Diare merupakan salah satu gangguan pencernaan yang ditandai dengan ekskresi feses berlebihan dan konsistensi lembek hingga cair. Frekuensi pengeluaran feses ini hingga lebih dari 3 kali dalam sehari (Lailatul, 2013). Diare disertai dengan rasa nyeri pada perut, demam, menurunkan nafsu makan, rasa Lelah, hingga penurunan berat badan. Penderita diare akan mengalami defisiensi cairan dan elektrolit tubuh secara drastis yang berpotensi menyebabkan dehidrasi (Utami dan Luthfiana, 2016).
Faktor penyebab terjadinya diare yaitu higenitas makanan rendah seperti makanan yang dikonsumsi kurang bersih atau kurang matang sehingga dimungkinkan masih terdapat bakteri-bakteri jahat yang kemudian masuk ke dalam saluran pencernaan. Selain itu, sanitasi yang rendah juga menjadi faktor pemicu diare seperti tidak mencuci tangan sebelum makan dan alat makan kurang bersih yang dimungkinkan terdapat telur-telur cacing menempel dan masuk ke tubuh bersamaan dengan makanan yang dikonsumsi. Kebersihan lingkungan sekitar juga berpengaruh pada terjadinya diare ini. Padatnya pemukiman dan kurangnya ketersediaan air bersih juga dapat memicu tingginya penderita diare di masyarakat.
Penderita diare tidak mampu memproses makanan dengan baik. Zat-zat makanan yang masuk ke dalam tubuh dan masih diperlukan untuk pertumbuhan akan terbuang bersamaan dengan terjadinya dehidrasi. Salah satu prinsip penanganan pertama penyakit diare yaitu dengan pemberian oralit. Oralit dikenal sebagai salah satu obat diare alami warisan nenek moyang yang efektif untuk mengurangi diare. Pemberian oralit berfungsi untuk menggantikan cairan dan elektrolit tubuh yang hilang akibat diare (Utami dan Luthfiana, 2016). selain itu, oralit juga diketahui dapat menurunkan volume feses dan muntah (Depkes, 2008).
Oralit terbuat dari campuran gula dan garam yang dilarutkan dalam air mineral (Trifiana, 2019). Komposisi oralit atau disebut juga cairan rehidrasi oral yang disepakati oleh WHO dan United Nations Childern’s Fund (UNICEF) yaitu mengandung 90 mmol/L natirum dan 111 mmol/L glukosa dengan osmolaritas total sebanya 311 mmol/L. Komposisi tersebut menjadi larutan tunggal yang digunakan sebagai tatalaksana penanganan diare yang diakibatkan oleh berbagai agen infeksius dan disesuaikan dengan derajat kehilangan elektrolit tubuh (Siswidiasari dkk., 2014). Dalam penanganan diare, larutan oralit berupa campuran gula dan garam bekerja melalui siklus transportasi AMP-independen. Oralit yang masuk ke tubuh akan mengalami proses penyerapan dalam usus kecil. Penyerapan glukosa bergantung pada Na karena harus memerlukan Na luminal. Begitu pula sebaliknya, penyerapan Na distimulasi oleh glukosa (glukosa dan asam amino luminal). Oleh karena itu, pencampuran gula dan garam dalam oralit saling melengkapi pada proses siklus ini. Fakta baru menunjukkan bahwa glukosa memiliki efek tambahan yaitu mampu membalikkan siklus Down-regulasi AMP dari Na-H exchanger 3 (NHE3) sehingga dapat meningkatkan penyerapan Na dan cairan.
Saat seorang mengalami diare menunjukkan adanya gangguan pencernaan berupa penurunan proses penyerapan dan peningkatan sekresi cairan serta elektrolit. Gangguan mekanisme absopsi pada saluran pencernaan dapat berupa gangguan pada mekanisme transpor ion seperti Na+ atau H+ (Jacobs dkk., 2013). Sebagian besar pengangkutan elektrolit dan cairan terjadi pada usus kecil, menyisakan 1,5 L untuk penyerapan di usus besar dan 100 ml untuk dikeluarkan bersama feses tiap harinya. Mekanisme yang bertanggung jawab dalam proses transportasi zat terlarut dalam sauran gastrointestinal adalah transpor protein sekunder pada membran brush border di usus kecil dan usus besar. Pergerakan cairan bersih melintasi epitel gastrointestinal merupakan hasil utama dari transport aktif Na+, Cl- dan HCO3- (Kiela and Ghishan, 2016).
Transpor Na+ apikal di usus kecil melibatkan kontribusi dari 3 mekanisme, yaitu (1) penyerapan Na+ bergabung dengan nutrisi yang dimediasi oleh beberapa kelompok pengangkut nutrisi yang bergantung pada Na+ seperti gula atau transporter asam amino. (2) penyerapan NaCl elektroneutral yang mediasi utama melalui mekanisme pertukaran Na+/H+. (3) penyerapan Na+ elektrogenik yang dominan di usus besar oleh saluran Na+ epitel (ENaC). Penyerapan NaCl elektronetral dikaitkan dengan anggota keluarga SLC9 dari penukar Na+/H+. Terdapat tiga isoform NHE yang telah diidentifikasi pada apikal enterosit membran, yaitu NHE2, NHE3, dan NHE8. NHE3 diketahui memiliki kontribusi signifikan dalam penyerapan Na+ dan air di usus. Adanya mutasi missense di pengkodean gen SCL9A3 untuk NHE3 telah terbukti memiliki keterkaitan dengan natrium bawaan diare (CSD) (Janecke et al., 2015). Pengurangan ekspresi dan kesalahan penargetan protein NHE3 di enterosit juga diketahui bertanggung jawab untuk diare pada pasien dengan penyakit inklusi mikrovili, kelainan genetik langka yang terkait dengan mutasi pada Myo5B atau Sintaksis tiga. Selama peradangan usus, penghambatan pertukaran Na+/H+ yang dimediasi NHE3 telah dinyatakan menyebabkan dysbiosis mikroba usus, cacat penghalang epitel, dan respon inflamasi yang diperburuk. Namun, mutasi tersebut juga telah diketahui dapat bermanfaat secara klinis, yaitu mengurangi cairan ekstraseluler, hipertrovi ventrikel kiri, albuminaria, dan tekanan darah pada tikus yang mengidap penyakit ginjal kronis (Spencer et al., 2014).
Sementara, transporter SGLT1 mendorong pengangkutan glukosa dan galaktosa di usus yang diekspresikan pada membran brush border enterosit di sepertiga atas sel vili usus kecil yang bertanggung jawab atas gula pada transportasi Na+. Hal tersebut mendorong transportasi glukosa dan galaktosa menanjak dari lumen usus ke dalam enterosit. Gradien elektrokimia Na+ yang melintasi batas membran berperan sebagai kekuatan pendorong utama. Gradien Na+ dipertahankan melalui pompa basolateral Na+/K+ ATPase. Dua ion Na+ dipercaya menyertai setiap molekul gula yang diangkut ke dalam sel. SGLT1 menggunakan gradien Na+ untuk mengangkut Na+ dan glukosa pada rasio 2:1 terhadap gradien glukosa. Dalam setiap siklus, tiap molekul gula diangkut bersama dengan Na+ melintasi sel yang disertai dengan 260 molekul air. Mekanisme ini dihitung untuk memperkirakan penyerapan 5 liter air per hari di usus manusia dan membentuk dasar molekuler terapi rehidrasi oral yang bertujuan untuk mengontrol kematian terkait dengan penyakit kolera dan diare (Kiela and Ghishan, 2016).
Berdasarkan uraian mekanisme di atas, menunjukkan bahwa pemberian oralit pada penderita diare dapat secara efektif dalam membantu tatalaksana penanganan pertama penyakit diare. Obat oralit ini juga dapat dengan mudah dan terjangkau apabila dibuat secara mandiri di rumah. Namun dengan catatan, penggunaan oralit harus dalam takaran dosis yang dianjurkan oleh WHO.
DAFTAR PUSTAKA
- Departemen Kesehatan RI. 2008. Buku Saku Petugas Diare. Jakarta: Dirjen Pengendalian Infeksi dan Penyehatan Lingkungan.
- Kiela, P. R. and Ghishan, F. K. 2016. Physiology of Intestinal Absorption and Secretion. Best Pract Res Clin Gastroenterol. 30 (2): 145-159.
- Jacobs, C., J. Manoppo, dan S. Warrouw. 2013. Pengaruh Oralit WHO Terhadap Kadar Natrium dan Kalium Plasma pada Anak Diare Akut dengan Dehidrasi. Jurnal e-Biomedik (eBM). 1 (1): 154-160.
- Janecke, A. R., Heinz E. P., Yin J., Petersen, B. S., Franke, A., Lechner, S., et al. 2015. Reduced sodium/proton exchanger NHE3 activity causes congenital sodium diarrhea. Hum Mol Genet. 24 (23): 6614–6623.
- Lailatul, M. 2013. Ketersediaan Sarana Sanitasi Dasar, Personal Hygiene Ibu dan Kejadian Diare. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 8 (2): 167-173.
- Siswidiasari, A., K. W. Astuti, dan S. C. Yowani. 2014. Profil Terapi Obat Pasien Rawat Inap dengan Diare Akut pada Anak di Rumah Sakit Umum Negara. Jurnal Kimia. 8 (2): 183-190.
- Spencer, A. G., Labonte, E. D., Rosenbaum, D. P., Plato, C. F., Carreras, C. W., Leadbetter, M. R., et al. 2014. Intestinal inhibition of the Na+/H+ exchanger 3 prevents cardiorenal damage in rats and inhibits Na+ uptake in humans. Sci Transl Med. 6: 227-236.
- Trifiana, A. 2019. Cara Membuat Obat Oralit dengan Takaran yang Tepat dan Benar. [online] diakses pada 30 Juli 2021. https://www.sehatq.com/artikel/wajib-tahu-cara-membuat-oralit-dengan-takaran-yang-tepat
- Utami, N. dan N. Luthfiana. 2016. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare pada Anak. Majority. 5 (4): 101-106.