Pengaruh Lingkungan terhadap Dermatitis Atopik pada Manusia dan Strategi Pencegahannya

Dermatitis atopik adalah penyakit kulit inflamasi kronis yang sering memengaruhi kualitas hidup penderitanya. Dalam penelitian berjudul “Effects of Ambient Temperature […]

dermatitis atopik

Dermatitis atopik adalah penyakit kulit inflamasi kronis yang sering memengaruhi kualitas hidup penderitanya. Dalam penelitian berjudul “Effects of Ambient Temperature on Atopic Dermatitis and Attributable Health Burden: A 6-Year Time-Series Study in Chengdu, China” oleh Chen et al. (2023), terdapat penjelasan bahwa suhu udara lingkungan, baik ekstrem panas maupun dingin, memiliki dampak signifikan terhadap risiko penyakit ini.

Hubungan Suhu Lingkungan dengan Dermatitis Atopik

Penelitian yang dilakukan di Chengdu, Cina, selama enam tahun (2015–2020), menganalisis 10.747 kunjungan pasien yang mengalami dermatitis atopik. Penelitian ini menemukan pola hubungan berbentuk U, di mana suhu ekstrem di bawah 19,6 °C atau di atas 25,3 °C meningkatkan risiko kunjungan pasien ini. Risiko kejadian kasus dermatitis atopik terjadi lebih tinggi pada suhu rendah daripada suhu tinggi, dengan peningkatan kunjungan hingga 160% saat suhu turun di bawah 0 °C dibandingkan suhu optimal 22,8 °C.

Kelompok Rentan

Subkelompok tertentu bersifat lebih rentan terhadap perubahan suhu. Anak-anak dan pria menunjukkan kerentanan yang lebih tinggi. Anak-anak memiliki tingkat protein filaggrin yang lebih rendah dan sensitivitas inflamasi yang lebih tinggi, yang dapat memperburuk kondisi kulit mereka pada suhu ekstrem. Sementara itu, pria menunjukkan peningkatan risiko dermatitis atopik akibat pengaruh hormon seks yang berkontribusi pada fungsi penghalang kulit yang lebih lemah daripada wanita.

Dampak Ekonomi

Selama periode studi, sekitar 25,4% dari total kunjungan pasien terkait penyakit ini dihubungkan dengan suhu ekstrem. Ini menghasilkan beban ekonomi sebesar 137.161,5 dolar AS untuk biaya perawatan kesehatan. Suhu rendah menyumbang 22,4% dari kasus tersebut, sedangkan suhu tinggi menyumbang 3,0%.

Mekanisme Fisiologis

Pada suhu rendah, aktivitas sitokin proinflamasi dan reaktivitas sel mast meningkat, memperburuk peradangan kulit. Penurunan suhu juga melemahkan fungsi penghalang epidermis dan meningkatkan kehilangan air trans-epidermal, sehingga memperburuk gejala dermatitis atopik. Sebaliknya, suhu tinggi memicu produksi keringat yang bersifat iritatif dan meningkatkan aktivitas serat saraf yang menyebabkan rasa gatal, yang menjadi salah satu gejala utama dermatitis atopik.

Implikasi untuk Kebijakan Kesehatan

Hasil studi ini menunjukkan pentingnya tindakan mitigasi untuk melindungi kelompok rentan dari dampak suhu ekstrem. Perlu strategi seperti edukasi tentang perlindungan kulit dan penghindaran aktivitas luar ruangan pada kondisi cuaca ekstrem. Perlu pemahaman yang lebih mendalam tentang dampak suhu terhadap penyakit ini dengan perubahan iklim yang semakin intens, untuk meningkatkan kesadaran, pencegahan, dan pengelolaan kesehatan masyarakat secara keseluruhan.

Hubungan Paparan Lingkungan dengan Kejadian Dermatitis Atopik pada Manusia

Ternyata, dermatitis atopik telah memengaruhi sekitar 20% anak-anak dan 10% orang dewasa di seluruh dunia. Penyakit ini memiliki beban gejala yang signifikan, seperti pruritus, rasa sakit, dan gangguan tidur, yang berdampak negatif pada kualitas hidup penderita. Selain faktor genetik, artikel berjudul The Role of the Environment and Exposome in Atopic Dermatitis oleh Stefanovic et al. (2021)​menjelaskan bahwa paparan lingkungan memainkan peran penting dalam patogenesis dermatitis atopik melalui interaksi dengan sistem imun, mikrobioma kulit, dan penghalang kulit.

Paparan Lingkungan dan Eksposom

Istilah “eksposom” mengacu pada semua faktor lingkungan yang memengaruhi individu dari masa konsepsi hingga kematian. Faktor-faktor ini melibatkan paparan berskala global seperti perubahan iklim, polusi udara, serta eksposur lokal seperti kesadahan air, pola makan, dan tekanan psikososial. Studi menunjukkan bahwa dosis dan waktu paparan sangat memengaruhi perkembangan dermatitis atopik. Misalnya, rendahnya kelembaban relatif dan paparan sinar UV yang minim berkaitan dengan gangguan pada lapisan terluar dari kulit, dan dapat memperparah gejala dermatitis atopik.

Peran Polusi Udara

Polusi udara, seperti senyawa organik volatil (VOC) dan materi partikulat (PM), memberikan risiko efek yang merusak integritas lapisan terluar kulit melalui produksi spesies oksigen reaktif (ROS). Paparan ini memicu perubahan epigenetik pada sistem imun, yang mempolarisasikan imun adaptif ke arah fenotipe TH2, yang kemudian dapat memperparah peradangan kulit. Sebagai contoh, penelitian di Korea Selatan menunjukkan hubungan positif antara paparan PM yang sangat halus dengan gejala dermatitis atopik.

Interaksi Mikrobioma Kulit dan Usus

Ternyata, lingkungan sangat mempengaruhi mikrobioma kulit dan usus. Pada penderita dermatitis atopik, terjadi penurunan diversitas mikrobioma kulit dengan dominasi bakteri patogen seperti Staphylococcus aureus. Paparan sinar UVB dosis rendah terbukti dapat meningkatkan diversitas mikrobioma usus melalui peningkatan sintesis vitamin D. Penelitian lain menunjukkan bahwa bayi dengan mikrobioma usus yang kurang beragam lebih rentan terhadap dermatitis atopik, menggarisbawahi pentingnya intervensi mikrobiota sejak dini.

Dampak Faktor Psikososial terhadap Dermatitis Atopik

Tekanan psikososial juga berkontribusi pada patogenesis penyakit ini. Respons stres mengaktifkan sumbu hipotalamus-hipofisis-adrenal, meningkatkan produksi sitokin seperti IL-31 yang memicu siklus gatal-garuk. Hal ini menyebabkan kerusakan mekanis pada keratinosit, yang memperburuk peradangan dan gangguan pada lapisan terluar kulit.

Strategi Intervensi Pencegahan Patogenesis

Pencegahan dermatitis jenis ini memerlukan pendekatan yang menyeluruh dan mencakup intervensi pada tingkat global, komunitas, maupun individu. Misalnya, pengurangan polusi udara melalui regulasi lalu lintas dan penggunaan pelembab kulit dengan kandungan antioksidan dapat membantu memperbaiki kondisi lapisan terluar kulit. Selain itu, terapi berbasis mikrobiota menawarkan solusi baru untuk mengatasi ketidakseimbangan mikrobiota dalam tubuh yang terkait dengan dermatitis atopik.

Sumber: id.pinterest.com

Kesimpulan

Paparan lingkungan memainkan peran penting dalam kejadian dermatitis atopik. Dengan memahami hubungan kompleks antara lingkungan, sistem imun, mikrobioma, dan genetik, memungkinkan kita untuk mengembangkan strategi intervensi yang lebih efektif. Pendekatan holistik berbasis paparan lingkungan memberikan peluang besar untuk meningkatkan kualitas hidup penderita penyakit ini dan mengurangi prevalensinya di masa depan.

Referensi

Chen, et al. 2023. Effects of ambient temperature on atopic dermatitis and attributable health burden: a 6-year time-series study in Chengdu, China. Diakses pada 21 November 2024 dari https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10135404/pdf/peerj-11-15209.pdf

Stefanovic,et al. 2021. The Role of the Environment and Exposome in Atopic Dermatitis. Diakses pada 21 November 2024 dari https://link.springer.com/article/10.1007/s40521-021-00289-9

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top