Masa Hidup Sel Darah Merah Pada Manusia dan Proses Kematiannya

Sel darah merah (eritrosit) memiliki peran penting dalam transportasi oksigen ke seluruh tubuh. Masa hidup sel darah manusia ini berkisar […]

sel darah merah

Sel darah merah (eritrosit) memiliki peran penting dalam transportasi oksigen ke seluruh tubuh. Masa hidup sel darah manusia ini berkisar sekitar 120 hari, sebelum akhirnya mengalami degradasi dan digantikan oleh sel baru yang diproduksi di sumsum tulang. Penentuan masa hidupnya dapat memberikan wawasan penting dalam bidang medis, terutama dalam diagnosis anemia hemolitik dan gangguan hematologi lainnya.

Studi oleh Hou-De Zhang et al. menguji keandalan metode baru untuk mengukur masa hidup sel darah merah menggunakan Tes Nafas CO Levitt yang telah dimodifikasi. Metode ini menawarkan pendekatan non-invasif yang lebih efisien dibandingkan teknik konvensional seperti pelabelan isotop dan biotin.

Metodologi Pengukuran

Studi ini melibatkan 109 individu sehat dan 91 pasien dengan anemia hemolitik kronis. Pengukuran dilakukan menggunakan alat otomatis yang didasarkan pada prinsip Tes Nafas CO Levitt. Tes ini bekerja dengan mengukur konsentrasi karbon monoksida (CO) endogen yang berasal dari degradasi heme dalam sel daah merah.

Proses pengambilan sampel dilakukan dengan cara subjek menghirup udara dalam-dalam, menahan napas selama 10 detik, lalu menghembuskannya ke dalam sistem koleksi khusus yang membuang udara mati sebelum menyimpan udara alveolar untuk analisis. Pengukuran CO dilakukan dengan spektroskopi inframerah non-dispersif.

Hasil Pengukuran Usia Sel Darah Merah menggunakan Tes Nafas CO Levitt

  1. Masa Hidup Sel Darah Merah pada Individu Sehat
    • Rata-rata masa hidup sel darah merah pada kelompok sehat adalah 126±26 hari, sejalan dengan metode standar sebelumnya.
    • Tidak ditemukan perbedaan signifikan antara kelompok usia atau jenis kelamin.
    • Tidak ada korelasi yang signifikan antara usia dan masa hidup sel darah merah.
  2. Masa Hidup Sel Darah Merah pada Pasien Anemia Hemolitik
    • Pada kelompok pasien anemia hemolitik, masa hidup sel darah merah secara signifikan lebih pendek, yaitu 29±14 hari.
    • Dengan menggunakan batas 75 hari sebagai cutoff, akurasi diagnostik anemia hemolitik dalam studi ini mencapai 100%.
  3. Keandalan Tes Nafas CO Levitt
    • Hasil studi menunjukkan bahwa Tes Nafas CO Levitt mampu memberikan pengukuran yang akurat dan dapat diandalkan.
    • Alat otomatis yang dikembangkan untuk tes ini memudahkan penggunaannya dalam praktik klinis.

Implikasi Klinis dan Kesimpulan dari Pengukuran

Penelitian ini menegaskan bahwa Tes Nafas CO Levitt adalah metode yang efisien, cepat, dan akurat untuk mengukur masa hidup sel darah merah manusia. Keunggulan utama metode ini adalah:

  • Non-invasif, sehingga lebih nyaman bagi pasien dibandingkan metode pelabelan isotop.
  • Cepat dan mudah dilakukan, memungkinkan penggunaan rutin di klinik untuk mendeteksi anemia hemolitik.
  • Hasil akurat, sebagaimana dibuktikan oleh data yang konsisten dengan metode konvensional.

Dengan adanya alat otomatis yang dikembangkan, Tes Nafas CO Levitt dapat digunakan sebagai metode standar dalam pengukuran masa hidup sel darah ini, membantu dokter dalam diagnosis dan pemantauan berbagai gangguan hematologi dengan lebih efisien.

Bagaimana Sel Darah Merah Mati?

Seiring waktu, sel darah merah mengalami perubahan struktural dan fungsional. Bentuk biconcave disk yang fleksibel memungkinkan sel darah merah untuk melewati kapiler yang sangat sempit. Namun, seiring bertambahnya usia, sel darah merah kehilangan deformabilitasnya akibat penurunan fleksibilitas membran dan perubahan pada sitoskeleton sel. Hal ini membuat sel lebih rentan terhadap fragmentasi dan pengenalan oleh sistem kekebalan tubuh.

Sumber: canva.com

Selain itu, sel darah merah juga mengalami stres oksidatif akibat produksi spesies oksigen reaktif (ROS) selama transportasi oksigen. ROS dapat merusak protein membran dan hemoglobin, yang mengarah pada akumulasi agregat protein yang mengubah sifat fisik sel darah merah.

Mekanisme Penghancuran Sel Darah Merah

Terdapat dua jalur utama dalam penghancuran sel darah ini, yaitu hemolisis intravaskular dan hemolisis ekstravaskular:

  1. Hemolisis Intravaskular
    • Terjadi ketika sel darah merah pecah langsung di dalam pembuluh darah.
    • Hemoglobin yang dilepaskan akan diambil oleh haptoglobin untuk didaur ulang.
    • Jika jumlah sel darah yang rusak terlalu banyak, kelebihan hemoglobin dapat menyebabkan toksisitas bagi tubuh.
  2. Hemolisis Ekstravaskular
    • Terjadi ketika sel darah merah yang sudah tua dikenali oleh makrofag dalam limpa, hati, dan sumsum tulang.
    • Sel darah merah yang mengalami perubahan pada membrannya lebih mudah dikenali oleh sistem retikuloendotelial.
    • Sel darah merah akan dicerna dalam vakuola makrofag, dan komponen utamanya (seperti besi) akan didaur ulang.

Baca juga artikel tentang Manfaat Buah-buahan untuk Pertumbuhan Sel Darah

Peran Limpa dalam Pembersihan Sel Darah Merah

Limpa memiliki peran utama dalam penyaringan sel darah merah yang sudah tua atau mengalami kerusakan. Sel darah merah yang kehilangan fleksibilitasnya akan sulit melewati celah sempit dalam sinus limpa. Jika terjebak, mereka akan dikenali oleh makrofag yang akan menghancurkannya. Selain itu, limpa juga berperan dalam menghilangkan sel darah merah yang mengalami perubahan antigenik pada permukaannya.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Umur Sel Darah Merah

Beberapa faktor yang dapat mempercepat penghancuran sel darah merah meliputi:

  • Gangguan Membran: Kelainan genetik seperti sferositosis herediter menyebabkan sel darah merah menjadi lebih kaku dan cepat dihancurkan.
  • Gangguan Metabolik: Defisiensi enzim seperti glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD) meningkatkan sensitivitas sel darah ini terhadap stres oksidatif.
  • Infeksi dan Penyakit Autoimun: Penyakit seperti malaria dan anemia hemolitik autoimun dapat meningkatkan penghancuran sel darah merah secara prematur.

Penghancuran sel darah merah merupakan proses fisiologis yang sangat penting untuk menjaga keseimbangan hematopoiesis dan mencegah akumulasi sel darah merah yang rusak. Dengan memahami mekanisme ini, penelitian lebih lanjut dapat mengarah pada intervensi medis yang lebih baik untuk kondisi yang berhubungan dengan anemia hemolitik dan gangguan sel darah merah lainnya.

Referensi

Hou-De Zhang et al. 2018. Human erythrocyte lifespan measured by Levitt’s CO breath test with newly developed automatic instrument. J. Breath Res. 12 036003. Diakses pada 29 Januari 2025 dari https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1752-7163/aaacf1

Thiagarajan P, Parker CJ, Prchal JT. How Do Red Blood Cells Die? Front Physiol. 2021 Mar 15;12:655393. doi: 10.3389/fphys.2021.655393. PMID: 33790808; PMCID: PMC8006275. Diakses pada 29 Januari 2025 dari https://doi.org/10.3389/fphys.2021.655393

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top