Berdasarkan laporan di Worldometers, per tanggal 23 Mei 2020 Arab Saudi menempati peringkat ke 15 dalam hal jumlah positif Covid-19 [1]. Banyaknya penduduk Arab Saudi yang positif adalah 67.719 orang, yang meninggal sebanyak 364 orang (0,53%), yang sembuh mencapai 39.003 orang (57,59%), dan sisanya dalam perawatan. Hari raya Idul Fitri yang jatuh pada 24 Mei 2020 membuat Kerajaan Arab Saudi menerapkan berbagai kebijakan dalam rangka menekan penyebaran Covid-19 selama Idul Fitri. Kebijakan pertama adalah seruan Kerajaan Arab Saudi agar seluruh penduduknya melaksanakan sholat Idul Fitri di rumah masing-masing. Seruan ini berlaku untuk seluruh wilayah Arab Saudi tanpa terkecuali [2].
Kebijakan kedua adalah selama libur Idul Fitri 5 hari dari tanggal 23 – 27 Mei 2020, penduduk Arab Saudi tidak diperkenankan keluar rumah (karantina) selama 24 jam penuh. Penduduk yang melanggar karantina akan didenda 780 juta rupiah atau dipenjara 2 tahun, kecuali keluar rumah untuk darurat medis. Sedangkan penduduk yang sengaja menyebarkan virus akan didenda 2 miliar rupiah atau dipenjara 5 tahun [3].
Padahal sebelum 23 Mei 2020, penduduk Arab Saudi selain di kota Mekkah dapat keluar rumah secara bebas di dalam kota dari jam 9 pagi sampai 4 sore. Sedangkan diluar jam tersebut, penduduk Arab Saudi tidak diperkenankan keluar rumah. Jauh sebelum itu, pesawat terbang tetap komersil tidak diperkenankan beroperasi dan berkumpul lebih dari 4 orang tidak diperbolehkan di Arab Saudi [3].
Lantas jika 5 hari harus di rumah saja, bagaimana cara penduduk Arab Saudi mendapat penghasilan dan mencukupi kebutuhan hidupnya?
Kerajaan Arab Saudi melalui dekritnya memberi gaji 60% kepada pekerja yang bekerja di sektor Swasta selama 3 bulan, batas maksimalnya 35 juta rupiah per orang. Makanan dan kebutuhan lainnya diperoleh dari pemesanan secara daring maupun melalui telepon [4].
Perlu diketahui, Arab Saudi saat ini tengah ditimpa masalah ekonomi yang sangat serius akibat anjloknya harga minyak dunia dan tidak adanya pelaksanaan ibadah umroh dari luar Arab Saudi. Bahkan beberapa pakar memprediksi Arab Saudi tidak akan menerima jamaah haji dari luar kota Mekkah dan Jeddah [5].
Yang sangat menarik dari fenomena ini adalah bukannya pemerintah Arab Saudi melonggarkan karantina dengan dalih ekonomi seperti yang terjadi di Indonesia, tetapi malah semakin memperketat karantina. Sepertinya kerajaan Arab Saudi menerapkan ucapan profesor Ekonomi FEB UNPAD Prof Arief Anshory Yusuf : Economy can recover, we can not recover dead bodies.
Referensi:
[1] https://www.worldometers.info/coronavirus/#countries diakses pada 23 Mei 2020
[2] https://gulfbusiness.com/saudi-arabia-urges-people-to-offer-eid-prayer-at-home/ diakses pada 23 Mei 2020
[3] https://gulfbusiness.com/saudi-declares-complete-curfew-across-the-kingdom-during-eid-al-fitr-holidays/ diakses pada 23 Mei 2020
[4] https://www.al-monitor.com/pulse/originals/2020/04/saudi-arabia-pay-private-sector-coronavirus-fallout.html diakses pada 23 Mei 2020
[5] https://www.bbc.com/news/world-middle-east-52118803 diakses pada 23 Mei 2020