Jamur pada bangunan sebenarnya dapat menjadi masalah umum akibat dari kadar kelembaban yang berlebih. Penyebab utama jamur adalah air yang tidak terkendali, baik dari kebocoran pada atap, kelembaban tinggi pada lingkungan, atau kebocoran pada dinding (rembes). Untuk dapat tumbuh, jamur memerlukan kelembaban dan sumber makanan, seperti bahan berbasis selulosa (misalnya, kayu dan kertas). Kelembaban ini menciptakan lingkungan ideal bagi pertumbuhan jamur jika tidak segera mendapatkan penanganan yang tepat.
Dampak Kesehatan
Ternyata, keberadaan jamur pada bangunan dapat memengaruhi kesehatan, terutama pada individu dengan alergi atau asma. Menurut jurnal “Mold Causes, Health Effects, and Clean-Up,” jamur dapat menyebabkan iritasi pada mata, kulit, hidung, dan tenggorokan, serta memperburuk kondisi asma​ pada penderita. Beberapa jenis jamur menghasilkan mikotoksin, yang berpotensi menimbulkan efek toksik pada manusia ketika terhirup dalam jumlah besar.
Penanganan dan Pencegahan
Kita dapat memulai pencegahan tumbuhnya jamur dengan mengontrol sumber kelembaban. Hal ini meliputi perbaikan kebocoran, ventilasi yang baik, dan penggunaan bahan tahan kelembaban di area rawan, seperti kamar mandi. Untuk membersihkan jamur, disarankan menggunakan air dan sabun, menghindari pemakaian bahan yang terlalu keras seperti pemutih, dan segera menangani area yang berjamur untuk mencegah penyebaran. Secara keseluruhan, pengendalian kelembaban adalah langkah utama untuk mengatasi masalah jamur pada bangunan.
Pengaruh Jamur pada Bangunan Terhadap Kesehatan Sistem Pernapasan
Jamur di lingkungan dalam ruangan, terutama pada bangunan yang lembap, dapat berdampak serius pada kesehatan pernapasan. Menurut artikel Inhalational Health Effects of Mold, jamur seperti Aspergillus dan Stachybotrys chartarum sering muncul di area lembap dan dapat menghasilkan spora serta mikotoksin yang ketika terhirup dapat menyebabkan masalah pernapasan pada individu yang rentan​.
Paparan jangka panjang terhadap jamur di dalam ruangan dapat meningkatkan risiko gangguan pernapasan seperti asma, bronkitis, dan pneumonitis. Jurnal ini menyatakan bahwa mikotoksin yang bersumber dari jamur memiliki efek toksik yang dapat memicu reaksi alergi hingga peradangan parah pada saluran pernapasan. Penderita dengan sistem kekebalan tubuh lemah atau kondisi pernapasan kronis lebih rentan terhadap efek merugikan ini.
Selain itu, spora jamur juga dapat memicu gejala seperti batuk kronis, sesak napas, dan iritasi pada saluran pernapasan. Pengelolaan dan pencegahan jamur di dalam bangunan sangat penting, terutama melalui pengendalian kelembapan dan ventilasi yang baik, agar kita dapat meminimalisir risiko kesehatan akibat paparan jamur.
Pengaruh Jamur pada Bangunan terhadap Kesehatan Psikologis
Selain berpengaruh terhadap kesehatan secara fisik, keberadaan jamur pada bangunan ternyata dapat mempengaruhi kesehatan psikologis. Dalam jurnal Psychological effects of mould and damp in the home: scoping review, paparan jamur dan tingkat kelembapan pada rumah berhubungan dengan peningkatan risiko gangguan mental, termasuk stres, kecemasan, dan depresi​.
Studi ini menyatakan bahwa orang yang tinggal di rumah berjamur sering melaporkan perasaan malu, cemas, dan tidak nyaman, terutama karena bau atau tampilan jamur yang terlihat menjijikkan. Hal ini diperparah dengan rasa ketidakberdayaan untuk memperbaiki kondisi lingkungan mereka. Dampak negatif ini tidak hanya merugikan kesejahteraan mental penghuni tetapi juga mempengaruhi interaksi sosial mereka, karena penghuni sering merasa malu untuk mengundang orang lain ke rumah mereka. Paparan yang berkepanjangan mungkin dapat menyebabkan ketidaknyamanan psikologis yang signifikan, sehingga penting untuk menjaga lingkungan rumah tetap sehat dan bebas jamur.
Pengaruh terhadap Tingkat Kecemasan
Mungkin pada awalnya, sebagian orang menganggap paparan jamur dalam bangunan sebagai suatu hal yang sepele, namun penelitian terbaru menunjukkan bahwa keberadaan jamur dapat berkontribusi pada munculnya berbagai gangguan kesehatan, termasuk kecemasan. Studi pada jurnal The impact of mold exposure on anxiety symptoms in the older adults: A moderated mediation model based on CLHLS, mengungkapkan bahwa paparan jamur di lingkungan tempat tinggal atau kerja memiliki kaitan erat dengan peningkatan gejala kecemasan.
Kaitan antara Jamur dan Kecemasan
Penelitian ini menemukan bahwa jamur melepaskan partikel mikroskopis, seperti spora dan senyawa organik volatil (VOCs), yang dapat terhirup oleh manusia. Saat partikel-partikel ini masuk ke dalam tubuh, mereka dapat memicu reaksi peradangan yang mengganggu sistem saraf pusat, dan dalam beberapa kasus, menimbulkan gejala gangguan kecemasan.
Mekanisme Biologis: Peradangan dan Sistem Saraf
Salah satu mekanisme utama yang diungkapkan oleh penelitian ini adalah peran peradangan sebagai respon tubuh terhadap paparan spora jamur. Saat spora atau VOCs terhirup, tubuh merespon dengan meningkatkan produksi sitokin, yaitu protein yang berperan dalam respons imun. Produksi sitokin yang berlebihan dapat menyebabkan peradangan sistemik, yang akhirnya memengaruhi neurotransmitter seperti serotonin dan dopamin dalam otak. Kedua neurotransmitter ini berperan penting dalam mengatur suasana hati dan ketenangan, sehingga ketidakseimbangan pada kadar serotonin dan dopamin dapat memicu kecemasan atau bahkan depresi.
Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa sistem imun tubuh juga memainkan peran penting. Individu dengan sistem imun yang lebih sensitif atau yang memiliki riwayat alergi atau asma, lebih rentan mengalami peningkatan gejala kecemasan saat terpapar jamur. Hal ini terjadi karena tubuh mereka cenderung memberikan respon imun yang berlebihan, memperburuk tingkat kecemasan yang dialami.
Faktor Psikososial: Lingkungan yang Tidak Sehat
Selain dampak biologis yang terjadi secara langsung, faktor psikososial juga dapat mempengaruhi hubungan antara paparan jamur dan kecemasan. Lingkungan yang lembab dan penuh jamur sering kali diidentifikasi sebagai lingkungan yang tidak sehat dan tidak nyaman untuk dihuni. Hal ini dapat menimbulkan rasa stres pada penghuni yang merasa tidak mampu mengontrol kondisi lingkungan mereka. Perasaan terjebak dalam lingkungan yang penuh jamur dapat memicu kecemasan tambahan, terutama jika penghuni menyadari potensi risiko kesehatan dari paparan jamur.
Penelitian ini juga mencatat bahwa kecemasan akibat lingkungan yang terkontaminasi jamur lebih sering terjadi pada individu yang sudah memiliki kecenderungan atau riwayat gangguan kecemasan. Ketidaknyamanan yang konstan akibat keberadaan jamur dapat memperburuk gejala kecemasan yang sudah ada, menciptakan siklus stres dan ketakutan yang sulit diputus.
Upaya Pencegahan serta Manajemennya
Untuk mencegah paparan jamur dalam bangunan, penting untuk memastikan bahwa sistem ventilasi berfungsi dengan baik dan kelembaban ruangan terjaga. Menggunakan alat dehumidifier dapat membantu mengurangi kelembaban, sebelum kita dapat memperbaiki kerusakan atau kebocoran pada bangunan yang dapat mencegah pertumbuhan jamur lebih lanjut. Selain itu, perlunya perhatian pada pengelolaan stres dan kesehatan mental bagi penghuni bangunan yang rentan terhadap kecemasan. Mendapatkan bantuan profesional atau konseling dapat menjadi langkah yang efektif untuk menangani kecemasan yang mungkin timbul dari lingkungan tempat tinggal yang tidak ideal.
Referensi
Lstiburek, et al. 2002. Mold: Causes, Health Effectsand Clean-Up. Diakses pada 1 November 2024 dari
Weinhold, Bob. 2007. A Spreading Concern Inhalational Health Effects of Mold. Diakses pada 1 November 2024 dari https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC1892https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC1892134/pdf/ehp0115-a00300.pdf134/pdf/ehp0115-a00300.pdf
Brooks, et al. 2023. Psychological effects of mould and damp in the home: scoping review. Diakses pada 1 November 2024 dari https://www.tandfonline.com/doi/epdf/10.1080/02673037.2023.2286360?needAccess=true
Zhang, et al. 2024. The impact of mold exposure on anxiety symptoms in the older adults: A moderated mediation model based on CLHLS. Diakses pada 1 November 2024 dari https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0147651324010431https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0147651324010431