Lumut merupakan salah satu tumbuhan tingkat rendah (Cryptogamae) yang secara mofologi tampak benar-benar hijau karena telah memiliki sel-sel dengan plastida yang telah mengandung klorofil-a maupun klorofil-b. kebanyakan hidup di darat dan sel-selnya telah memiliki dinding terdiri atas selulosa. Alat-alat reproduksinya berupa anteridium dan arkegonium. Secara umum, ketika mendengar dan membaca istilah “lumut” yang terbayangkan dalam pikiran kita yaitu hijau, licin penyebab tergelincir, dan lainnya, tetapi tahukah Anda bahwa lumut memiliki banyak sekali kajian terkait pemanfaatannya yang belum diketahui banyak orang? Nah, pada artikel ini kita akan membahas terkait dengan lumut yang bisa mengawetkan manusia menjadi Tollund Man atau “mumi alami”. Kok bisa sih? Bagaimana caranya? Penasaran bukan? Untuk lebih lanjut simak artikel berikut ini!
Lumut ternyata berperan dalam pengawetan manusia pada zaman dahulu di beberapa belahan dunia. Lumut yang berperan ini yaitu Sphagnum sp., jenis ini tidak lagi asing bagi orang-orang terutama mereka yang gencar-gencar dalam budidaya tanam hias, salah satu manfaat sphagnum yaitu digunakan sebagai media tanam. Bahkan pada masa pandemi Covid-19 yang sedang berlangsung ini, praktek menanam tumbuhan hias semakin meningkat membuat jenis lumut ini tinggi permintaanya di pasaran. Adapun klasifikasi dari spesies ini antara lain:
Kingdom : Plantae
Divisio : Bryophyta
Classis : Musci
Ordo : Sphagnales
Familia : Sphagnaceae
Genus : Sphagnum
Species : Sphagnum sp.
Spesies ini termasuk dalam lumut sejati yang berasal dari bangsa Sphagnales. Tjitrosoepomo (2014: 195) mendeskripsikan terkait dengan habitat jenis lumut ini yang dapat ditemukan di tempat-tempat yang berawa-rawa dan membentuk rumpun atau bantalan, yang dari atas tiap-tiap tahun tampak bertambah luas, sedang bagian-bagian bawah yang ada dalam air mati dan berubah menjadi gambut. Daun-daun yang sudah tua terkulai dan menjadi pembalut bagian bawah batang. Suatu cabang di bawah puncak tumbuh sama cepat dengan batang, sehingga kelihatan seperti batang lumut itu bercabang menggarpu. Hal ini lah menjadi alasan digunakannya Sphagnum sp. sebagai media tanam tumbuh-tumbuhan budidaya (hias). Beberapa contoh tumbuhan ini antara lain Sphagnum fimbriatum, Sphagnum squarrosum, dan Sphagnum acutifolium.
Proses ketika mayat dikebumikan dan kemudian ternyata tidak terurai dan masih bertahan hingga ribuan tahun juga dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Keberadaan Sphagnum menurut Urry, et al., (2021) sebagai tumbuhan yang tidak mudah membusuk karena mengandung senyawa fenolik yang banyak ditemukan di dinding selnya. Selain itu, kumpulan tumbuhan Spagnum sp. ini yang tumbuh dan kemudian berubah menjadi gambut ternyata memengaruhi suhu menjadi rendah, pH, dan tingkat oksigen rendah. Hal ini yang menyebabkan penghambatan proses pembusukan lumut beserta orgnisme lain yang berada pada ekologinya. Bagian-bagian tubuh, rambut, kuku, pakaian hingga organ dalam dan vital pun sekaligus dapat terawetkan dengan baik.
Tollund man sendiri merupakan mayat yang terawetkan secara alami (mumi alami) yang ditemukan di Denmark, tepatnya di rawa-rawa gambut di Semenanjung Jutland 8 Mei 1950 oleh warga sekitar. Pada awal penemuannya, sempat mengejutkan warga sekitar beserta pihak kepolisian dan diduga sebagai korban pembunuhan. Namun setelah ditelusuri lebih lanjut, Tollund Man tersebut telah mengalami mumifikasi dengan sangat baik.
Engber (2006) dalam artikelnya menyebutkan ada beberapa alasan dimana Sphagnum sp. dapat berperan dalam mencegah pembusukan pada Tollund Man, salah satunya yaitu antibiotik sphagnan. Antibiotik tersebut bekerja dengan beberapa cara. Pertama, mengikat protein pada permukaan mikroorganisme dengan cara melumpuhkan dan mengeluarkan kandungan airnya. Kedua, gugus karbonilnya yang sangat reaktif berperan dalam penguraian organik terhadap senyawa kimia maupun nutrient. Ketiga, lumut ini menyebabkan bahan-bahan organik pada makhluk hidup yang berada didekatnya tahan terhadap pembusukan. Hal ini juga dipertegas dengan karakteristik dari Sphagnum sendiri dalam Tjitrosoepomo (2014: 196) memiliki kulit batang terdiri atas selapis sel-sel yang telah mati dan kosong. Jaringan kulit bersifat seperti sepon, dapat menghisap banyak air. Dinding-dinding yang membujur maupun melintang mempunyai liang-liang yang bulat, juga dalam daunnya terdapat sel-sel yang menebal berbentuk cincin atau spiral.
Proses mumifikasi alami yang terjadi pada Tollund Man disebabkan jasad tersebut berada di lahan gambut yang ditumbuhi oleh Sphagnum. Spesies ini memiliki kemampuan untuk memengaruhi suhu, pH, dan oksigen pada lahan yang ditumbuhinya. Hal inilah menyebabkan jasad tidak membusuk bahkan terawetkan dengan baik.
Referensi
- Engber, D. (2006). “How Do Bogs Keep Things Fresh?” diakses pada 9 Maret 2021 Pukul 13.00 WIB di https://slate.com/news-and-politics/2006/07/how-do-bogs-keep-things-fresh.html
- Https://id.wikipedia.org/wiki/Manusia_Tollund diakses pada 9 Maret 2021 pukul 16.00 WIB.
- Tjitrosoepomo, G. (2014). Taksonomi Tumbuhan (Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
- Urry, L.A., M.L. Cain, S.A. Wasserman, P.V. Minorsky & R.B. Orr (2021). Campbell Biology. 12th Edition. Pearson Education, Inc. USA.
S1 Pendidikan Biologi Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang, Kepulauan Riau
Berminat dalam Studi Botani, Biokimia dan Mikrobiologi
Blog: deucorner.com