11 (6), eadq5399.
Friedrich, Jon M dkk. 2025. Physical properties, internal structure, and the three‐dimensional petrography of CI chondrites. Meteoritics & Planetary Science.
Glavin, Daniel P dkk. 2025. Abundant ammonia and nitrogen-rich soluble organic matter in samples from asteroid (101955) Bennu. Nature Astronomy, 1-12.
Strickland, Ashley. 2025. Near-Earth asteroid Bennu could hit Earth in 157 years and set off a global ‘impact winter,’ study says. CNN: https://edition.cnn.com/2025/02/05/science/bennu-earth-impact-scenario/index.html diakses pada tanggal 17 Februari 2025.