Gigantisme, Penjelasan Medis Di Balik ” Manusia Raksasa”

Gigantisme pituitari adalah kondisi langka karena sekresi hormon pertumbuhan (GH) yang berlebihan, penyebab umumnya adalah adenoma hipofisis sebelum penutupan epifisis. Kondisi tersebut menghasilkan pertumbuhan tinggi badan yang abnormal, sering kali membawa komplikasi kesehatan lainnya.

gigantisme

Gigantisme pituitari adalah kondisi langka karena sekresi hormon pertumbuhan (GH) yang berlebihan, penyebab umumnya adalah adenoma hipofisis sebelum penutupan epifisis. Kondisi tersebut menghasilkan pertumbuhan tinggi badan yang abnormal, sering kali membawa komplikasi kesehatan lainnya.

Karakteristik Klinis

Secara klinis, gigantisme lebih sering terjadi pada laki-laki (78%) daripada perempuan. Gejala utama yang dilaporkan adalah peningkatan kecepatan pertumbuhan yang dimulai pada usia rata-rata 13 tahun, dengan perempuan menunjukkan gejala lebih awal daripada laki-laki (11 vs. 13 tahun). Tinggi akhir rata-rata melebihi 2 standar deviasi (SD) dari rata-rata populasi normal, dengan skor Z tinggi rata-rata +3,1.

Sebagian besar kasus melibatkan adenoma hipofisis makro (84%), dengan kondisi banyak di antaranya menunjukkan ekstensi ke luar sella (77%) dan invasi ke struktur sekitarnya (54%). Tumor ini sering kali sulit dikendalikan meskipun dengan pengobatan multimodal, termasuk pembedahan, terapi radiasi, dan obat-obatan seperti analog somatostatin dan pegvisomant.

Pasien sering kali menunjukkan ciri-ciri khas akromegali meskipun masih dalam usia muda, seperti pembesaran tangan dan kaki, perubahan wajah, dan hipertrofi ventrikel kiri. Komplikasi seperti disfungsi jantung dan diabetes juga banyak terjadi. Selain itu, banyak pasien mengalami hipopituitarisme, baik pada diagnosis awal maupun sebagai hasil dari pengobatan.

gigantisme

Karakteristik Genetik

Dalam studi yang melibatkan 208 pasien, sekitar 46% kasus gigantisme memiliki etiologi genetik yang dapat teridentifikasi. Mutasi pada gen AIP (aryl hydrocarbon receptor-interacting protein) adalah penyebab paling umum secara genetik, ditemukan pada 29% pasien. Mutasi ini lebih sering terjadi pada kasus sporadis maupun familial isolated pituitary adenoma (FIPA).

Sindrom gigantisme X-terkait (X-linked acrogigantism atau X-LAG), yang disebabkan oleh mikroduplikasi kromosom Xq26.3, terjadi pada 10% kasus yang diuji secara genetik. Sindrom ini sering kali terdeteksi lebih awal, dengan gejala yang muncul pada tahun pertama kehidupan, dan lebih sering menyerang perempuan. Pasien dengan X-LAG memiliki tumor yang lebih kecil dan tingkat invasi yang lebih rendah daripada pasien dengan mutasi AIP.

Namun, lebih dari 50% kasus tidak memiliki penyebab genetik yang diketahui. Kelompok ini menunjukkan karakteristik yang lebih agresif, seperti tumor lebih besar, kadar hormon lebih tinggi, dan respons terapi yang lebih buruk daripada pasien yang memiliki mutasi genetik.

Baca juga: Mutasi Non-acak: Tantangan Baru bagi Evolusi

Pengelolaan dan Tantangan

Gigantisme pituitari memerlukan pengelolaan yang kompleks dengan pendekatan multidisiplin. Diagnosis dini dan kontrol hormon yang cepat sangat penting untuk mengurangi pertumbuhan linier berlebih dan komplikasi jangka panjang. Pasien dengan gigantisme yang tidak terkontrol selama masa pertumbuhan cenderung memiliki tinggi akhir yang lebih ekstrem dan komplikasi yang lebih parah. Peningkatan kesadaran terhadap tanda-tanda klinis gigantisme dapat membantu mempercepat diagnosis dan intervensi.

Kasus Gigantisme pada Anak-anak

Gigantisme pada anak adalah kondisi langka yang penyebabnya sering karena sekresi hormon pertumbuhan (GH) yang berlebihan sebelum penutupan epifisis tulang. Seperti penjelsan sebelumnya bahwa salah satu penyebabnya adalah X-LAG, gangguan genetik akibat duplikasi kromosom Xq26.3 yang mengakibatkan ekspresi berlebihan gen GPR101.

X-LAG sering muncul pada tahun pertama kehidupan. Anak-anak yang mengalaminya akan menunjukkan pertumbuhan tinggi badan dan berat badan yang sangat cepat daripada anak pada kategori usianya. Pada kasus yang dilaporkan, seorang anak perempuan mulai menunjukkan tanda pertumbuhan berlebih pada usia 12 bulan, dengan tinggi badan mencapai +3,47 SDS di usia empat tahun. Diagnosis dilakukan melalui analisis genetik yang menunjukkan duplikasi Xq26.3 dan MRI yang mengungkapkan adenoma hipofisis.

Pendekatan Terapi

Pengelolaan gigantisme pada anak memerlukan pendekatan multidisiplin yang mencakup pembedahan, terapi obat, dan pengawasan hormon secara ketat.

  1. Pembedahan: Reseksi adenoma hipofisis adalah langkah utama untuk mengontrol sekresi GH. Pada kasus ini, pasien menjalani reseksi total adenoma melalui pendekatan endoskopi endonasal. Meskipun pembedahan berhasil mengurangi massa tumor, kadar GH dan IGF-1 tetap tinggi pascaoperasi, menunjukkan adanya jaringan tumor residual yang aktif.
  2. Terapi Farmakologi:
    • Analog Somatostatin: Obat seperti octreotide dan lanreotide berguna untuk menghambat sekresi GH. Namun, pasien dengan X-LAG sering kali menunjukkan resistensi terhadap analog somatostatin meskipun digunakan dalam dosis tinggi.
    • Pegvisomant: Antagonis reseptor GH ini efektif dalam menurunkan kadar IGF-1 dan memperlambat pertumbuhan. Namun, penggunaannya terbatas oleh efek samping seperti lipohypertrophy, yang menyebabkan terapi dihentikan pada kasus ini.
    • Cabergoline: Obat ini berhasil menurunkan kadar prolaktin tetapi kurang efektif dalam mengontrol GH.
  3. Radioterapi: Radioterapi kadang bermanfaat sebagai terapi tambahan untuk mengontrol sekresi hormon yang tidak terkontrol. Namun, efeknya lambat dan kurang ideal untuk anak-anak yang memerlukan pengendalian pertumbuhan cepat.

Tantangan dalam Pengelolaan

Pengelolaan X-LAG menghadapi beberapa tantangan, termasuk resistensi terhadap terapi standar, efek samping obat, dan kebutuhan akan pengawasan jangka panjang. Kombinasi pendekatan, seperti pembedahan untuk mengurangi massa tumor dan terapi farmakologi untuk menekan hormon, diperlukan untuk hasil yang optimal.

Pada kasus ini, pasien mencapai kontrol hormonal melalui penggunaan dosis dewasa octreotide pascaoperasi. Tinggi badannya mulai mendekati persentil ke-97, dan tidak ada tanda-tanda pertumbuhan ulang tumor hingga usia sembilan setengah tahun.

Gigantisme pada anak, terutama yang disebabkan oleh X-LAG, memerlukan pendekatan pengelolaan yang kompleks dan individual. Diagnosis dini, pembedahan efektif, serta penggunaan terapi farmakologi yang disesuaikan sangat penting untuk mengontrol pertumbuhan dan mencegah komplikasi. Studi lebih lanjut diperlukan untuk memahami mekanisme resistensi terhadap terapi dan mengembangkan strategi pengobatan baru.

Referensi

Rostomyan, et al. 2015. Clinical and Genetic Characterization of Pituitary Gigantism: An International Collaborative Study in 208 Patients. Diakses pada 20 Desember 2024 dari https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC6533620/pdf/nihms-1026837.pdf

Caruso, et al. 2024. Case report: Management of pediatric gigantism caused by the TADopathy, X-linked acrogigantism. Diakses pada 20 Desember 2024 dari https://www.frontiersin.org/journals/endocrinology/articles/10.3389/fendo.2024.1345363/full

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top