Cuaca dan iklim memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan sehari-hari manusia, termasuk pada berbagai aktivitas masyarakat. Pengaruh ini tidak hanya terasa secara langsung, tetapi juga menciptakan kebutuhan tertentu yang memengaruhi industri dan pola hidup masyarakat.
Menurut Noersomadi, Peneliti Ahli Madya di Pusat Riset Iklim dan Atmosfer, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), pengaruh cuaca dan iklim terlihat jelas, terutama di negara seperti Indonesia yang memiliki musim hujan yang intens. Dalam acara Bincang Sains Kawasan Bandung Garut (BISAAN BANGGA) yang disiarkan melalui saluran YouTube BRIN Indonesia pada Jumat (13/12/2024), ia menjelaskan beberapa contoh sederhana bagaimana musim hujan memengaruhi aktivitas masyarakat.
“Di musim basah seperti saat ini, kebutuhan masyarakat terhadap perlengkapan seperti jas hujan dan payung meningkat drastis,” ungkapnya. Misalnya, para pengendara motor, yang jumlahnya sangat banyak di Indonesia, membutuhkan jas hujan untuk melindungi diri saat berkendara. Begitu pula bagi pejalan kaki, mereka memerlukan payung untuk beraktivitas di luar ruangan tanpa terganggu hujan.
Dampak ini juga terlihat pada sektor industri yang menyesuaikan diri dengan kondisi cuaca. Permintaan terhadap produk seperti jas hujan dan payung menciptakan peluang bagi produsen dan pedagang. Dengan kata lain, perubahan cuaca secara langsung menciptakan pergeseran kebutuhan masyarakat, yang memengaruhi ekonomi lokal.
Contoh ini hanyalah sebagian kecil dari bagaimana cuaca dan iklim memengaruhi kehidupan manusia. Dari kebiasaan sehari-hari hingga kebutuhan industri, pengaruhnya sangat luas dan tidak dapat diabaikan. Hal ini menunjukkan betapa eratnya hubungan antara fenomena alam dengan aktivitas manusia, menciptakan keterkaitan yang saling memengaruhi.
Cuaca dan iklim memainkan peran penting dalam berbagai aspek kehidupan manusia, mulai dari pertanian hingga kesehatan, bahkan pariwisata. Setiap perubahan musim membawa peluang dan tantangan tersendiri yang memengaruhi aktivitas sehari-hari dan sektor ekonomi tertentu.
Contohnya, pada musim kering, petani garam sangat mengandalkan cuaca panas untuk mengeringkan air laut dan meningkatkan produksi garam. Sebaliknya, saat musim basah, kondisi ini dimanfaatkan oleh para petani padi dan petani lain untuk menanam sumber pangan seperti sayuran dan tanaman pokok lainnya.
Di bidang transportasi, cuaca menjadi faktor krusial yang memengaruhi keselamatan dan efisiensi perjalanan. Suhu udara, arah dan kecepatan angin, awan, hingga kabut dapat berdampak pada kelancaran penerbangan maupun transportasi laut. Misalnya, angin kencang dan kabut tebal bisa menunda penerbangan atau membuat kapal laut sulit beroperasi.
Cuaca dan iklim juga berdampak signifikan pada kesehatan masyarakat. Beberapa penyakit lebih sering muncul pada kondisi cuaca tertentu. Sebagai contoh, setelah puncak musim hujan, kasus demam berdarah dengue (DBD) sering meningkat. Ini terjadi karena banyaknya genangan air yang menjadi tempat ideal bagi nyamuk Aedes aegypti berkembang biak, sehingga mempercepat penyebaran penyakit.
Selain itu, di negara-negara dengan empat musim, cuaca dimanfaatkan untuk industri pariwisata, dengan atraksi yang dirancang sesuai perubahan musim. Di Jepang, misalnya, wisata musim dingin seperti snowboarding atau ski menjadi populer, sedangkan musim semi identik dengan festival sakura. Pada musim panas, kegiatan seperti piknik di danau atau pantai menjadi pilihan favorit. Musim gugur menawarkan keindahan visual saat dedaunan berubah warna dari hijau menjadi kuning dan merah, menciptakan suasana yang memikat.
Manajemen cuaca dan iklim di sektor pariwisata juga melibatkan pemantauan yang cermat, memastikan bahwa kegiatan wisata dapat berjalan aman dan nyaman. Kombinasi antara keunikan alam, teknologi pemantauan cuaca, dan strategi pengelolaan menjadikan cuaca dan iklim bukan hanya tantangan, tetapi juga sumber peluang untuk meningkatkan kualitas hidup manusia di berbagai bidang.
Iklim dan cuaca tidak hanya memengaruhi aktivitas sehari-hari, tetapi juga berperan penting dalam membentuk budaya dan gaya hidup masyarakat, khususnya di negara seperti Indonesia. Sebagai contoh, iklim tropis dengan suhu yang hangat dan curah hujan tinggi membuat masyarakat lebih memilih pakaian yang ringan dan nyaman, seperti katun, serta mendesain rumah dengan ventilasi yang baik untuk menghadapi cuaca lembap. Begitu pula dengan pola makanan, adat istiadat, dan aktivitas sehari-hari yang sering kali menyesuaikan dengan kondisi iklim setempat.
Selain itu, iklim juga memiliki dampak besar pada perencanaan konstruksi bangunan. Arsitektur di Indonesia, misalnya, banyak menggunakan atap yang curam untuk mengalirkan air hujan dengan cepat, serta material bangunan yang tahan terhadap cuaca panas dan lembap. Faktor ini menjadi pertimbangan utama dalam membangun struktur yang tidak hanya fungsional tetapi juga tahan lama terhadap kondisi iklim lokal.Untuk memahami dampak iklim secara lebih mendalam, pengukuran cuaca dan iklim menjadi hal yang sangat penting. Pengumpulan data cuaca dilakukan untuk mencatat perubahan yang terjadi di masa lalu, memberikan gambaran kondisi saat ini, serta menjadi alat untuk memprediksi keadaan di masa depan. Selain itu, pengukuran ini juga berperan dalam memberikan peringatan dini tentang potensi bencana alam seperti badai, banjir, atau kekeringan.
Catatan cuaca yang akurat tidak hanya bermanfaat bagi perencanaan harian tetapi juga menjadi dasar penting untuk mengantisipasi kejadian ekstrem, seperti perubahan iklim global. Dengan data ini, masyarakat dan pemerintah dapat membuat keputusan yang lebih bijaksana terkait ketahanan pangan, infrastruktur, hingga mitigasi bencana. Melalui pemahaman ini, kita dapat melihat bahwa cuaca dan iklim adalah elemen mendasar yang memengaruhi hampir setiap aspek kehidupan manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini menegaskan pentingnya pemantauan iklim dan cuaca sebagai bagian dari upaya bersama untuk menciptakan kehidupan yang lebih aman, nyaman, dan berkelanjutan.
REFERENSI:
Verma, Yogesh dkk. 2024. ClimODE: Climate and Weather Forecasting with Physics-informed Neural ODEs. https://doi.org/10.48550/arXiv.2404.10024