Pernahkah terbayangkan bagaimana jadinya jika bakteri dan virus dapat saling bekerjasama untuk menimbulkan infeksi pada manusia? Kita bisa melihat contoh nyata dari hal tersebut pada bakteri Pseudomonas aeruginosa.
Pseudomonas aeruginosa (P. aeruginosa) merupakan bakteri gram negatif yang memiliki persebaran cukup luas. Bakteri ini dapat menjadi flora normal penghuni kulit manusia dalam jumlah yang kecil. Bakteri tersebut juga sering ditemukan di lingkungan rumah sakit sehingga sering menimbulkan infeksi nosokomial. Infeksi yang terjadi biasanya menyerang kepada individu yang rentan sistem imunnya. [1]
Seperti halnya bakteri lain, P. aeruginosa juga dapat diinfeksi oleh virus penyerang bakteri yang disebut Pf bacteriophage. Pf bacteriophage tidak bersifat merusak bakteri tersebut, melainkan menggabungkan diri pada kromosom bakteri dan apabila telah bereplikasi tidak menimbulkan kerusakan pada bakteri inangnya. [2]
Keberadaan virus tersebut ternyata memberikan keuntungan kepada P. aeruginosa. Pada penelitian yang dilakukan oleh Sweere, et al (2019), didapatkan hasil bahwa terdapat 25 dari 37 kasus infeksi luka oleh P.aeruginosa melibatkan Pf bacteriophage, sekitar 68% dari keseluruhan kasus. Hasil tersebut diterbitkan di jurnal Science pada 29 Maret 2019.
Infeksi luka yang melibatkan Pf bacteriophage memiliki karakteristik umur yang lebih tua, yang mengindikasikan bahwa infeksi luka tersebut sudah kronis serta tidak mengalami kesembuhan. Peneliti yang sama juga melakukan percobaan pada tikus yang diberi perlakuan berupa infeksi luka oleh P. aeruginosa. Hasil menunjukkan bahwa hanya dibutuhkan bakteri Pseudomonas 50 kali lebih sedikit dengan adanya Pf bacteriophage daripada infeksi tanpa virus tersebut untuk membentuk sebuah infeksi pada luka. [2]
Sebuah pertanyaan akan muncul setelah melihat fakta di atas. Bagaimana mekanisme kerjasama antara Pf bacteriophage dan P. aeruginosa dapat terjadi?
Mekanisme kerjasama P. aeruginosa dan Pf bacteriophage dalam infeksi luka
Secara normal, keberadaan bakteri seperti P. aeruginosa akan memicu respon sel imun. Oleh karena itu, bakteri tersebut setelah diketahui keberadaannya akan segera “dimakan” oleh sel imun. Tetapi hal yang berbeda akan terjadi ketika infeksi bakteri ditemani oleh Pf bacteriophage.
Sel imun akan mendeteksi adanya Pf bacteriophage dari materi genetik virus tersebut (lebih tepatnya RNA). Hasil deteksi virus tersebut akan memicu dihasilkannya suatu molekul yang disebut sebagai interferon (IFN) tipe I. IFN I tersebut akan menghambat proses fagositosis atau proses “memakan” sel imun terhadap bakteri. Dapat dikatakan bahwa virus tersebut membuat sel imun kehilangan “nafsu makan” terhadap bakteri yang menyerang tersebut. [2]
Kerjasama antara P. aeruginosa dan Pf bacteriophage meningkatkan “daya serang” dari bakteri tersebut. Hal tersebut juga menguntungkan bagi virus dikarenakan mendapatkan inang untuk bereplikasi. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengembangkan vaksin untuk mengurangi “daya serang” P. aeruginosa yang bekerjasama dengan Pf bacteriophage.
Referensi
[1] Brooks, G. F., K. C. Carroll, J. S. Butel, S. A. Morse, dan T. A. Mietzner. 2013. Medical Microbiology. 26th ed. New York: McGraw Hill Medical.
[2] Sweere, J. M., Belleghem, J. D. V., Ishak, H., Bach, M. S., Popescu, M., Sunkari, V., Kaber, G., Manasherob, R., Suh, G. A., Cao, X., Vries, C. R., Lam, D. N., Marshall, P. L., Birukova, M., Katznelson, E., Lazzareschi, D. V., Balaji, S., Keswani, S. G., Hawn, T. R., Secor, P. R., Bollyky, P. L. (2019). Bacteriophage trigger antiviral immunity and prevent clearance of bacterial infection. Science. DOI: 10.1126/science.aat9691