Obesitas abdominal, yang ditandai dengan penumpukan lemak di sekitar area perut, telah teridentifikasi sebagai salah satu faktor utama penyebab sindrom metabolik dan risiko kardiometabolik. Kondisi ini tidak hanya berkaitan dengan berat badan berlebih secara keseluruhan, tetapi juga memiliki dampak tertentu pada kesehatan jantung yang berbeda dari obesitas umum. Berikut adalah penjabaran mekanisme di balik obesitas abdominal dan hubungannya dengan peningkatan risiko penyakit jantung.
Pengaruh Lemak Intra-abdominal pada Risiko Kesehatan
Pengukuran obesitas abdominal sering kali melalui lingkar pinggang dan dianggap lebih berbahaya daripada obesitas lainnya karena akumulasi lemak visceral yang mengelilingi organ-organ vital. Lemak ini aktif secara metabolik, memproduksi zat-zat seperti asam lemak bebas, sitokin inflamasi (seperti interleukin-6 dan tumor necrosis factor alpha), dan protein inflamasi lain yang dapat memperburuk resistensi insulin dan profil lipid yang abnormal.
Penelitian menunjukkan bahwa resistensi insulin, yang merupakan tanda khas sindrom metabolik, lebih berkorelasi dengan tingkat adipositas visceral daripada indeks massa tubuh (BMI). Akibatnya, seseorang dengan lingkar pinggang tinggi berisiko lebih besar mengalami diabetes tipe 2, hipertensi, dan dislipidemia, yang semuanya merupakan faktor risiko utama penyakit kardiovaskular.
Hubungan Obesitas Abdominal dengan Penyakit Jantung
Penyakit kardiovaskular atau penyakit jantung sering berkaitan dengan disfungsi metabolik yang dipicu oleh obesitas jenis ini. Studi menunjukkan bahwa individu dengan obesitas abdominal memiliki kemungkinan lebih tinggi mengalami aterosklerosis, yaitu pengerasan dan penyumbatan pembuluh darah. Proses ini dimediasi oleh tingginya kadar trigliserida, rendahnya kolesterol HDL, dan kehadiran partikel LDL kecil yang padat—kombinasi yang dikenal sebagai dislipidemia aterogenik.
Lebih jauh, inflamasi kronis tingkat rendah akibat obesitas abdominal juga memicu peningkatan kadar protein C-reaktif (CRP) dalam darah. CRP telah diidentifikasi sebagai penanda risiko tinggi penyakit jantung koroner. Selain itu, lemak visceral juga memproduksi plasminogen activator inhibitor-1 (PAI-1), yang meningkatkan risiko pembekuan darah dan stroke.
Mekanisme yang Memicu Risiko
Lemak visceral, yang berada di sekitar organ internal, menghasilkan zat inflamasi seperti interleukin-6 (IL-6) dan tumor necrosis factor alpha (TNF-α). Zat-zat ini berkontribusi pada resistensi insulin, peradangan kronis, dan dislipidemia, yang semuanya adalah faktor risiko utama untuk aterosklerosis dan penyakit jantung koroner. Penelitian oleh Barosso, et al. menunjukkan bahwa rasio lingkar pinggang terhadap tinggi badan (WHtR) lebih akurat dalam memprediksi risiko hipertensi daripada indeks massa tubuh (BMI). WHtR yang tinggi memiliki korelasi signifikan dengan hipertensi (p = 0.007) dalam studi tersebut, dan menunjukkan bahwa obesitas abdominal dapat berdampak langsung pada tekanan darah tinggi.
Faktor Risiko yang Berkaitan
Studi juga mengidentifikasi prevalensi tinggi faktor risiko lain di antara individu dengan obesitas abdominal:
- Hipertensi: 38% dari peserta memiliki hipertensi. Penumpukan lemak di abdomen dapat memicu kompresi mekanik pada ginjal, meningkatkan retensi natrium, dan mengaktifkan sistem renin-angiotensin, yang berkontribusi pada tekanan darah tinggi.
- Diabetes: Sebanyak 26% peserta memiliki kadar glukosa darah puasa yang tinggi, yang berkaitan dengan resistensi insulin akibat lemak visceral.
- Dislipidemia: 79% populasi yang diteliti memiliki profil lipid yang abnormal, termasuk trigliserida tinggi dan kolesterol HDL rendah.
Penilaian Risiko Melalui Lingkar Pinggang
Lingkar pinggang dianggap sebagai indikator yang lebih akurat daripada BMI dalam menilai risiko kardiovaskular. Data dari penelitian Quebec Health Survey menunjukkan bahwa individu dengan lingkar pinggang tinggi lebih cenderung mengalami hipertensi, hiperinsulinemia, dan penyakit arteri koroner, bahkan setelah memperhitungkan faktor-faktor lain seperti kadar gula darah puasa.

Sumber: canva.com
Kriteria diagnostik sindrom metabolik oleh International Diabetes Federation (IDF) menempatkan obesitas abdominal sebagai syarat utama, disertai dua dari empat kriteria lainnya seperti trigliserida tinggi, kolesterol HDL rendah, tekanan darah tinggi, dan kadar gula darah puasa tinggi. Hal ini menekankan pentingnya penanganan obesitas abdominal dalam upaya mencegah komplikasi kardiovaskular.
Baca juga: Cara Mengecilkan Perut Buncit yang Terbukti Secara Ilmiah
Intervensi dan Penanganan
Pendekatan utama dalam mengatasi obesitas abdominal adalah modifikasi gaya hidup, yang meliputi diet sehat dan aktivitas fisik. Penurunan berat badan yang signifikan dapat mengurangi kadar lemak visceral, meningkatkan sensitivitas insulin, dan memperbaiki profil lipid. Namun, keberhasilan jangka panjang sering terhambat oleh kurangnya kepatuhan pasien terhadap program ini.
Dalam beberapa kasus, farmakoterapi dapat berguna untuk menangani komplikasi spesifik seperti dislipidemia atau hipertensi. Selain itu, studi juga menunjukkan bahwa penghambatan sistem endocannabinoid dengan obat seperti rimonabant dapat mengurangi lingkar pinggang dan meningkatkan faktor risiko kardiometabolik, meskipun penggunaannya masih memerlukan evaluasi lebih lanjut terkait efektivitas dan keamanannya.
Kesimpulan
Obesitas abdominal merupakan pendorong utama peningkatan risiko kardiometabolik dan penyakit jantung. Dengan memahami mekanisme di balik dampaknya, klinisi dapat lebih fokus pada pendekatan yang ditargetkan untuk mengurangi risiko ini. Pengukuran lingkar pinggang harus menjadi bagian rutin dari evaluasi risiko kardiovaskular di praktik klinis. Selanjutnya, kombinasi intervensi gaya hidup dan, bila diperlukan, terapi farmakologis dapat memberikan manfaat besar dalam meningkatkan kesehatan kardiovaskular individu dengan obesitas abdominal.
Referensi
Despre´s, Jean-Pierre. 2006. Abdominal obesity: the most prevalent cause of the metabolic syndrome and related cardiometabolic risk. Diakses pada 26 Desember 2024 dar https://academic.oup.com/eurheartjsupp/article/8/suppl_B/B4/461962
Barosso, et al. 2017. Association of Central Obesity with The Incidence of Cardiovascular Diseases and Risk Factors. Diakses pada 26 Desember 2024 dari https://ijcscardiol.org/article/association-of-central-obesity-with-the-incidence-of-cardiovasculardiseases-and-risk-factors/