Spons laut mungkin terlihat seperti benda mati karena bentuknya yang sederhana dan sifatnya yang tidak bergerak, tetapi sebenarnya mereka adalah salah satu hewan tertua di planet ini. Secara biologis, spons termasuk dalam kelompok Porifera, yang merupakan salah satu filum hewan paling primitif. Tidak seperti hewan lainnya, spons tidak memiliki jaringan, otot, atau organ yang kompleks. Namun, justru kesederhanaan inilah yang membuat mereka mampu bertahan selama ratusan juta tahun di berbagai kondisi laut.
Meskipun seringkali tidak terlihat seperti makhluk hidup, spons memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut. Mereka berfungsi sebagai penyaring alami, menyaring partikel-partikel kecil dan nutrisi dari air laut, sehingga membantu menjaga kejernihan air dan mendukung kehidupan organisme lain. Salah satu fakta paling menakjubkan tentang spons adalah umur mereka yang luar biasa panjang. Beberapa spesies spons mampu hidup hingga ribuan tahun, menjadikannya tidak hanya saksi hidup dari perubahan ekosistem laut, tetapi juga sumber informasi ilmiah yang sangat berharga untuk mempelajari sejarah samudra dan iklim Bumi.
Ilmuwan memperkirakan bahwa spesimen spons yang ditemukan di perairan Antartika telah hidup selama lebih dari 11.000 tahun, menjadikannya salah satu makhluk hidup tertua yang pernah ditemukan. Spesies ini dikenal sebagai Monorhaphis chuni, dan uniknya mereka melekat pada dasar laut melalui struktur keras berbentuk jarum yang disebut spikula raksasa. Spikula ini tidak hanya memberikan dukungan struktural, tetapi juga menjadi ciri khas bagi spesies ini dalam habitat laut dalam.
Baca juga: Penelitian Terbaru: Mikroplastik Menyebar Luas di Samudera Antartika
Penemuan ini memberikan wawasan baru yang sangat berharga tentang bagaimana makhluk hidup dapat beradaptasi dan bertahan dalam kondisi lingkungan yang ekstrem, seperti di Antartika. Antartika dikenal sebagai salah satu tempat paling keras di planet ini, dengan suhu yang sangat rendah, sedikit sumber makanan, dan tingkat cahaya yang minim selama musim dingin. Namun, makhluk seperti spons laut menunjukkan kemampuan luar biasa untuk beradaptasi dengan lingkungan tersebut.
Penelitian ini tidak hanya memperkaya pemahaman kita tentang strategi bertahan hidup makhluk di lingkungan ekstrem, tetapi juga mengungkap bagaimana mereka mampu mencapai umur panjang yang luar biasa. Dalam kasus spons laut, umur yang bisa mencapai ribuan tahun memberi ilmuwan kesempatan untuk mempelajari perubahan lingkungan laut selama ribuan tahun terakhir. Dengan demikian, studi ini membuka jalan untuk memahami lebih dalam mekanisme evolusi dan adaptasi yang memungkinkan kehidupan bertahan bahkan dalam kondisi yang tampaknya tidak ramah bagi kehidupan.
Spons laut dari spesies Monorhaphis chuni memiliki tubuh unik yang membungkus spikula raksasa, sebuah struktur keras yang menyerupai jarum. Spikula ini tertancap di dasar laut, memberikan dukungan bagi tubuh spons. Ilustrasi ini bahkan membuat National Oceanographic and Atmospheric Administration (NOAA) menggambarkan spesies ini seperti “corn dog,” jajanan khas Korea.
Penemuan luar biasa mengenai usia spons ini terjadi pada 2012, ketika para ilmuwan menganalisis isotop dan komposisi kerangka silikon dioksidanya. Spesimen M. chuni ini sudah mencengangkan dengan ukuran panjang lebih dari 2 meter dan ketebalan 1 cm. Namun, yang membuatnya benar-benar istimewa adalah usia spons ini, yang diperkirakan mencapai 11.000 tahun. Analisis terhadap lamela silikon dioksida halus pada spikula—mirip dengan lingkaran pertumbuhan pada pohon—mengungkap usia spons ini, yang telah tumbuh secara diam-diam di kedalaman 1.100 meter di Laut Cina Timur sejak sebelum ditemukan pada 1986.
Melalui penelitian mendalam terhadap pola pertumbuhan spikula, para ilmuwan juga mendapatkan wawasan tentang perubahan iklim laut selama ribuan tahun. Klaus Peter Jochum, penulis utama penelitian, menjelaskan bahwa mereka menemukan area pertumbuhan yang tidak teratur di bawah mikroskop elektron, menunjukkan perubahan suhu air yang disebabkan oleh peristiwa seperti letusan gunung bawah laut.
Penemuan ini tidak hanya mengungkap umur panjang spons, tetapi juga menawarkan “arsip hidup” untuk mempelajari kondisi samudra masa lalu. Dengan spons ini, ilmuwan bisa menetapkan bahwa suhu laut dalam di habitatnya pernah naik dari di bawah 2°C hingga 6-10°C akibat aktivitas vulkanik bawah laut. Temuan ini memberikan informasi berharga tentang sejarah iklim samudra yang sebelumnya tidak diketahui.
Jangan tertipu oleh penampilan spons laut dalam yang terlihat sederhana dan diam, karena sebenarnya makhluk ini memiliki kemampuan luar biasa yang tersembunyi di balik strukturnya, terutama pada spikulanya. Spikula, yang berfungsi sebagai kerangka pendukung tubuh spons, ternyata menyimpan banyak informasi ilmiah dan potensi yang luar biasa. Struktur ini tidak hanya memungkinkan spons untuk bertahan hidup di kedalaman laut yang gelap dan bertekanan tinggi, tetapi juga menjadi arsip alami yang merekam perubahan lingkungan laut selama ribuan tahun. Kemampuan ini menjadikan spons laut lebih dari sekadar makhluk pasif; mereka adalah penjaga waktu samudra, yang membawa wawasan penting tentang sejarah iklim, ekosistem laut, dan dinamika lingkungan yang terus berubah. Spikula mereka adalah bukti betapa kompleks dan menakjubkannya kehidupan laut dalam yang sering kali luput dari perhatian manusia.
REFERENSI:
Schiebel, Ralf dkk. 2024. Preface: Special Issue on Probing the Open Ocean With the Research Sailing Yacht Eugen Seibold for Climate Geochemistry. Journal of Geophysical Research: Atmospheres Volume 129, Issue 17 e2023JD040581https://doi.org/10.1029/2023JD040581
Vijaykumar, Kaushik dkk. 2024. A regularized variational mechanics theory for modeling the evolution of brittle crack networks in composite materials with sharp interfaces. Journal of the Mechanics and Physics of Solids, Volume 193,105772 https://doi.org/10.1016/j.jmps.2024.105772