Apa itu Hidrosiklorokuin? Hydroxychloroquine adalah obat yang digunakan untuk mencegah dan menangani penyakit malaria. Malaria merupakan penyakit yang menyebar melalui gigitan nyamuk yang membawa parasit, seperti Plasmodium malariae, Plasmodium ovale, Plasmodium vivax, atau Plasmodium falciparum. Akan tetapi, obat ini tidak bisa digunakan untuk jenis malaria tertentu, yang sudah kebal terhadap chloroquine.Selain itu, hydroxychloroquine juga digunakan untuk menangani penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh atau autoimun, seperti lupus atau peradangan sendi (rheumatoid arthritis). Penggunaan hydroxychloroquine untuk menangani kedua kondisi ini merupakan langkah alternatif, apabila pengobatan utama yang sudah dilakukan sebelumnya tidak berhasil [1]. Hidroksiklorokuin merupakan derivat klorokuin dengan profil keamanan yang lebih baik, terutama pada penggunaan jangka panjang. Oleh karena itu, beberapa ahli melakukan penelitian untuk melihat efek hidroksiklorokuin terhadap SARS-CoV-2 [4].
Baru-baru ini presiden Amerika Serikat, Donald Trump sedang gencar-gencarnya mempromosikan penggunaan obat antimalaria hidroklorokuin sebagai alternatif pencegahan covid-19 yang dinilai sangat efektif. Melansir dari Kumparan.com, “Saya sudah meminumnya (hidroklorokuin) selama satu setengah minggu terakhir. Satu pil, setiap hari,” kata Trump dikutip dari Reuters, Senin (18/5). Trump yang kini berusia 73 tahun pun setiap hari dites terkait virus corona, hasilnya selalu negatif. Ia mengaku sudah menanyakan penggunaan hidroklorokuin kepada dokter Gedung Putih, dan dijawab bisa jika memang Trump menginginkannya [2].
Namun, benarkah hidroklorokuin atau hydroxychloroquine (HCQ) efektif terhadap pencegahan hingga pemutusan rantai Covid-19?. Sebuah artikel penelitian yang terbit pada jurnal terbuka, The Lancet pada 22 Mei 2020 melaporkan penelitian terhadap 96.032 pasien dari total 671 rumah sakit yang didiagnosis menderita Covid-19 periode 20 Desember 2019 hingga 14 April 2020 bahwa penggunaan klorokuin (CQ) ataupun hidroklorokuin (HCQ) baik yang digunakan secara langsung maupun dikombinasikan dengan antibiotik jenis makrolida sama sekali tidak menunjukkan manfaat dalam pemutusan rantai bahkan dapat meningkatkan potensi kematian yang lebih besar [3].
Mekanisme kerja hidroksiklorokuin pada COVID-19 belum jelas, diduga serupa dengan klorokuin, yaitu melalui hambatan fusi dan uncoating virus, alkalisasi lisosomal, interaksi dengan reseptor ACE2 dan sebagai imunomodulator. Hidroksiklorokuin diabsorbsi cepat pada pemberian oral dan terdistribusi luas ke jaringan. Bioavailabilitasnya 67%-74%, kadar puncak tercapai dalam 3,3 jam. Hidroksiklorokuin dimetabolisme oleh enzim CYP2C8, CYP2D6 dan CYP3A4 menjadi desetilhidroksiklorokuin dan desetilklorokuin. Hidroksiklorokuin dan metabolitnya diekskresi melalui ginjal secara lambat. Waktu paruh terminal hidroksiklorokuin sekitar 40-50 hari [4].
Meskipun relatif aman bila digunakan sesuai rekomendasi dosis, hidroksiklorokuin dapat menimbulkan efek samping serius. Gangguan jantung bisa terjadi pada penggunaan akut maupun kronik. Dapat terjadi kardiomiopati, pemanjangan QT interval yang menimbulkan aritmia, miopati, neuripati dan hipoglikemia. Kerusakan retina yang menetap dapat terjadi pada penggunaan jangka panjang. Alergi terhadap klorokuin atau hidroksiklorokuin atau derivat 4-aminokuinolin lain. Hati-hati penggunaan pada pasien gangguan jantung, diabetes mellitus, epilepsi, gangguan fungsi hati. Berbagai uji klinik penggunaan hidroksiklorokuin untuk COVID-19 masih berlangsung. Bukti efikasi dan keamanan penggunaan hidroksiklorokuin pada COVID-19 masih terbatas, didasari hasil uji pendahuluan berskala kecil, yang hasilnya masih kontroversi sehingga harus diinterpretasikan dengan hati-hati. Keputusan menggunakan hidroksiklorokuin harus didasari pertimbangan manfaat dan risiko yang cermat bagi pasien [4]. Oleh karena itu, pemilihan obat antimalaria hidroksiklorokuin terhadap pencegahan maupun penyembuhan COVID-19 belum bisa dinyatakan efektif menimbang berbagai efek samping yang ditimbulkan diperkirakan dapat meningkatkan kematian.
Referensi:
[1]https://www.alodokter.com/hydroxychlroquine diakses pada 23 Mei 2020 pukul 16.37 WIB.
[2]https://kumparan.com/kumparannews/trump-klaim-konsumsi-hidroklorokuin-tiap-hari-untuk-hindari-corona-1tRSunv2bap diakses pada 23 Mei 2020 pukul 16.45 WIB.
[3]Mehra, M. R., S. S. Desai, F. R. Ruschitzka & A. N. Patel. 2020. The Lancet. Hydroxychloroquine Or Chloroquine With A Macrolide For Treatment Of COVID-19: A Multinational Registry Analysis. DOI: https://doi.org/10.1016/S0140-6736(20)31180-6.
[4] Persatuan Dokter Spesialis Farmakologi Klinik Indonesia (PERDAFKI). Kajian Farmakoterapi Obat. https://covid19.idionline.org/wp-content/uploads/2020/04/10.-PERDAFKI-.pdf diakses pada 23 Mei 2020 pukul 17.35.