Mikrobial pada Bau Badan dan Keringat, serta Permasalahannya Ketika Olahraga

Bau badan adalah masalah yang umum dan sering kali menjadi sumber rasa tidak nyaman bagi individu, terutama di kalangan remaja dan anak-anak prapubertas. Meskipun keringat manusia pada dasarnya tidak berbau, proses dekomposisi oleh bakteri pada komponen keringat tertentu dapat menghasilkan bau yang tidak sedap

bau badan pada pakaian olahraga

Bau badan adalah masalah yang umum dan sering kali menjadi sumber rasa tidak nyaman bagi individu, terutama di kalangan remaja dan anak-anak prapubertas. Meskipun keringat manusia pada dasarnya tidak berbau, proses dekomposisi oleh bakteri pada komponen keringat tertentu dapat menghasilkan bau yang tidak sedap. Kajian pada jurnal berjudul “Understanding the microbial basis of body odor in pre-pubescent children and teenagers” mengungkapkan dasar mikrobial dari bau badan pada anak-anak prapubertas dan remaja, memberikan wawasan baru tentang bagaimana mikrobiota kulit berkontribusi terhadap masalah ini.

Mikrobiota Kulit dan Bau Badan

Mikrobiota kulit terdiri dari berbagai jenis bakteri yang berinteraksi dengan keringat yang diproduksi oleh kelenjar eccrine, apocrine, dan sebaceous. Keringat dari kelenjar eccrine bersifat jernih dan tidak berbau, sedangkan keringat dari kelenjar apocrine, yang lebih aktif selama masa pubertas, dapat menghasilkan bau yang lebih kuat ketika terdekomposisi oleh bakteri. Penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan dalam komposisi mikrobiota kulit antara anak-anak prapubertas dan remaja, yang dapat mempengaruhi karakteristik bau badan mereka.

Temuan Penelitian

Dalam studi ini, peneliti melakukan analisis metagenomik mendalam terhadap sampel dari berbagai lokasi tubuh (seperti ketiak, leher, dan kepala) pada dua kelompok usia: anak-anak prapubertas (5–9 tahun) dan remaja (15–18 tahun). Hasilnya menunjukkan bahwa bakteri seperti Staphylococcus hominis dan Staphylococcus epidermidis memiliki hubungan positif dengan intensitas bau badan. Sebaliknya, Acinetobacter schindleri menunjukkan hubungan negatif dengan bau tersebut

Produksi Asam Isovalerat dan Asetat

Salah satu temuan penting adalah identifikasi jalur produksi asam isovalerat dan asetat sebagai penyebab utama bau badan pada anak-anak dan remaja. Bakteri seperti S. epidermidis dan S. hominis dapat memproduksi asam-asam ini melalui enzim tertentu, yang berkontribusi terhadap karakteristik bau asam atau busuk. Penelitian ini juga menyoroti bahwa karakteristik bau berbeda antara lokasi tubuh; misalnya, bau dari ketiak cenderung lebih kuat daripada dengan leher atau kepala.

Perbedaan Berdasarkan Usia

Penelitian ini menunjukkan bahwa anak-anak cenderung memiliki karakteristik bau yang berbeda daripada remaja. Anak-anak lebih sering mengalami bau asam, sedangkan remaja cenderung mengalami perubahan menuju bau yang lebih sulfur setelah aktivitas fisik. Kemungkinan penyebab hal ini karena peningkatan aktivitas kelenjar apocrine selama pubertas, yang mempengaruhi komposisi mikrobiota kulit.

Pengaruh Hasil Penelitian Terhadap Sosial dan Psikologis

Bau badan dapat memiliki dampak sosial dan psikologis yang signifikan bagi individu, terutama bagi remaja yang lebih rentan terhadap penilaian sosial. Penelitian ini menyoroti pentingnya memahami dasar mikrobial terkait masalah ini untuk mengembangkan strategi pencegahan yang lebih efektif dari timbulnya bau badan. Dengan memahami mikrobiota kulit dan bagaimana mereka berkontribusi terhadap bau badan, kita dapat merancang strategi seperti penggunaan produk antimikroba atau perubahan dalam kebersihan pribadi untuk mengurangi masalah ini.

Mikrobial Bau Badan pada Keringat

Dasar mikrobial dari bau badan merupakan bidang penelitian yang menarik dengan pengaruh penting untuk kesehatan masyarakat. Penelitian ini menunjukkan bahwa interaksi kompleks antara mikrobiota kulit dan komponen keringat memainkan peran kunci dalam pengembangan bau badan pada anak-anak prapubertas dan remaja. Memahami faktor-faktor ini tidak hanya membantu dalam penanganan masalah bau badan tetapi juga membuka jalan untuk penelitian lebih lanjut mengenai kesehatan kulit dan mikrobioma manusia secara keseluruhan.

Keringat dan Bau Badan pada Pakaian Olahraga: Masalah dan Tantangannya

Pakaian olahraga memainkan peran penting dalam mendukung aktivitas fisik, tetapi sering kali menjadi tempat berkembang biaknya mikroorganisme akibat paparan keringat yang berlebihan. Kombinasi antara keringat, mikrobioma kulit, dan bahan tekstil dapat menghasilkan bau badan yang mengganggu kenyamanan dan kepercayaan diri pengguna​.

SUmber: id.pinterest.com

Proses Terbentuknya Bau Badan pada Pakaian Olahraga

Pakaian olahraga, yang sering kali menyerap keringat, memperburuk masalah bau. Kain tertentu, seperti poliester, cenderung memerangkap bau lebih banyak daripada kapas atau wol karena sifatnya yang hidrofobik. Poliester menciptakan lingkungan lembap dan hangat yang ideal untuk pertumbuhan mikroba​.

Salah satu tantangan utama saat berolahraga adalah pengelolaan keringat. Serat tradisional seperti katun menyerap keringat tetapi sulit mengering, sementara serat sintetis seperti poliester tidak menyerap cairan dengan baik dan menciptakan rasa lengket selama olahraga. Selain itu, bahan sintetis sering kali memerangkap senyawa berbau karena sifat lipofiliknya​.

Pilihan Mengelola Keringat dan Bau pada Pakaian Olahraga Serta Tantangannya

Berbagai strategi yang dapat menjadi pilihan untuk mengatasi bau pada pakaian olahraga, meliputi :

  1. Penggunaan Bahan Antibakteri: Bahan seperti perak, triclosan, atau senyawa kuaterner berguna untuk menghambat pertumbuhan mikroba. Namun, penggunaannya dapat menimbulkan risiko kesehatan dan lingkungan, seperti resistensi bakteri dan pencemaran air​.
  2. Adsorben: Penambahan bahan seperti karbon aktif atau siklodekstrin membantu menyerap senyawa berbau. Namun, biaya dan daya tahan material ini menjadi tantangan utama​.
  3. Teknologi Fotokatalitik: Rancangan beberapa kain bertujuan untuk memecah senyawa berbau melalui reaksi fotokatalisis menggunakan titanium dioksida. Teknologi ini menjanjikan tetapi masih memiliki keterbatasan seperti biaya tinggi dan ketahanan luntur yang rendah​.
  4. Desain Serat dan Struktur Kain: Pengembangan serat asimetris dengan lapisan hidrofobik di bagian dalam dan hidrofilik di luar meningkatkan aliran keringat keluar. Pendekatan ini menjadikan pakaian lebih cepat kering dan lebih nyaman dalam penggunaannya.

Masa Depan Pakaian Olahraga

Perlu penelitian lebih lanjut untuk menciptakan pakaian olahraga yang tidak hanya mampu mengelola keringat tetapi juga mengurangi bau tanpa dampak negatif terhadap lingkungan. Solusi berkelanjutan seperti penggunaan serat berbasis tumbuhan dan agen antibakteri alami dapat menjadi opsi untuk pengembangan langkah ke depan. Selain itu, desain berbasis area tubuh, terkait dengan daerah mana yang berkeringat lebih banyak, dapat meningkatkan efektivitas pengendalian bau​.

Referensi

Lam, et al. 2018. Understanding the microbial basis of body odor in pre-pubescent children and teenagers. Diakses pada 29 November 2024 dari https://microbiomejournal.biomedcentral.com/articles/10.1186/s40168-018-0588-z

Chang, Yuping and Wang, Xungai. 2023. Sweat and odor in sportswear – A review. Diakses pada 29 November 2024 dari https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10391722/pdf/main.pdf

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *