Sindrom kepala meledak atau Exploding Head Syndrome (EHS) adalah gangguan tidur langka yang ditandai dengan sensasi suara keras atau ledakan yang terjadi saat transisi antara tidur dan bangun. Meskipun sering kali tidak menimbulkan rasa sakit, pengalaman ini bisa memicu ketakutan, membangunkan penderita, dan menyebabkan insomnia. Artikel ini akan membahas dua kasus EHS berdasarkan penelitian yang didokumentasikan menggunakan polysomnography (PSG) dan perbaikan yang terjadi setelah pengobatan.
Karakteristik Sindrom Kepala Meledak
EHS sering kali muncul dalam bentuk suara seperti ledakan bom, tembakan, atau dentuman keras saat seseorang sedang jatuh tertidur atau bangun dari tidur. Kejadiannya berhubungan dengan stres emosional, meskipun gangguan ini dianggap jinak dan memiliki prognosis yang baik. Studi yang mendokumentasikan kondisi ini dengan PSG masih sangat terbatas, sehingga penyebab pasti dan pengobatan optimal untuk EHS belum diketahui secara luas.
Penderita EHS sering kali mengalami suara ledakan di kepala saat menjelang tidur atau saat terbangun. Suara ini bisa bervariasi, mulai dari dengingan halus hingga suara keras seperti tembakan atau petir. Sebelum mendengar suara tersebut, penderita mungkin mengalami gangguan penglihatan, seperti melihat cahaya yang sangat terang, mirip dengan aura pada penderita migrain. Gejala lain yang mungkin muncul termasuk sakit kepala ringan, sensasi panas pada tubuh, dan gerakan refleks yang tidak terkendali
Meskipun suara ledakan hanya berlangsung beberapa detik, pengalaman ini bisa sangat mengganggu dan membuat penderita sulit untuk kembali tidur. Akibatnya, banyak penderita mengalami insomnia dan kelelahan di siang hari, yang dapat mempengaruhi kualitas hidup mereka secara keseluruhan
Kasus 1: Wanita 71 Tahun dengan EHS
Pasien pertama adalah seorang wanita berusia 71 tahun yang mengalami suara ledakan di dalam kepala sekitar seminggu sekali, terutama pada malam hari. Ia juga memiliki sindrom kaki gelisah dan tinnitus pada telinga kirinya, namun kedua kondisi ini berbeda dari pengalaman EHS. Analisis PSG menunjukkan bahwa suara ledakan muncul saat transisi dari keadaan terjaga ke tidur tahap non-REM.
Setelah perawatan dengan rotigotine untuk sindrom kaki gelisah dan penggunaan alat oral untuk mengatasi apnea tidur, frekuensi serangan EHS menurun signifikan. Dalam waktu tiga bulan, EHS hilang sepenuhnya. Hal ini menunjukkan bahwa mengatasi gangguan tidur lainnya dapat membantu mengurangi gejala EHS.
Kasus 2: Wanita 55 Tahun dengan Depresi dan EHS
Kasus kedua melibatkan seorang wanita berusia 55 tahun dengan riwayat depresi berat selama tujuh tahun. Ia mengalami EHS berupa suara seperti balon meletus sekitar tiga kali seminggu, terutama dini hari. PSG menunjukkan suara ini terjadi saat transisi dari tidur REM ke keadaan terjaga.
Sumber: id.pinterest.com
Setelah menjalani perawatan apnea tidur dengan alat oral, serangan EHS tetap terjadi. Namun, ketika pasien menjalani terapi elektrokonvulsif untuk depresinya, EHS secara mengejutkan membaik. Serangan EHS hilang segera setelah terapi, dan kualitas tidurnya meningkat secara signifikan. Temuan ini menunjukkan kemungkinan hubungan antara depresi dan EHS.
Baca juga: Efek Mengejutkan Kurang Tidur pada Tubuh Anda dan Cara Mudah Memperbaikinya!
Diskusi dan Implikasi Gangguan Tidur Ini
Dua kasus ini menyoroti bahwa EHS dapat muncul dalam berbagai pola tidur dan sering kali terkait dengan gangguan tidur lainnya seperti apnea tidur atau kondisi psikiatris. PSG berperan penting dalam mendokumentasikan episode EHS secara objektif dan membedakan kondisi ini dari gangguan tidur lainnya.
Pengobatan EHS belum memiliki standar yang baku. Pendekatan nonfarmakologis seperti edukasi pasien tentang sifat jinak EHS, pengobatan gangguan tidur terkait, dan terapi psikologis dapat menjadi langkah awal. Dalam beberapa kasus, pengobatan farmakologis seperti antidepresan trisiklik atau terapi elektrokonvulsif mungkin efektif.
Sindrom kepala meledak adalah gangguan tidur yang jarang terjadi namun dapat mengganggu kualitas hidup penderita. Perlu penelitian lebih lanjut untuk memahami mekanisme biologis EHS dan pengobatan yang lebih efektif. Kasus-kasus ini menunjukkan bahwa pengelolaan gangguan tidur dan kondisi psikiatris dapat membantu mengurangi atau bahkan menghilangkan gejala EHS. Dengan meningkatnya perhatian dari para dokter dan peneliti, diharapkan pemahaman tentang EHS akan semakin berkembang.
Penanganan Gangguan Tidur Sindrom Kepala Meledak
Meskipun tidak ada pengobatan spesifik untuk EHS, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengelola gejala dan meningkatkan kualitas tidur:
- Menjaga Kualitas Tidur: Penting untuk menciptakan lingkungan tidur yang nyaman. Pastikan kamar tidur gelap dan tenang untuk membantu tidur lebih nyenyak.
- Mengurangi Stres: Teknik relaksasi seperti meditasi atau yoga dapat membantu mengurangi stres. Aroma terapi juga bisa menjadi pilihan untuk menciptakan suasana tenang sebelum tidur.
- Perhatikan Asupan Makanan: Menghindari kafein, alkohol, serta makanan pedas atau manis menjelang waktu tidur dapat membantu mencegah gangguan tidur.
- Konsultasi dengan Dokter: Jika gejala EHS terus berlanjut atau mengganggu kualitas hidup, penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli kesehatan untuk mendapatkan saran lebih lanjut.
Sindrom Kepala Meledak adalah kondisi yang unik dan menantang bagi penderitanya. Meskipun tidak berbahaya secara fisik, dampaknya terhadap kualitas hidup bisa signifikan. Dengan memahami gejala dan penyebabnya serta mengambil langkah-langkah untuk mengelola stres dan meningkatkan kualitas tidur, penderita dapat mengurangi frekuensi serta intensitas gejala EHS. Jika diperlukan, konsultasikan dengan profesional medis untuk mendapatkan panduan lebih lanjut mengenai penanganan sindrom ini.
Referensi
Nakayama, et al. 2021. Two cases of exploding head syndrome documented by polysomnography that improved after treatment. Journal of Clinical Sleep Medicine, Vol. 17, No. 1. Diakses pada 26 Desember 2024 dari https://jcsm.aasm.org/doi/10.5664/jcsm.8790
Halodoc. 2018. Perlu Tahu Penyakit Langka Exploding Head Syndrome. Diakses pada 26 Desember 2024 dari https://www.halodoc.com/artikel/perlu-tahu-penyakit-langka-exploding-head-syndrome