Digitalisasi UMKM Dalam Rangka Mengurangi Dampak Resesi

Masih lekat dalam ingatan bagaimana pandemi Covid-19 berdampak tak hanya pada sektor kesehatan tetapi juga sektor ekonomi. Jika sekilas kita […]

Masih lekat dalam ingatan bagaimana pandemi Covid-19 berdampak tak hanya pada sektor kesehatan tetapi juga sektor ekonomi. Jika sekilas kita membuka lembaran lalu, tahun 2020 resesi ekonomi telah dilaporkan oleh berbagai negara, termasuk Indonesia. Kondisi perekonomian yang masuk jurang resesi tersebut turut ditegaskan melalui data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyatakan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) RI pada kuartal III-2020 berada pada minus 3,49 persen (year on year/yoy). Secara agregat pertumbuhan ekonomi tahun 2020 pun dilaporkan BPS berada pada minus 2,07%. 

Berbagai upaya penanganan resesi ekonomi sebenarnya telah direalisasikan pemerintah Indonesia salah satunya dengan inisiasi beberapa paket stimulus ekonomi, kebijakan yang diharapkan dapat memberikan relaksasi terhadap aktivitas ekonomi masyarakat. Namun demikian, kombinasi kebijakan terbaik sangat butuh untuk terus diformulasikan dengan setidaknya menyeimbangkan terkait kecepatan, efektivitas dan efisiensi, serta keterlibatan banyak stakeholder. Pada intinya, upaya untuk menemukan celah solusi di tengah ketidakpastian itulah yang menjadi urgensi.

Dalam rangka bangkit dari resesi, celah pergerakan aktivitas ekonomi diperlukan untuk bertahan. Kabar baiknya di tengah kondisi yang serba tak pasti dan hampir semua sektor terdampak, nyatanya masih ada beberapa aktivitas ekonomi yang justru meroket dan menjadi penopang. Berdasarkan hasil riset Google, Temasek, dan Bain & Company, ekonomi digital Indonesia justru semakin menunjukkan eksistensinya. Sektor tersebut bertahan dengan perkiraan nilai transaksi sebesar 44 miliar dolar AS pada tahun 2020. 

Dengan adanya potensi tersebut, ekonomi digital harus semakin gencar untuk diimplementasikan ke berbagai lapisan masyarakat, termasuk pada sektor usaha masyarakat yaitu UMKM. Upaya melibatkan UMKM dalam dunia digital menjadi sasaran strategis yang akan membantu pergerakan ekonomi hingga ke lapisan bawah. Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, UMKM merupakan salah satu penopang ekonomi nasional yang menyumbang proporsi 97% dari total keseluruhan usaha, berkontribusi terhadap 50% terhadap tenaga kerja, serta memberikan proporsi sebesar 20%-50% terhadap GDP. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, UMKM teruji menjadi salah satu potensi penyelamat ekonomi dari dampak resesi di tahun 1998.

Kolaborasi antara peluang ekonomi digital dan potensi UMKM tentu akan lebih optimal dalam mendongkrak perekonomian. Berdasarkan Asia Pacific SMB Digital Maturity Study Tahun 2020, digitalisasi usaha kecil dan menengah (UKM) di Indonesia bisa meningkatkan PDB Indonesia hingga 160 – 164 miliar dollar AS di tahun 2024. Namun nyatanya hingga saat ini implementasi dalam digitalisasi UMKM hanya meraup angka 15% dari total UMKM yang ada di Indonesia. Hal tersebut menjadi sebuah fakta yang harus dicarikan solusinya. Sebagaimana yang dipaparkan Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani, potensi yang luar biasa perlu direspon dengan necessary dan submission condition. Artinya potensi tidak akan ada artinya jika tidak ada strategi yang memfasilitasi tercapainya target. 

Oleh karena itu inisiasi program UMKM Go Digital oleh pemerintah menjadi salah satu hal yang dinantikan untuk mendongkrak perekonomian di tengah badai resesi. Dalam rangka mendukung program tersebut, dibutuhkan pula mass campaign yang mendukung mindset digitalisasi usaha berbasis rakyat. Maka gerakan Ayo “ONLINE” diinisasi melalui tulisan ini untuk memberikan semangat digital ke masyarakat. Konsep tersebut ditujukan kepada UMKM dan masyarakat secara luas untuk lebih mengoptimalkan aktivitas digital guna mendongkrak pertumbuhan ekonomi. 

Optimalkan Network (ON). Network tersebut dapat dicapai dengan fokus pada keunggulan media online. Dalam hal ini, pemanfaatan internet perlu diperluas bukan hanya untuk berselancar mencari informasi tetapi juga peluang menjadi lahan mencari sesuap nasi. Jaringan dengan mudahnya dapat dicari di dunia maya, hal ini tentu akan memudahkan dalam mendukung aktivitas ekonomi seperti mencari konsumen, mitra dagang, hingga pemasok. Maka, perlu bagi kita bersama untuk menanamkan mindset bahwa internet memang punya kelebihan dan kekurangan yang tak terbatas, dan tugas kita adalah mengoptimalkan manfaat serta meminimalisasi mudharat. 

Lakukan Inovasi (LI). Tidak bisa dipungkiri bahwa celah potensi ekonomi digital tersebut akan lebih berdampak signifikan jika diiringi dengan inovasi produk dan metode. Dengan pergerakan ekonomi dan teknologi yang sangat cepat, semua pihak pun dituntut untuk menyesuaikan dengan perkembangan. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Teori Darwin, survivor bukanlah mereka yang paling kuat dan hebat, tetapi mereka yang mampu bertahan dan beradaptasi dengan perubahan. Pun dalam kondisi pandemi ini, UMKM akan mati jika tidak menyesuaikan kebijakan dan beradaptasi dengan himpitan. Maka, inovasi digital menjadi jalan yang menjanjikan.

Nikmati Effect (NE). Seringkali banyak orang yang takut mencoba sehingga mereka tidak akan tau hasilnya. Melalui semangat digitalisasi ini, diharapkan seluruh lapisan masyarakat mau mencoba untuk keluar dari zona krisis akibat pandemi dan beradaptasi dengan teknologi. Sebab untuk menikmati hasil yang menjanjikan dibutuhkan keberanian untuk melangkah dan menyesuaikan dengan kondisi. 

Jika pandemi adalah ranah uji bagi kita yang mau dan mampu mengambil pelajaran, maka resesi adalah sebab dan akibat yang harus dicari upaya perbaikan. Bersama kita bisa untuk melewati badai resesi, sebab semua pihak adalah calon aktor yang berkontribusi menjadi pahlawan digital UMKM. 

Jadi tunggu apalagi Ayo “ONLINE”, kamukah pahlawan selanjutnya?

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top