Modifikasi Hujan Secara Saintifik, Tanpa Pawang!

Hari Minggu, 20 Maret 2022, telah terlaksana kompetisi tingkat dunia yakni MotoGP 2022 di Mandalika, Indonesia. Acara tersebut kini tampak […]

Hari Minggu, 20 Maret 2022, telah terlaksana kompetisi tingkat dunia yakni MotoGP 2022 di Mandalika, Indonesia. Acara tersebut kini tampak “tidak biasa”, dibanding di negara-negara penyelenggara lainnya. Kompetisi tersebut diwarnai dengan aksi unik dari pawang hujan. Dilansir dalam laman republika, pawang hujan tersebut melakukan ritual seperti “tarian”, jampi, dan membawa alat di antaranya mangkuk berwarna emas dan benda mirip batang lidi. Hal tersebut dilakukan demi mencegah atau memindahkan hujan.

Berbicara mengenai modifikasi hujan, dalam ilmu pengetahuan telah dikembangkan beberapa teknologi tentang rekayasa curah hujan. Teknologi ini telah digunakan banyak negara di antaranya China dan Rusia. Rusia menggunakan dalam rangka acara kenegaraan, sedangkan China pernah menggunakan dalam acara pembukaan Olimpiade di Beijing. Indonesia beberapa waktu lalu juga pernah menggunakan teknologi TMC (Technology Weather Modification) pada acara Sea Games XXVI pada tahun 2011 di Palembang. Teknologi ini digunakan untuk memodifikasi curah hujan. Lalu, bagaimana kinerja dari modifikasi curah hujan menurut sains?

Mekanisme

Ada beberapa mekanisme yang sering digunakan, di antaranya Mekanisme Persaingan dan Mekanisme Proses Lompatan. Pada Mekanisme Persaingan, digunakan zat higroskopis (menyerap air) yang ditebarkan ke awan. Zat yang biasa digunakan yaitu NaCl. Pada mekanisme tersebut zat higroskopis tersebut saling bersaing dalam menyerap uap air yang ada di awan. Zat tersebut dibuat sangat kecil ukurannya agar mampu menyerap maksimal (dengan konsep faktor laju reaksi). Semakin banyak zat yang disebar, maka zat tesebut semakin bersaing dalam menyerap uap air. Dampaknya, butir-butir awan sulit tumbuh menjadi lebih besar sehingga efisiensi tumbukan dalam awan sangat kecil (stabil). Akhirnya, awan tidak berkembang dan tidak terjadi presipitasi air hujan. Pada Mekanisme Proses Lompatan, zat higroskopis yang digunakan untuk disebarkan ke awan yakni yang berukuran besar. Pada proses ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi tumbukan dalam awan. Dapat dikatakan proses ini bertujuan untuk menyegerakan proses hujan di wilayah tertentu.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan untuk menyebarkan zat di udara yaitu pesawat udara. Spesifikasi pesawat yang digunakan memiliki kemampuan navigasi dan weather radar yang baik. Pesawat tersebut memiliki Radar Cuaca (Weather Radar) dan Global Positioning System (GPS). Adapun bahan yang digunakan untuk penyemaian awan, di antaranya NaCl super fine powder, sedangkan bahan semai pada mekanisme persaingan dapat dilakukan dengan bahan campuran kalsium klorida dan aseton di wahana Ground Particles Generator (GPG).

Nah, sekian sharing pada kesempatan kali ini, sahabat warstek. Jadi, itulah mekanisme, alat, dan bahan yang biasa digunakan ilmuwan dalam memodifikasi curah hujan. Metode seperti itu sudah diteliti dan efektif digunakan di seleuruh dunia. Semoga bermanfaat. Salam sains dan teknologi!

Referensi:

Goenawan, R. D., Haryanto, U., Sudibyo, P. S., Asmoro, B., & Pamuji, P. (2013). HASIL PENGUKURAN PARTIKEL ASAP GROUND PERTICLES GENERATOR (GPG) DI LAB TMC PUSPIPTEK SERPONG PADA 11 APRIL 2013. Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca, 14(1), 59-65.

Seto, T. H., Sutrisno, S., Tikno, S., & Widodo, F. H. (2013). Pemanfaatan Teknologi Modifikasi Cuaca Untuk Redistribusi Curah Hujan dalam Rangka Tanggap Darurat Banjir di Provinsi DKI Jakarta dan Sekitarnya. Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca, 14(1), 1-11.

Seto, T. H. (2000). Peranan Bahan Semai Higroskopis dalam Penyemaian Awan. Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca, 1(1), 19-26.

1 thought on “Modifikasi Hujan Secara Saintifik, Tanpa Pawang!”

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top