Berbicara mengenai Vitamin A tidak lepas dari kesehatan mata. Vitamin A dipercaya mampu mengatasi permasalahan kesehatan mata seperti, rabun jauh, rabun dekat, silinder, dan katarak. Berdasarkan pada studi dari Johns Hopkins tahun 1998, New York Times melaporkan bahwa suplemen yang mengandung vitamin A dapat mengembalikan penglihatan yang buruk. Hingga tersebar mitos bahwa wortel dijuluki memiliki super-vegetable power yang dapat meningkatkan penglihatan di malam hari tetapi tidak membantu melihat dengan baik dalam kegelapan. Mitos tersebut diduga sebagai propaganda Inggris di Perang Dunia II (Smith, 2013).
Sebenarnya bagaimana mekanisme vitamin A dalam perannya membantu mengobati permasalahan kesehatan mata? Berikut penjelasan mengenai pengaruh vitamin A terhadap kesehatan mata.
Vitamin A merupakan golongan mikronutrien yang sangat penting dalam menjaga pengelihatan, meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan, serta melindungi intergritas epitel dan lendir dalam tubuh (Huang et al., 2018). Vitamin A tergolong nutrien larut lemak yang memiliki metabolit aktif berupa asam retinoat dari kelompok karotenoid. Dalam makanan, bentuk aktif dari vitamin A hanya dapat ditemukan dalam bahan pangan hewani. Sementara pada bahan pangan nabati, vitamin A tersedia dalam bentuk prekursor berupa provitamin A. Jenis provitamin A yang diketahui paling aktif yaitu beta-karoten yang terdiri dari dua molekul retinol saling berikatan (Azrimaidaliza, 2007).
Dalam tubuh, vitamin A diabsorbsi secara sempurna setelah 4 jam. Oleh salah satu enzim lambung yaitu pepsin, vitamin A yang dibentuk dan karotenoid dilepaskan. Kemudian di dalam usus, betakaroten diserap melalui pembuluh limfe intestinal dan sebagian yang lain dipecah menjadi 2 molekul retinol yang dalam sel mukosa akan diproses esterisasi dengan bantuan asam palmitat menjadi retinil palmitat. Retinil palmitat ini selanjutnya akan disimpan dalam hepar sebagai cadangan vitamin A. Sekitar 90-95% persediaan vitamin A dalam hepar, tersimpan dalam bentuk retinil ester karena terikat pada asam lemak rantai panjang. Sementara dalam jumlah kecil, vitamin ini ditemukan pada ginjal, adrenal, paru-paru, dan retina.
Di dalam tubuh, vitamin ini diperlukan untuk menyokong pertumbuhan dan Kesehatan terkhusus untuk pengelihatan. Ketersediaan vitamin A diperlukan untuk regenerasi pigmen retina mata dalam proses adaptasi gelap (Sanif dan Nurwany, 2017). Hal tersebut dikarenakan dalam mekanisme pengelihatan normal, vitamin A berfungsi pada cahaya yang remang (Azrimaidaliza, 2007). Vitamin A sebagai salah satu antioksidan dalam tubuh juga memiliki fungsi menghambat pembentukan radikal bebas yang diakibatkan oleh reaksi sinar UV, sehingga dapat mencegah terjadinya proses ultraviolet-induced cataractogenesis.
Dalam mekanisme pengelihatan, vitamin A memiliki peran penting membentuk pigmen fotoreseptor retina. Vitamin A dalam darah dioksidasi menjadi retinal yang akan mengikat protein opsin dan membentuk pigmen visual rodopsin (merah-ungu). Rodopsin yang berada di dalam sel khusus pada retina mata disebut dengan rod. Cahaya yang mengenai retina akan merubah pigmen visual merah-ungu menjadi kuning dan selanjutnya retinal dipisahkan dari opsin. Secara sinergik juga akan terjadi rangsangan elektrokimia sepanjang saraf mata menuju ke otak yang menimbulkan terbentuknya bayangan visual. Selama keberjalanan proses tersebut, vitamin ini dipisahkan sebagian dari protein untuk diubah menjadi retinol. Selanjutnya, sebagain besar retinol yang dihasilkan akan diubah kembali menjadi retinal yang secara sinergik akan mengikat opsin kembali membentuk rodopsin. Pembentukan kembali rhodopsin ini dipengaruhi oleh banyaknya retinol yang terkandung dalam darah. Semakin banyak kandungan retinol, maka akan semakin cepat terbentuk kembali rodopsin sebagai bahan reseptor dalam retina mata. Ketajaman pengelihatan mata dalam kondisi gelap atau remang-remang akan dapat terjadi setelah siklus pembentukan rodopsin tersebut selesai (Azrimaidaliza, 2007).
Selain itu, vitamin A juga penting dalam menjaga kesehatan permukaan mata dan keratomalacia yang terjadi karena efek diet terlalu berat. Sama halnya dengan vitamin C dan E, vitamin tersebut juga memiliki aktivitas antioksidan yang dapat menekan potensi kerusakan akibat meningkatnya oksidasi radikal bebas yang dihasilkan dari proses metabolisme normal maupun paparan radiasi sinar matahari (Brown et al., 1998). Protein berperan penting dalam penyusunan sitoplasma di dalam sel fibre dan lipoprotein penting dalam membran sel-sel lensa. Lipid juga berperan penting dalam kinerja elemen fotoreseptor pada retina. Komponen-komponen tersebut mengalami kerusakan oksidatif akibat meningkatnya radikal bebas (Brown and Bron, 1996), sehingga dapat mengganggu kesehatan mata yang mempengaruhi ketajaman pengelihatan. Oleh karena itu, peningkatan anti-oksidan mata dengan mengkonsumsi vitamin tersebut dapat menjadi sarana untuk menutrisi mata dan mencegah berbagai kelainan. Hal itu terbukti dari hasil uji coba AREDS1 tahun 2001 yang menunjukkan bahwa suplemen dengan kandungan betakaroten (vitamin A), vitamin C dan E, zink dan tembaga dapat mengurangi risiko pengembangan AMD tingkat lanjut. Dosis betakaroten yang digunakan pada intervensi ini yaitu 17 mg (28.640 IU vitamin A). Data lain menunjukkan bahwa sebanyak 3-6 mg/hari betakaroten dari berbagai sumber makanan dapat mempertahankan konsentrasi plasma betakaroten dalam kisaran yang berkaitan dengan menurunkan risiko berbagai penyakit kronis (Rasmussen and Johnson, 2013).
Vitamin tersebut diketahui memiliki mekanisme menjaga kesehatan mata dengan meningkatkan reseptor retina mata berupa rodopsin. Dalam kondisi gelap atau remang-remang, ketajaman penglihatan dapat terjadi ketika siklus pembentukan rodopsin telah selesai. Vitamin ini selain membantu mekanisme mempertajam penglihatan dalam kondisi gelap juga berperan dalam menjaga kesehatan permukaan mata dan lensa karena aktivitasnya sebagai antioksidan mata yang mampu menekan terbentuknya radikal bebas berlebih sehingga menghindari berbagai kelainan mata dan mempertajam penglihatan karena mata tidak mengalami defisiensi vitamin ini.
DAFTAR PUSTAKA
- Age-Related Eye Disease Study Research Group. 2001. A Randomized, Placebo-controlled, Clinical Trial of High-Dose Supplementation with Vitamins C and E, Beta Carotene, and Zinc for Age-Related Macular Degeneration and
Vision Loss: AREDS Report No 8. Arch Ophthalmol. 119 (10): 1417–1436. - Azrimaidaliza. 2007. Vitamin A, Imunitas dan Kaitannya dengan Penyakit Infeksi. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 1 (2): 90-96.
- Brown NAP, Bron AJ. 1996. Lens Disorders: A Clinical Manual of
Cataract Diagnosis. Oxford: Butterworth-Heinemann, - Brown, N. A. P., A. J. Bron, J. J. Harding, and H. M. Dewar. 1998. Nutrition Supplements and the Eye. Royal College of Ophthalmologists. 12: 127-133.
- Huang, Z., Y. Liu, G. Qi, D. Brand, and S. G. Zheng. 2018. Role of Vitamin A in the Immune System. Journal of Clinical Medicine. 7 (258): 1-16.
- Rasmussen, H. M. and E. J. Johnson. 2013. Nutrients for the Aging Eye. Clinical Interventions in Aging. 8: 741-748.
- Sanif, R. dan R. Nurwany. 2017. Vitamin A dan Perannya dalam Siklus Sel. JKK. 4 (2): 83-88.
- Smith, K. A. 2013. AWWII Propaganda Campaign Popularized the Myth that Carrots Help You See in the Dark. [online] diakses pada 23 Juli 2021. https://www.smithsonianmag.com/arts-culture/a-wwii-propaganda-campaign-popularized-the-myth-that-carrots-help-you-see-in-the-dark-28812484/