Di kota-kota besar, kita pastinya sering menjumpai gedung-gedung bertingkat yang menakjubkan. Dan rata-rata bangunan bertingkat di kota besar terbuat dari kaca dan beton. Memang pada dasarnya beton dan kaca merupakan material bangunan yang sangat baik dan pastinya akan terus digunakan. Akan tetapi, ada beberapa dampak dari penggunaan material kaca dan beton sebagai material untuk membangun gedung bertingkat.

Beton dan baja memiliki jejak karbon yang besar dan merupakan bahan yang memanfaatkan energi besar untuk diproduksi. Pemahaman dunia tentang perubahan iklim telah berevolusi, dan kita telah melihat dampak besar dari material bangunan sekarang terhadap perubahan iklim. Produksi beton menghasilkan sekitar 5% emisi karbon dioksida serta gas rumah kaca yang dominan. Menurut Green, produksi dan transportasi karbon telah mewakili lebih dari 5 kali jejak karbon dari industri penerbangan secara keseluruhan.
Teknologi Ramah Lingkungan merupakan isu yang sedang hangat didiskusikan saat ini. Bahkan ternyata, teknologi ramah lingkungan sudah dipikirkan sejak abad ke-18. Seperti Thomas Alva Edison, yang pernah berkata,“Saya akan menaruh uang saya pada energi matahari , saya harap kita tidak harus menunggu sampai minyak dan batubara habis sebelum kita mengatasi itu.”
Salah satu contoh teknologi ramah lingkungan adalah kayu. Kayu mungkin merupakan bahan yang sudah umum kita kenal saat ini, khususnya di Indonesia. Mungkin banyak yang berpikir bahwa kayu merupakan bahan kuno yang sudah tidak dipakai lagi di masa depan. Namun siapa sangka, justru saat ini kayu sedang diupayakan untuk kembali menjadi bahan utama dalam bangunan modern, seperti sebagai bahan utama dalam pembuatan bangunan pencakar langit.
Kayu memiliki kelebihan unik yang tidak dimiliki material anorganik. Kayu dipercaya dapat menyimpan karbon dioksida sehingga dapat mengurangi emisi gas rumah kaca.
Apakah material kayu bisa dibangun hingga ketinggian 10-30 lantai?

Sebenarnya pembangunan bangunan bertingkat dengan material kayu sudah diterapkan sejak 1400 tahun yang lalu di Jepang. Hingga sekarang, bangunan 19 lantai tersebut masih berdiri kokoh walaupun Jepang beriklim basah. Selain di jepang, di Gastown, Vancouver, juga terdapat bangunan kayu bertingkat sebanyak 7-10 buah yang telah berdiri selama seratus tahun. Dan tidak hanya di masa lalu, bahkan di era modern terdapat bangunan kayu bertingkat yang terbukti sukses masih berdiri kokoh. Beberapa bangunan kayu bertingkat di era modern adalah Bangunan Stadthaus di London,Inggris, yang terdiri atas 9 lantai. Ada pula di Melbourne, Australia, yang memiliki bangunan kayu bertingkat sebanyak 10-12 buah. Di Norwegia, terdapat bangunan kayu bertingkat yang terdiri atas 17 lantai dan di Austria juga ada bangunan kayu bertingkat dan beton hibrida yang terdiri atas 30 lantai.
Bagaimana caranya membangun bangunan bertingkat dengan memanfaatkan kayu sebagai materialnya?

Teknologi pembangunan bangunan bertingkat tersebut bisa dikenal sebagai konstruksi Mass Timber. Apa itu Mass Timber? Menurut Green, Mass Timber adalah panel kayu padat yang direkayasa untuk kekuatan melalui laminasi berbagai lapisan. Panel tersebut memiliki ukuran 64 hingga 8 kaki (20 m x 2.4 m)(sebenarnya bervariasi) dan memiliki ketebalan hingga 16 inch. Sehingga panel ini dikenal sangat besar dan sangat padat dibandingkan kayu biasa.
Menurut Green, ada 3 produk utama dari Mass Timber, yaitu Cross Laminated Timber (CLT), Laminated Strand Lumber (LSL), dan Veneer Laminated Lumber (LVL). CLT terbuat dari lapisan kayu padat dengan orientasi 90 derajat. LSL terbuat dari matriks tipis seperti keripik. LVL terbuat dari laminasi tipis dengan bahan mirip kayu lapis tapi dalam skala yang jauh lebih besar. Produk-produk tersebut sangat menguntungkan terutama dalam hal api, kinerja akustik, kinerja struktural, skala, stabilitas material, dan efisiensi konstruksi.
Bagaimana dengan tingkat keamanannya terutama dalam hal kebakaran?

Mass Timber apabila didesain dengan benar memiliki sifat tahan api selama 2 jam, sama seperti beton.
Bagaimana dengan dampaknya terhadap lingkungan?

Ketika berbicara tentang kayu, pikiran kita pastinya akan terfokus kepada Illegal Logging. Masyarakat perlu mengetahui tentang perbedaan antara Illegal Logging dengan penebangan yang bersifat sustainable. Illegal Logging memiliki arti yaitu penebangan pohon yang tidak bertanggung jawab dan merusak alam, sementara penebangan yang bersifat sustainable memiliki arti yaitu penebangan pohon yang bertanggung jawab. Bahkan menurut Kementrian Hukum dan HAM RI, Penebangan dapat dilakukan oleh siapa saja asal mengikuti kriteria
pengelolaan hutan lestari (sustainable forest management).
Selain masalah illegal logging, ada juga permasalahan Deforestasi, yaitu konversi permanen hutan menjadi penggunaan non-hutan seperti pertanian atau pembangunan perkotaan. Menurut Green, pembangunan ini bisa diatasi apabila pembangunannya dilakukan dengan metode Pembangunan Sustainable. Pembangunan Sustainable menurut Green adalah pemindahan pohon dengan penanaman kembali jangka panjang dan diversifikasi spesies yang melekat dalam proses perencanaan, atau bahasa lainnya hutan tetap menjadi hutan. Kita tidak mengkonversi hutan menjadi perkotaan secara permanen, tapi kita memindahkan hutan dari satu tempat ke tempat lain.
Sumber :
Green, Michael C. 2012. “The Case For Tall Wood Buildings: Second Edition”. USA : Blurb, Inc.
Dr. Sadino, S.H., M.H. 2011. “Laporan Akhir Tim Pengkajian Hukum tentang Peran Serta Masyarakat dalam Pemberantasan Pembalakan Liar Hutan (Ilegal Loging)”. Jakarta : Kementerian Hukum dan HAM RI Badan Pembinaan Hukum Nasional.