Hubungan Signifikan antara Zat Besi Heme yang Terkandung dalam Daging Merah dan Produk Hewani: Risiko Diabetes Tipe 2

Sebuah studi baru yang dipimpin oleh peneliti dari Harvard T.H. Chan School of Public Health menemukan bahwa konsumsi zat besi heme yang lebih tinggi berkaitan dengan peningkatan risiko terkena diabetes tipe 2 (T2D).

blank

Sebuah studi baru yang dipimpin oleh peneliti dari Harvard T.H. Chan School of Public Health menemukan bahwa konsumsi zat besi heme yang lebih tinggi—jenis zat besi yang ditemukan dalam daging merah dan produk hewani lainnya—berkaitan dengan peningkatan risiko terkena diabetes tipe 2 (T2D). Zat besi heme berbeda dengan zat besi non-heme yang sebagian besar ditemukan dalam makanan berbasis tumbuhan. Meskipun hubungan antara zat besi heme dan diabetes tipe 2 telah dilaporkan sebelumnya, temuan studi ini lebih jelas menjelaskan dan menetapkan hubungan tersebut.

Studi ini diterbitkan pada 13 Agustus di Nature Metabolism.

Para peneliti menilai hubungan antara zat besi dan diabetes tipe 2 menggunakan laporan makanan selama 36 tahun dari 206.615 orang dewasa yang terdaftar dalam Nurses’ Health Studies I dan II serta Health Professionals Follow-up Study. Tim memeriksa asupan peserta terhadap berbagai bentuk zat besi—total, heme, non-heme, dari makanan, dan dari suplemen—serta status diabetes tipe 2 peserta, dengan mengontrol faktor kesehatan dan gaya hidup lainnya.

blank
Ikhtisar studi.

Para peneliti juga menganalisis mekanisme biologis yang mendasari hubungan zat besi heme dengan diabetes tipe 2 di antara subkelompok peserta. Tim melihat biomarker metabolik plasma dari 37.544 peserta, termasuk yang terkait dengan kadar insulin, gula darah, lemak darah, peradangan, dan dua biomarker metabolisme zat besi. Tim juga memeriksa profil metabolomik dari 9.024 peserta—kadar plasma metabolit kecil, yang merupakan zat yang berasal dari proses tubuh seperti pemecahan makanan atau bahan kimia.

Studi ini menemukan hubungan signifikan antara peningkatan asupan zat besi heme dan risiko diabetes tipe 2. Peserta dengan asupan tertinggi memiliki risiko 26% lebih tinggi untuk mengembangkan diabetes tipe 2 dibandingkan peserta yang berada dalam kelompok asupan terendah. Selain itu, para peneliti menemukan bahwa zat besi heme menyumbang lebih dari setengah risiko diabetes tipe 2 yang terkait dengan daging merah yang tidak diproses dan proporsi sedang dari risiko beberapa pola makan terkait diabetes tipe 2. Sesuai dengan studi sebelumnya, para peneliti tidak menemukan hubungan signifikan antara asupan zat besi non-heme dari makanan atau suplemen dengan risiko diabetes tipe 2.

Studi ini juga menemukan bahwa asupan zat besi heme yang lebih tinggi dikaitkan dengan biomarker metabolik darah yang terkait dengan diabetes tipe 2. Asupan zat besi heme yang lebih tinggi dikaitkan dengan kadar biomarker yang lebih tinggi seperti C-peptide, trigliserida, protein C-reaktif, leptin, dan penanda kelebihan zat besi, serta kadar biomarker yang bermanfaat seperti kolesterol HDL dan adiponektin yang lebih rendah.

Para peneliti juga mengidentifikasi selusin metabolit darah—termasuk L-valin, L-lisin, asam urat, dan beberapa metabolit lipid—yang mungkin berperan dalam hubungan antara asupan zat besi heme dan risiko diabetes tipe 2. Metabolit-metabolit ini sebelumnya telah dikaitkan dengan risiko diabetes tipe 2.

Pada tingkat populasi, temuan studi ini memiliki implikasi penting bagi pedoman diet dan strategi kesehatan masyarakat untuk mengurangi tingkat diabetes, menurut para peneliti. Secara khusus, temuan ini menimbulkan kekhawatiran tentang penambahan zat besi heme ke produk pengganti daging berbasis tumbuhan untuk meningkatkan rasa dan tampilan seperti daging. Produk-produk ini semakin populer, tetapi efek kesehatannya memerlukan penelitian lebih lanjut.

blank
Diagram alir populasi penelitian.

Para peneliti mencatat bahwa studi ini memiliki beberapa keterbatasan, termasuk kemungkinan perhitungan yang tidak lengkap untuk faktor pengganggu dan kesalahan pengukuran dalam data epidemiologis. Selain itu, temuan ini—berdasarkan populasi studi yang sebagian besar berkulit putih—perlu direplikasi dalam kelompok ras dan etnis lainnya.

Referensi:

[1] https://www.hsph.harvard.edu/news/press-releases/significant-link-found-between-heme-iron-found-in-red-meat-and-other-animal-products-and-type-2-diabetes-risk/ diakses pada 14 Agustus 2024.

[2] Fenglei Wang, Andrea J. Glenn, Anne-Julie Tessier, Zhendong Mei, Danielle E. Haslam, Marta Guasch-Ferré, Deirdre K. Tobias, A. Heather Eliassen, JoAnn E. Manson, Clary Clish, Kyu Ha Lee, Eric B. Rimm, Dong D. Wang, Qi Sun, Liming Liang, Walter C. Willett, Frank B. Hu. Integration of epidemiological and blood biomarker analysis links haem iron intake to increased type 2 diabetes riskNature Metabolism, 2024; DOI: 10.1038/s42255-024-01109-5

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *