Negara keanggotaan PBB yang tergabung di United Nation Biodiversity Conference (COP15) mencapai kesepakatan untuk melindungi biodiversitas Bumi.
Salah satu kesepakatan tersebut adalah memasukkan 30 persen dataran bumi dan lautan ke wilayah yang dilindungi per 2030. Sat ini baru 17 persen dataran dan 10 persen lautan yang masuk wilayah dilindungi, dikutip dari AP. Kesepatakan ini diberi nama Kunming-Montreal Global Biodiversity Framework.
COP15 dilaksanakan di Montreal, Kanada, dan presidensinya dipegang oleh China.
“Kami memiliki sebuah paket di tangan kami yang saya pikir dapat membimbing kita saat kita semua bekerja sama untuk menghentikan dan membalikkan hilangnya keanekaragaman hayati dan menempatkan keanekaragaman hayati di jalur pemulihan untuk kepentingan semua orang di dunia,” kata Menteri Lingkungan Hidup China Huang Runqiu.
Kesepakatan itu juga menyerukan peningkatan dana 200 miliar dolar AS atau sekitar 3.000 triliun (kurs Rp 15.000) pada tahun 2030 untuk dialokasikan ke keanekaragaman hayati dari berbagai sumber. Kesepatannya juga memuat upaya untuk menghapus subsidi yang tidak efisien atau merusak lingkungan, yang dapat menghasilkan 500 miliar dolar AS lagi untuk pelestarian alam.
“Banyak dari kami menginginkan lebih banyak hal dalam teks dan lebih banyak ambisi, tetapi kami mendapatkan paket yang ambisius,” kata Menteri Lingkungan Hidup dan Perubahan Iklim Kanada Steven Guilbeault.
“Kita memiliki kesepakatan untuk menghentikan dan mengembalikan kehilangan keanekaragaman hayati, untuk bekerja pada restorasi, untuk mengurangi penggunaan pestisida. Ini adalah kemajuan yang luar biasa.”
Sempat diwarnai proses walk-out delegasi
Dalam penyusunannya, negara berkembang seperti Indonesia, India, Brasil, dan Kongo sempat walkout sebagai penolakan atas skema pendanaan. Brasil bahkan sempat meminta pendanaan 100 miliar pertahun dari nega
Baru kemudian diputuskan, negara maju akan mendanai negara berkembang sebesar 20 miliar dolar AS setiap tahunnya, dan meningkat menjadi 30 miliar dolar AS per 2030.
“Setiap orang mendapatkan sedikit dari apa yang mereka inginkan, belum tentu semua yang mereka inginkan,” ungkap Pierre du Plessis, seorang negosiator dari Namibia yang membantu mengkoordinasikan kelompok Afrika, mengatakan kepada The Associated Press sebelum pemungutan suara.
Referensi:
COP 15 Montreal: Merajut Masa Depan Keanekaragaman Hayati Global. https://pslh.ugm.ac.id/cop-15-montreal-merajut-masa-depan-keanekaragaman-hayati-global/