Ketangguhan adalah kemampuan seseorang untuk beradaptasi secara sehat dan positif dalam menghadapi kesulitan hidup. Berdasarkan American Psychology Association (APA), ketangguhan lahir dari sebuah proses dan hasil dari keberhasilan beradaptasi terhadap pengalaman yang menantang atau sulit bagi seseorang. Penelitian tentang ketangguhan telah berkembang dalam berbagai disiplin ilmu, termasuk psikologi, kedokteran, dan antropologi. Berikut adalah berbagai perspektif mengenai definisi ketangguhan, faktor penentunya, serta pendekatan untuk memperkuat ketangguhan berdasarkan penelitian interdisipliner​.
Definisi dari Perspektif yang Luas
Ketangguhan sering didefinisikan sebagai proses adaptasi yang baik dalam menghadapi trauma, tragedi, atau tekanan berat. Meskipun demikian, ketangguhan sebenarnya bersifat kompleks yang dapat dilihat sebagai sifat, proses, atau hasil. Ketangguhan tidak bersifat biner; melainkan eksis dalam spektrum yang beragam pada berbagai aspek kehidupan individu​.
Sumber: id.pinterest.com
Dr. George Bonanno mendefinisikan ketangguhan sebagai pola stabil dari fungsi yang sehat setelah kejadian traumatis. Sementara itu, Dr. Rachel Yehuda menambahkan bahwa ketangguhan tidak selalu berarti ketiadaan gejala patologis, tetapi dapat berupa kemampuan untuk bangkit meskipun mengalami PTSD (post-traumatic stress disorder) atau kondisi lain​.
Faktor Penentu
Hal-hal yang memengaruhi ketangguhan antara lain meliputi faktor biologis, psikologis, sosial, dan budaya. Studi menunjukkan bahwa hubungan emosional yang mendalam, seperti dukungan dari keluarga, memainkan peran penting dalam hal ini. Selain itu, faktor-faktor seperti keterampilan regulasi emosi, motivasi, dan harapan juga berkontribusi terhadap ketangguhan seseorang​.
Dr. Ann Masten menggarisbawahi pentingnya “sistem dinamis” yang adaptif, yang mencakup keluarga, komunitas, dan organisasi. Di sisi lain, Dr. Catherine Panter-Brick menekankan pentingnya sumber daya budaya dan sosial dalam membangun ketangguhan, khususnya di masyarakat yang menghadapi kemiskinan dan kekerasan​.
Teknologi dan Ketangguhan
Teknologi, seperti pencitraan otak dan genetika, telah membantu memahami mekanisme biologis dari ketangguhan. Misalnya, pengukuran biomarker seperti hormon stres dapat memberikan wawasan tentang cara tubuh dan pikiran beradaptasi terhadap tekanan. Teknologi juga memungkinkan kolaborasi secara global dalam penelitian mengenai ketangguhan, membantu mengidentifikasi pola adaptasi yang berbeda di berbagai budaya​.
Strategi Peningkatan
Pendekatan yang meningkatkan ketangguhan dapat dilakukan sebelum, selama, atau setelah peristiwa traumatis. Strategi yang paling efektif melibatkan pendekatan holistik yang mempertimbangkan konteks budaya dan sosial individu. Misalnya, menyediakan lingkungan yang stabil dan mendukung bagi anak-anak dapat membantu sistem perlindungan alami mereka berkembang dengan baik​.
Dr. Yehuda menyarankan bahwa masyarakat harus mempersiapkan diri menghadapi trauma melalui pelatihan dan praktik. Sehingga saat trauma terjadi, seseorang dapat meminimalkan dampaknya. Selain itu, Dr. Panter-Brick menekankan pentingnya menjaga martabat manusia sebagai inti dari upaya membangun ketangguhan, terutama dalam konteks masyarakat yang dilanda kemiskinan atau konflik.
Ketangguhan adalah proses kompleks yang melibatkan interaksi berbagai faktor. Pemahaman mendalam tentang ketangguhan, baik dari sudut pandang biologis, sosial, maupun budaya, sangat penting untuk mengembangkan intervensi yang efektif. Melalui kolaborasi lintas disiplin dan pendekatan berbasis bukti, ketangguhan dapat ditingkatkan baik pada level individu hingga masyarakat​.
Ketangguhan dan Passion: Sebuah Analisis Mendalam
Ketangguhan (resilience) dan passion merupakan dua konsep yang saling berhubungan erat, terutama dalam konteks menghadapi tantangan hidup. Berdasarkan artikel dari Vallerand dan Paquette (2024), passion tidak hanya menjadi pendorong utama seseorang untuk bertahan menghadapi kesulitan, tetapi juga berperan dalam membentuk hasil adaptasi yang positif melalui mekanisme emosi yang kompleks​.
Dualistik Model Passion: Harmonious dan Obsessive
Dualistik model passion (DMP) membagi passion menjadi dua jenis utama: harmonious passion atau HP & obsessive passion atau OP. Passion harmonis muncul dari internalisasi yang otonom, dimana individu secara sukarela dan sadar terlibat dalam aktivitas yang mereka cintai. Sebaliknya, passion obsesif muncul karena tekanan eksternal atau kebutuhan internal yang tak terkendali, yang sering kali menciptakan konflik dengan aspek kehidupan lainnya​.
Passion harmonis memiliki kaitan erat dengan emosi positif, seperti rasa puas dan bahagia, yang mendukung ketangguhan individu. Sebaliknya, passion obsesif cenderung memicu emosi negatif, seperti stres dan kecemasan, yang dapat menghambat ketangguhan​.
Passion dalam Proses Ketangguhan
Dalam proses pembentukan ketangguhan, emosi positif memainkan peran penting. Menurut teori Broaden-and-Build oleh Fredrickson (1998), emosi positif dapat memperluas pola pikir dan tindakan seseorang, sehingga menciptakan sumber daya personal yang berguna dalam mengatasi kesulitan​.
Penelitian Vallerand dan Paquette menunjukkan bahwa passion harmonis memicu emosi positif selama situasi sulit, seperti ujian akhir mahasiswa. Emosi ini pada akhirnya menghasilkan ketangguhan global, yang mencakup hasil adaptasi positif baik dalam pendidikan maupun kehidupan secara umum. Sebaliknya, passion obsesif cenderung memicu emosi negatif yang menghambat proses adaptasi​.
Ketangguhan dalam Menghadapi Kegagalan
Selain situasi stres, penelitian juga menyoroti peran passion dalam menghadapi kegagalan. Ketika individu yang memiliki passion harmonis menghadapi kegagalan, mereka cenderung tetap menunjukkan emosi positif, yang memungkinkan mereka untuk belajar dan berkembang. Sebaliknya, individu dengan passion obsesif lebih rentan terhadap emosi negatif, yang sering kali memperburuk dampak kegagalan​.
Kesimpulan
Penelitian ini menyiratkan bahwa untuk membangun ketangguhan, penting bagi individu dalam mengembangkan passion yang harmonis. Ini melibatkan pendekatan aktivitas dengan pola pikir tantangan, dimana seseorang akan menganggap kesulitan sebagai kesempatan untuk tumbuh. Sebaliknya, pola pikir ancaman yang sering kali terkait dengan passion obsesif justru dapat memperburuk situasi​.
Ketangguhan dan passion adalah dua elemen yang saling melengkapi dalam menghadapi tantangan hidup. Dengan mengembangkan passion harmonis, individu dapat meningkatkan kapasitas mereka untuk beradaptasi secara positif, bahkan dalam situasi yang paling sulit sekalipun. Hal ini menegaskan pentingnya pendekatan yang seimbang dan upaya untuk mindful terhadap aktivitas yang kita cintai untuk mencapai tujuan yang optimal.
Referensi
APA. nd. Resilience. Diakses pada 24 November 2024 dari https://www.apa.org/topics/resilience
Southwick,et al. 2014. Resilience definitions, theory, and challenges:
interdisciplinary perspectives. Diakses pada 24 November 2024 dari https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC4185134/pdf/EJPT-5-25338.pdf
Vallerand, R. J. and Paquette, Virginie. 2024. The role of passion in the resilience process. Diakses pada 24 November 2024 dari https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/15298868.2024.2369056#abstract