Kita semua tahu bahwa dasar laut adalah tempat yang sangat gelap dan sunyi, jauh dari sinar matahari dan aktivitas manusia. Tapi pernahkah kamu membayangkan apa yang terjadi jika hewan laut raksasa seperti paus, atau bahkan buaya, mati dan tubuhnya tenggelam ke dasar laut?
Ternyata, tubuh hewan yang jatuh ke kedalaman samudra itu tidak sekadar membusuk begitu saja seperti yang mungkin kita bayangkan. Sebaliknya, bangkai tersebut menjadi sumber kehidupan bagi makhluk-makhluk aneh yang sangat jarang kita dengar, salah satunya adalah cacing zombie, atau dalam istilah ilmiahnya disebut Osedax.
Cacing zombie ini bukan seperti cacing tanah biasa yang kita kenal. Mereka adalah makhluk laut kecil yang luar biasa karena mampu memakan tulang. Ya, mereka benar-benar menggali masuk ke dalam tulang paus dan mengurai jaringan yang tersisa untuk dijadikan makanan. Tanpa mulut dan tanpa perut, Osedax menggunakan bakteri khusus yang hidup di tubuhnya untuk membantu mencerna bagian-bagian dari tulang tersebut. Ini adalah contoh luar biasa bagaimana kehidupan bisa tetap berlangsung bahkan di tempat yang tampak tak berpenghuni seperti dasar laut.
Penelitian terbaru di perairan Teluk Meksiko mengungkap adanya spesies baru dari genus Osedax, yang memiliki kemampuan mengurai dan “memakan” tulang buaya secara perlahan namun efisien. Penemuan ini menyoroti peran penting organisme kecil dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut dalam.

Osedax adalah genus cacing laut dalam dari famili Siboglinidae. Nama “zombie” disematkan karena gaya hidupnya yang menyerupai penghisap tulang dari jasad besar seperti vampir laut. Namun mereka bukan predator yang buas, melainkan organisme simbiotik yang sangat efisien dalam memanfaatkan sisa-sisa kehidupan lain.
Baca juga artikel tentang: Terowongan Mengerikan: Menyoroti Cacing Parasit dan Dampaknya
Berbeda dari cacing biasa, Osedax:
- Tidak memiliki mulut, gigi, atau sistem pencernaan normal.
- Menggunakan struktur akar khusus untuk menembus tulang hewan besar.
- Hidup bersama bakteri simbiotik yang membantu mencerna kolagen dan lipid dari tulang.
Dengan sistem ini, Osedax mampu bertahan hidup di wilayah laut dalam yang gelap gulita dan miskin nutrisi.
Penelitian yang dipimpin oleh tim ahli laut dari AS dan Meksiko melakukan eksperimen yang tak biasa: mereka menenggelamkan tulang buaya ke dasar laut di Teluk Meksiko. Tujuannya adalah untuk melihat jenis organisme apa yang akan datang dan memanfaatkan tulang tersebut.
Beberapa bulan kemudian, para ilmuwan menemukan koloni Osedax tumbuh dengan subur pada tulang buaya tersebut. Analisis DNA menunjukkan bahwa ini adalah spesies baru dari genus Osedax, yang belum pernah dijumpai sebelumnya. Menariknya, spesies ini memiliki kekerabatan genetik dengan Osedax yang ditemukan di Samudra Pasifik dan Antartika, menunjukkan bahwa penyebaran genus ini bersifat global.

Proses yang dilakukan Osedax sangat canggih untuk ukuran makhluk mikroskopis:
- Akar khusus menembus tulang dan menjangkau bagian dalamnya.
- Bakteri simbiotik di dalam tubuh cacing mencerna jaringan kolagen dan lemak di tulang.
- Nutrisi hasil penguraian kemudian diserap oleh tubuh cacing.
Proses ini bisa berlangsung selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Dalam waktu itu, Osedax dapat melubangi dan “melarutkan” tulang besar tanpa meninggalkan sisa berarti.
Meski kecil dan tak terlihat oleh mata manusia, peran ekologis Osedax sangat besar. Mereka:
- Mempercepat proses dekomposisi tulang besar yang jatuh ke dasar laut.
- Mendaur ulang nutrisi penting seperti karbon, kalsium, dan fosfor kembali ke dalam ekosistem.
- Menjadi bagian awal dari rantai makanan, karena setelah Osedax selesai, tulang sisa dimanfaatkan oleh organisme laut lain seperti bakteri, moluska, dan krustasea kecil.
Tanpa kehadiran Osedax, tulang hewan besar bisa tertimbun lama dan mengganggu ekosistem dasar laut. Mereka adalah “petugas kebersihan” yang efisien dalam sistem daur ulang alami.
Osedax adalah contoh evolusi ekstrem yang mengesankan:
- Mengembangkan cara bertahan hidup tanpa sistem pencernaan konvensional.
- Menjalin simbiosis dengan mikroba untuk mengakses sumber makanan unik.
- Hanya muncul dan berkembang di lokasi dengan substrat tulang vertebrata besar, artinya mereka sangat terspesialisasi.
Fakta bahwa mereka bisa hidup di tulang buaya, bukan hanya paus, memperluas pemahaman kita bahwa mereka bukan bergantung pada jenis hewan tertentu. Selama ada tulang, mereka bisa hidup.
Penemuan ini menggunakan pendekatan ilmiah yang canggih dan multidisipliner, antara lain:
- Ekspedisi laut dalam dengan menggunakan robot bawah laut (ROV).
- Percobaan terkendali dengan menjatuhkan tulang buaya sebagai substrat eksperimen.
- Mikroskopi dan analisis struktur tubuh cacing.
- Pengurutan DNA untuk mengetahui kekerabatan genetik antar spesies Osedax di seluruh dunia.
Dengan menggabungkan teknologi kelautan, mikrobiologi, dan genetika, para ilmuwan berhasil mengungkap perilaku dan fungsi ekologis makhluk ini.
Penemuan ini membuka pertanyaan baru:
- Apakah ada lebih banyak spesies Osedax yang belum ditemukan di dasar laut dunia?
- Bagaimana dampak dari perubahan iklim atau polusi laut terhadap ekosistem cacing ini?
- Dapatkah proses penguraian tulang oleh Osedax dan bakterinya diterapkan dalam bioteknologi, misalnya untuk mengurai limbah medis atau bioplastik keras?
Kehadiran Osedax menunjukkan bahwa alam sudah memiliki sistem daur ulang yang sangat efisien. Belajar dari mereka bisa memberi inspirasi dalam menciptakan sistem limbah berkelanjutan.
Cacing “zombie” Osedax bukan sekadar makhluk aneh dari dasar laut. Mereka adalah arsitek ekosistem yang memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan kehidupan laut. Dari tulang yang tenggelam di kedalaman samudra, mereka menciptakan kehidupan baru, memicu rangkaian proses ekologis yang vital.
Penemuan spesies baru Osedax memperluas pemahaman kita tentang keragaman hayati laut, kemampuan adaptasi organisme ekstrem, dan keajaiban simbiosis antara hewan dan mikroba.
Di saat kita masih berjuang mengelola sampah dan limbah, Osedax memberi pelajaran bahwa bahkan tulang belulang pun bisa dimanfaatkan, jika kita tahu caranya.
REFERENSI:
Caccia, Giulia dkk. 2025. Bioerosion of human bones in the Mediterranean Sea: could it be Osedax?. Australian Journal of Forensic Sciences, 1-16.
Jamison-Todd, Sarah dkk. 2025. The earliest fossil cetacean with Osedax borings: narrowing the spatiotemporal gap between Cretaceous marine reptiles and late Cenozoic whales. Royal Society Open Science 12 (6), 250446.

