Ditulis Oleh Nur Purnamayanti
Operasi menjadi momok yang sangat menakutkan bagi orang-orang. Selain karena biayanya yang sangat mahal, operasi juga memiliki resiko yang sangat besar. Mulai dari kecacatan pasca operasi, infeksi yang ditimbulkan dari bekas jahitan, dan yang paling parah ialah kematian yang diakibatkan oleh kegagalan operasi. Meskipun demikian, operasi harus tetap dijalankan untuk menyelamatkan nyawa pasien mengingat dampak buruk yang akan didapatkan akan jauh lebih besar jika operasi tidak dijalankan dan kematian pun akan jauh lebih cepat datang.
Oleh karena itu, setiap peneliti senantiasa berlomba-lomba untuk mencari cara agar dampak dari operasi dapat diminimalisir. Salah satu cara yang dikatakan berhasil dengan adanya penggunaan lem fibrin menggantikan teknik tradisional (jahitan). Penggunaan metode ini telah lazim digunakan di luar negeri dan untuk negara berkembang seperti Indonesia juga mulai digunakan. Meskipun penggunaannya belum menyeluruh pada tiap rumah sakit dan masih menggunakan teknik jahitan.
Teknik jahitan merupakan salah satu cara yang sangat efektif untuk menutup luka. Cara ini sudah sejak dahulu digunakan karena tingkat keberhasilannya telah terbukti. Namun ada hal yang tidak pernah dipungkiri oleh banyak orang bahwa penggunaan teknik jahitan juga memiliki resiko dan dampak negatif yang ditimbulkan seperti proses pembedahan yang lama, waktu penyembuhan luka yang berlangsung sangat lama, meningkatnya inflamasi yang berlebihan, dan trauma berkepanjangan yang dialami oleh pasien yang merasakan setiap kali jarum jahitan ditusukkan dan dicabut dari kulit pasien yang dioperasi tanpa bius.
Salah satu terobosan baru dalam dunia medis yakni adanya penggunaan lem fibrin. Lem fibrin sendiri memiliki kemampuan untuk merekatkan dan menutup luka. Bahan ini dirancang khusus untuk menyerupai tahap akhir dari koagulasi sehingga berbentuk fibrin beku. Lem fibrin digunakan sebagai bahan hemostatis yang menghentikan perdarahan dari celah insisi, matriks penyembuhan luka, dan perekat jaringan (Spotnitz: 2005).
Adapun keunggulan dari lem fibrin jika dibandingkan dengan teknik jahitan ialah:
- Operasi dapat dilakukan dengan lebih cepat
- Penempelan jaringan dapat terjadi dengan cepat
- Proses pengeringan dan penyembuhan luka dapat berlangsung dengan lebih cepat
- Inflamasi akan berkurang
- Infeksi akan dapat dicegah karena lem fibrin terbuat dari bagian tubuh dari pasien itu sendiri
- Trauma akibat proses penjahitan tidak akan terjadi
Pada dasarnya lem fibrin dibagi menjadi dua macam yaitu lem fibrin komersial dan lem fibrin otologus. Lem fibrin komersial banyak digunakan diluar negeri. Lem ini dibuat dari beberapa komponen yaitu fibrinogen yang dibuat dari plasma beku donor dan plasma beku segar. Lem fibrin komersial belum tersedia di Indonesia sehingga harus diimpor dari luar negeri dengan harga yang sangat mahal dan memerlukan penyimpanan yang khusus. Selain itu, penggunaannya juga belum mendapatkan izin Food and Drugs Administration khususnya untuk penggunaannya pada operasi mata. Hal ini terjadi karena bahan yang digunakan ialah plasma donor sehingga beresiko untuk mengakibatkan transmisi penyakit atau penyebaran penyakit.
Beberapa pertimbangan ini mendorong beberapa peneliti di Indonesia untuk mengembangkan teknik ini atau setidaknya menemukan cara untuk dapat menyesuaikannya dengan kondisi indonesia baik ditinjau dari segi keselamatan maupun dari segi biaya. Maka ditemukanlah lem fibrin otologus.
Lem fibrin otologus dibuat langsung dari darah penderita oleh tenaga analis. Lem fibrin otologus berbeda dengan lem fibrin komersial karena dibuat dari plasma darah dari pasien sendiri sehingga diharapkan mampu mengurangi resiko infeksi, dan kegagalan lain yang diakibatkan oleh teknik jahitan pada operasi. Bahkan penggunaan lem fibrin otologus ini tidak hanya mampu membuat penempelan jaring cangkok secara mekanis lebih kuat jika dibandingkan dengan teknik jahitan akan tetapi lem fibrin otologus ini juga bersifat sebagai biostimulator sehingga mampu mempercepat luka (Enus,dkk : 2009). Oleh karena itu, diharapkan kedepannya penggunaan lem fibrin otologus ini dapat digunakan diseluruh rumah sakit yang ada di Indonesia sehingga resiko yang ditimbulkan oleh operasi dapat diminimalisir.
DAFTAR PUSTAKA
- Enus, S., Dalimoenthe, N.Z., &kartiwa, A. 2009. Teknik Lem Fibrin Otologus Pada Cangkok Konjungtifa Bulbi Mata kelinci. MKB, 41:169-173.
- Enus, S., Natadisastra, G. Shahib, M.N., & Sulaiman, R. 2011. Peran Lem Fibrin Otologus Pada Penempelan Tandur Konjungtiva Bulbi Mata Kelinci Terhadap Ekspresi Gen Fibrinektin dan integrin. MKB, 43:183-188.
- Silaban,S., Maksum, I.P., Hasan, K., Enus,S., Subroto, T., Soemitro, S. 2017. Pemurnian Petrombin-2 Manusia Rekombinan di Eschericia Coli Untuk produksi Trombin Sebagai Komponen Lem Fibrin. ISSN, 9: 265-272.
- Spotniz, W.D. 2001 Commercial fibrin sealants in surgical care . Am J Surg, 182:8S-14
Saya menantikan teknologi ini bisa di aplikasikan di seluruh rumah sakit