Memilih Kartun yang Baik bagi Buah Hati

Televisi merupakan media yang mampu menyajikan pesan dalam bentuk suara, gerak, pandangan dan warna secara bersamaan, sehingga mampu menstimuli indera […]

blank

Televisi merupakan media yang mampu menyajikan pesan dalam bentuk suara, gerak, pandangan dan warna secara bersamaan, sehingga mampu menstimuli indera pendengaran dan penglihatan. Kelebihan televisi ialah mampu menampilkan hal menarik yang ditangkap oleh indera pendengaran dan penglihatan, mampu menampilkan secara detil suatu peristiwa/kejadian, suatu produk dan pembicara, karena mempengaruhi dua indera sekaligus, maka efek persuasifnya lebih kuat ketimbang media lainnya, jumlah pemirsanya lebih banyak, sehingga ia merupakan media yang paling popular [1]

Tayangan TV yang beragam mebuat para orang tua mengalami dilemma dalam memilih acara TV khususnya kartun untuk anak yang sesuai dengan usia mereka sekaligus memberikan pendidikan bagi mereka. Selama ini kita menganggap film kartun identic sebagai tayangan TV yang tepat untuk anak-anak dan sesuai dengan usia mereka. Namun jangan salah, tidak semua film kartun untuk anak tersebut sesuai untuk mereka khususnya Balita, loh [2].

Dampak tayangan televisi juga terjadi pada anak-anak karena banyak program televisi yang memang dirancang khusus untuk anak-anak. Pengelola stasiun TV membidik anak-anak sebagai target penonton dengan harapan bisa mendapatkan keuntungan dari iklan yang berkaitan dengan produk untuk anak-anak. Bagi pengelola stasiun TV, anak-anak merupakan segmen penonton yang potensial. Hasil penelitian Murray menunjukkan rata-rata anak prasekolah menghabiskan setengah dari hasil waktu kerja orang dewasa untuk menonton televisi. Waktu yang dihabiskan anak-anak untuk menonton televisi semakin bertambah ketika mereka berusia enam atau tujuh tahun (usia SD) [3].

Berikut beberapa dampak buruk film kartun bagi psikologi anak

  • Membuat Anak Berimajinasi Berlebihan

Menyaksikan film kartun untuk anak-anak tentu perlu pengawasan dari orangtua. Banyak hal-hal yang terjadi di luar dunia nyata saat menyaksikan film kartun, sehingga dampak buruknya anak akan sulit untuk membedakan antara dunia nyata dengan dunia kartun. Orangtua perlu menjelaskan mana yang hanya bisa terjadi dalam film kartun dan dunia nyata, karena dikhawatirkan anak-anak akan menganggap hal-hal yang terjadi pada film kartun adalah hal yang konkret. Kondisi tersebut terkadang membuat anak mengekspresikan apa yang terjadi pada dunia kartun dan dunia nyata dalam bentuk perilaku atau adegan yang diperagakan dalam film kartun.

  • Mengganggu Daya Penglihatan Anak

Usia anak-anak masih rentan dengan berbagai hal masalah daya tahan tubuh, salah satunya adalah masalah penglihatan. Jika anak terus-menerus menyaksikan film kartun, baik melalui televisi maupun gadget, dikhawatirkan penglihatan anak anak terganggu.

  • Memperlihatkan Adegan Kekerasan

Tidak sedikit film kartun menayangkan adegan kekerasan seperti memukul atau menendang. Kondisi ini bisa membuat anak menganggap bahwa kekerasan adalah hal yang lucu, karena sering dipertontonkan dalam film kartun.

Berikut beberapa dampak positif film kartun bagi psikologi anak

  • Media Belajar Berkomunikasi bagi Anak

Dengan menyaksikan film kartun, tentu ini akan menjadi salah satu hiburan untuk anak-anak. Tidak hanya menghibur, saat menyaksikan film kartun anak-anak juga bisa belajar berkomunikasi dengan orangtua. Ibu tentu juga bisa mengenalkan gambar-gambar menarik yang ada dalam tayangan film kartun.

  • Belajar Nilai Positif dari Sebuah Film

Tidak sedikit film kartun yang mengajarkan nasehat atau tolong menolong antar sesama. Maka ibu wajib untuk bijak dalam pemilihan kartun, agar anak dapat mengambil hal-hal positif yang ditampilkan dalam tayangan kartun.

  • Belajar Bahasa

Ibu juga bisa mulai mengenalkan bahasa lain selain bahasa sehari-hari yang digunakan di rumah, misalnya bahasa inggris. Banyak film kartun yang menggunakan bahasa inggris dengan tayangan yang positif, tidak ada salahnya mengajak anak menyaksikan film kartun berbahasa lain agar anak semakin memiliki keahlian lain [4].

Referensi:

[1] Diah Wardhani, Media Relations: Sarana Membangun Reputasi Organisasi (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), hlm. 30.

[2] https://id.theasianparent.com/memilih-kartun-untuk-anak (diakses 14 November 2020)

[3] Aini Hidayat, Televisi dan Perkembangan sosial anak, (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 78.

[4] https://www.halodoc.com/artikel/apa-dampak-menonton-film-kartun-bagi-psikologi-anak- (diakses 14 November 2020)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *