Kasus Pertama – Percobaan Pembunuhan Presiden Menggunakan Drone

Tahun lalu tepatnya pada 4 Agustus 2018, masyarakat Internasional dibuat heboh dengan adanya serangan drone bermuatan bom yang ditujukan kepada […]

blank
blank
Ekspresi presiden Venezuela dan istrinya ketika melihat drone yang membawa bom meledak di udara

Tahun lalu tepatnya pada 4 Agustus 2018, masyarakat Internasional dibuat heboh dengan adanya serangan drone bermuatan bom yang ditujukan kepada presiden Venezuela, Nicolas Maduro. Peristiwa itu terjadi ketika Maduro sedang memberikan pidato dalam peringatan ulang tahun tentara nasional Venezuela yang ke-81 di kota Caracas[1]. Peristiwa tersebut juga merupakan kasus pertama dalam percobaan membunuh presiden menggunakan drone.

blank
Pasukan pengawal presiden langsung melindungi presiden Venezuela, Nicolas Maduro, ketika terjadi ledakan bom di udara.
blank
Aksi perlindungan berlapis-lapis kepada presiden Venezuela

Drone yang digunakan dalam serangan itu berjumlah dua buah. Drone pertama di set untuk meledak di atas presiden sedangkan drone yang kedua di set untuk meledak di depannya. Beruntung drone pertama dapat dihentikan secara elektronis sebelum meledak, sedangkan drone yang kedua menabrak bangunan apartemen kira-kira dua blok apartemen dari tempat Maduro berpidato. Akibat serangan itu 7 orang tentara terluka, sedangkan Maduro tidak mengalami luka apapun. Presiden Venezula tersebut kemudian berkata kepada seluruh rakyatnya, “To all of our friends in the world, I am fine, I am alive“. Berikut ini adalah videonya:

[embedyt] https://www.youtube.com/watch?v=EpFNCqCwVzo[/embedyt]

blank
Drone DJI Matrice 600

Berdasarkan investigasi yang dilakukan oleh Bellingcat.com, badan investigasi online independen, drone yang dipakai dalam serangan tersebut adalah drone bertipe DJI Matrice 600 [2]. Drone ini merupakan drone komersial yang umumnya ditujukan untuk industri perfilman dan fotografi. DJI Matrice 600 memiliki 6 baling-baling dan mampu membawa beban hingga 6 kg. Pengendalian drone tipe ini pun dapat dilakukan dari jarak 5 km dengan kecepatan terbang mencapai 18 m/s [3]. Untuk bom yang digunakan yaitu bahan peledak tipe C4 dengan berat 1 kg pada masing-masing drone, yang ketika meledak mampu memberikan kerusakan hingga radius 50 meter. [2]

Penggunaan drone sebagai senjata memang sudah biasa dilakukan. Namun umumnya yang menggunakannya adalah pihak militer dengan drone bertipe militer yakni memiliki ukuran besar dan ditujukan untuk tugas-tugas pertahanan dan keamanan negara, seperti penghancuran wilayah musuh, pengintaian dan pengawasan. Sedangkan drone bertipe komersil yang bisa dibeli secara bebas di masyarakat biasanya berukuran lebih kecil dengan spesifikasi bermacam-macam sesuai dengan tujuan penggunaan. Harga yang dibanderol untuk drone bertipe komersil pun sangat beragam, tergantung dari kecanggihan teknologi yang ditawarkan. Mulai dari ratusan ribu hingga puluhan juta. Semakin tinggi spesifikasinya, semakin mahal pula harga drone tersebut.

blank
Drone yang berusaha membunuh presiden meledak di udara

Untuk drone tipe DJI Matrice 600 yang dipakai pada kasus Maduro, drone tersebut merupakan drone yang memiliki spesifikasi cukup tinggi, sehingga harganya cukup mahal jika dibandingkan dengan harga drone tipe komersil lainnya, yaitu sekitar 5.000 dollar Amerika atau sekitar 70 juta rupiah. Untuk dua drone yang digunakan, beserta bahan peledaknya yang ditaksir memiliki harga sekitar 30 dollar amerika per kg, maka pelaku diduga hanya menghabiskan uang sekitar 10.060 dollar, atau sekitar 141 juta rupiah [2]. Sebuah harga yang sangat murah untuk menghargai kepala seorang presiden.

Pada kasus Maduro, Maduro menuduh pihak oposisinya sebagai dalang dari usaha pembunuhan menggunakan drone terhadap dirinya yang baru saja terpilih kembali sebagai presiden Venezuela [1]. Walau pada akhirnya masalah ini pun menyangkut urusan politik, namun tetap saja adanya serangan menggunakan drone bertipe komersil membangkitkan perasaan was-was akan adanya terror yang bisa terjadi dimana saja dan kapan saja. Kemudahan akses pembelian drone berspesifikasi tinggi memudahkan siapa saja untuk membelinya. Adanya kemudahan melakukan kustomisasi program pun seolah semakin mendukung orang-orang yang ingin melakukan penyalahgunaan terhadap drone. Tambahan lagi, jauhnya jangkauan yang dapat ditempuh oleh drone dari remote control semakin menyulitkan pencarian pelaku yang bisa bersembunyi dimana saja.

Ancaman drone pun bukan hanya menyangkut keamanan, tetapi juga masalah privasi. Kecilnya ukuran drone dan adanya kamera yang dibawa olehnya membuat drone mampu memasuki wilayah rumah orang lain dan mengambil gambar kondisi rumah dan keadaan orang di dalamnya. Hal itu tentu saja mengganggu kenyamanan orang lain dan mengancam keselamatan harta dan jiwa si pemilik rumah.

Adanya kemungkinan penyalahgunaan drone tersebut pun ditanggapi oleh pemerintah berbagai negara dengan mengeluarkan berbagai peraturan. Seperti halnya di Nicaragua, Morocco, Brunei, Saudi Arabia, Iraq dan Iran yang sama sekali melarang penggunaan drone [4]. Sementara di Inggris, peraturan terbaru yang mereka keluarkan, yaitu untuk memiliki dan menerbangkan drone, setiap pemilik drone harus melakukan registrasi drone yang dimiliki  di database pemerintah dan mengambil tes keamanan penerbangan drone. Jika tidak, siap-siap saja menerima denda yang dapat mencapai 1.000 euro atau sekitar Rp. 16.500.000 [5].

Bagaimana dengan Indonesia?

Untuk menerbangkan drone dengan tujuan untuk komersial diatur dalam Peraturan Mentri Perhubungan No. 163 dan 180 tahun 2015. Berdasarkan Peraturan Mentri tersebut seseorang harus memiliki izin untuk dapat menerbangkan drone dan juga melakukan registrasi drone yang digunakan. Selain itu, drone yang diterbangkan juga tidak boleh memasuki Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP). Sedangkan untuk menerbangkan drone yang digunakan hanya untuk hobi dan hiburan, maka seseorang itu harus tergabung dalam Federasi Aerosport Indonesia (FASI). Sebuah komunitas yang akan memberikan pelatihan menerbangkan drone di daerah bebas KKOP.

Peraturan-peraturan tersebut adalah bentuk upaya pemerintah untuk menghindari segala bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh drone. Karena harus disadari bersama bahwa menerbangkan drone memiliki resiko yang tinggi dan juga ancaman yang harus dicegah bersama.

Sumber :

  1. https://www.usatoday.com/story/news/politics/2018/08/06/venezuela-drone-attack-nicolas-maduro-assassination-attempt-what-happened/913096002/ diakses pada 12 agustus 2018
  2. https://techcrunch.com/2018/08/08/analysis-backs-claim-drones-were-used-to-attack-venezuelas-president/ diakses pda 12 agustus 2018
  3. https://www.dji.com/matrice600/info#specs diakses pada 12 agustus 2018
  4. https://uavcoach.com/drone-bans/ diakses pada 12 agustus 2018
  5. https://www.thesun.co.uk/tech/6408639/drone-laws-uk-register-safety-test/ diakses pada 12 agustus 2018

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *