Pewangi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern. Kita menggunakannya dalam berbagai produk, mulai dari parfum, sabun, deterjen, hingga pengharum ruangan. Aroma harum memberikan sensasi segar dan menyenangkan. Namun, ternyata aroma yang menyenangkan dari pewangi tersebut menyimpan dampak bahaya yang mungkin tidak banyak disadari, yaitu neurotoksisitas.
Apa itu Neurotoksisitas?
Neurotoksisitas adalah kondisi di mana sistem saraf mengalami gangguan akibat paparan zat kimia berbahaya. Zat-zat ini dapat mengganggu fungsi normal sel saraf, menyebabkan berbagai gejala seperti sakit kepala, pusing, gangguan konsentrasi, hingga kerusakan saraf permanen.
Pewangi dan Kandungan Kimianya
Sumber: id.pinterest.com
Pewangi mengandung berbagai senyawa kimia yang berfungsi untuk menciptakan aroma tertentu. Beberapa senyawa ini bersifat volatil, artinya mudah menguap dan terhirup melalui saluran pernapasan. Beberapa bahan kimia yang umumnya terdapat dalam pewangi antara lain:
- Phthalates: Penggunaannya sebagai pelarut dan fiksatif untuk membuat aroma lebih tahan lama. Phthalates telah dikaitkan dengan gangguan hormon, masalah reproduksi, dan pengaruhnya terhadap kepadatan tulang. Zat kimia ini juga memiliki pengaruh negatif bagi tumbuh kembang anak-anak.
- Musk sintetis: Merupakan bahan sistetis kimia yang berguna dalam menghasilkan aroma. Zat ini juga berkontribusi pada gangguan sistem endokrin yang mempengaruhi kestabilan hormon.
- Beberapa kandungan zat kimia dalam pewangi juga bersifat sensitizer, yaitu mengakibatkan kulit menjadi lebih sensitif dari sebelumnya. Contoh kandungan pewangi yang bersifat sensitizer meliputi Citral, Citronellol, dan Eugenol.
Dampak Neurotoksisitas Pewangi
Paparan jangka panjang terhadap bahan kimia ini dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk:
- Dampak Neurologis dan Endokrin: Pewangi memiliki efek neurotoksik dan neurostimulator. Ibu-ibu yang sensitif terhadap pewangi ditemukan tiga kali lebih mungkin memiliki anak dengan autisme. Beberapa parfum dapat bersifat sitotoksik terhadap perkembangan otak janin manusia berdasarkan penelitian in vitro dengan garis sel neuroblastoma.
- Mutagenisitas, Sitotoksisitas, dan Karsinogenesis: Terdapat studi yang menyatakan bahwa sebagian besar parfumdapat menunjukkan beberapa tingkat potensi mutagenik. Paparan terhadap isoeugenol mengakibatkan lesi non-neoplastik pada tikus jantan dan betina; hidung, forestomach, dan lambung kelenjar pada tikus jantan dan betina; dan ginjal pada tikus betina.
Pencegahan
Untuk meminimalkan risiko terkena dampak negatif dari neurotoksisitas zat ini, kita dapat melakukan beberapa hal berikut:
- Pilih produk dengan label “bebas pewangi” atau “alami”.
- Baca label produk dengan cermat dan hindari produk yang mengandung bahan kimia berbahaya.
- Jika memakai pengharum ruangan, pastikan ruangan tersebut memiliki ventilasi atau aliran udara yang baik.
- Penggunaan bahan-bahan alami sebagai pengharum ruangan dapat menjadi pilihan yang lebih baik, seperti bunga segar atau minyak esensial.
Hati-hati Terhadap Bahaya Tersembunyi di Balik Pewangi
Meskipun aroma harum memberikan sensasi yang menyenangkan, kita perlu menyadari risiko yang terkandung dalam zat mengandung pewangi. Neurotoksisitas adalah salah satu risiko yang perlu diwaspadai. Dengan memilih produk yang aman dan menerapkan kebiasaan hidup sehat, kita dapat meminimalkan dampak berbahaya dari bahan kimia tersebut dan menjaga kesehatan tubuh.
Referensi
Pinkas, et al. 2017. Neurotoxicity of fragrance compounds: A review. Diakses pada 8 Oktober 2024 dari https://zero.sci-hub.se/6974/415d6339be7c7e3744cef84d085cf56c/pinkas2017.pdf
Nieto and Ortega. 2021. Ubiquity, Hazardous Effects, and Risk Assessment of Fragrances in Consumer Products. Diakses pada 8 Oktober 2024 dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7825391