Pangan hewani memiliki kandungan nutrisi yang berbeda daripada sumber pangan yang lain sehingga diperlukan untuk melengkapi pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat. Hal ini membuat permintaan pangan hewani dari tahun ke tahun semakin meningkat. Setelah sukses melakukan ekspor pangan hewani asal unggas ke negara tetangga, menteri pertanian Dr. Ir. H. Andi Amran Sulaiman, juga mendorong ekspor komoditi dari ternak kambing dan domba pada tahun 2017 kemarin [1]. Data Kementerian Pertanian menunjukkan bahwa populasi kambing dan domba di Indonesia masing-masing sekitar 18,4 juta dan 16,5 juta ekor, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya [2]. Hal ini menunjukkan potensi ternak kambing dan domba mulai banyak dilirik oleh masyarakat sebagai usaha yang menguntungkan.
Setiap dua tahun, domba dan kambing yang sehat dapat melahirkan paling tidak tiga ekor anak. Produksi daging dan susu (untuk kambing perah) juga sangat menguntungkan karena harga jualnya yang cukup tinggi, bahkan susu kambing memiliki harga yang lebih tinggi daripada susu sapi. Limbah kotoran kambing dan domba pun tidak kalah kualitasnya dibandingkan dengan kotoran ternak lain seperti sapi dan unggas, sehingga harga jual komposnya juga relatif lebih mahal.
Ternyata potensi ini juga telah dilirik oleh orang nomor satu di Indonesia, Ir. H. Joko Widodo. Beliau memamerkan ternak domba miliknya yang sudah berjumlah 11 ekor di acara Jambore Peternakan Nasional 2017 di Bumi Perkemahan dan Graha Wisata Cibubur, pada bulan September 2017 yang lalu[3]. Sebelumnya, Pak Jokowi sudah pernah mengunggah video kelahiran anak kambing miliknya lewat vlog.
[embedyt] https://www.youtube.com/watch?v=0JUwqSvyLXU[/embedyt]
Awalnya semua baik-baik saja sampai terjadi diskusi di antara para sarjana peternakan dan praktisi yang berkomentar di berbagai sosial media. Menurut mereka, yang dipelihara oleh Pak Jokowi bukanlah kambing melainkan domba. Apa sih sebenarnya perbedaan kambing dan domba? Apakah di Indonesia domba bisa hidup?
Sebagian masyarakat mungkin memiliki asumsi bahwa hewan yang mengembik hanyalah kambing, sementara domba hanya ada di serial Shaun the Sheep. Padahal di Indonesia yang tongkat kayu bisa jadi tanaman ini memiliki kekayaan hayati yang sangat berlimpah, termasuk berbagai jenis domba dan kambing. Di Indonesia kita memiliki Kambing Kaligesing, Kambing Peranakan Ettawa, Kambing Saanen dan jenis kambing lain baik lokal maupun jenis impor. Begitu pula domba, kita memiliki domba garut yang sudah cukup terkenal, domba ekor gemuk, domba merino dan masih banyak jenis domba lainnya.
Lalu bagaimana cara kita membedakan antara kambing dan domba? Kambing (Capra sp.) memiliki jumlah kromosom sebanyak 60[4]. Ciri khas yang paling membedakannya dengan domba yaitu ekornya menghadap ke atas, bulu/rambutnya tidak setebal domba, serta lebih gemar makan dedaunan sehingga pandai melompat dan memanjat. Sedangkan kromosom domba (Ovis sp.) berjumlah 54[5], memiliki ekor yang menggantung, bulu yang lebih tebal (sebagai bahan wool), dan lebih gemar makan rumput sehingga perangainya lebih tenang. Berbeda dengan kambing, domba biasanya hidup secara berkelompok/bergerombol. Sedangkan untuk pemeliharaan, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Namun, dalam hal profit, keduanya sama-sama menguntungkan, walaupun harga kambing pada umumnya di pasaran lebih tinggi daripada domba. Dalam bahasa daerah, khususnya di Jawa Tengah, kebanyakan kambing sering disebut wedus, sedangkan domba disebut gembel. Masyarakat percaya bahwa bau daging domba lebih tajam (prengus) daripada daging kambing.
Nah sekarang kita sudah bisa membedakan antara kambing dan domba, sehingga bagi Anda yang berminat untuk memulai usaha ternak kambing dan domba sudah memiliki informasi dasar mengenai keduanya.
Jadi, menurut Anda, ternak peliharaan Pak Jokowi itu kambing atau domba?
Referensi:
[1] Fajriah, L. R. 2017. Indonesia Ekspor Hewan Ternak ke Singapura. https://ekbis.sindonews.com/read/1242470/34/indonesia-ekspor-hewan-ternak-ke-singapura-1506243779 (Diakses 18 Januari 2018)
[2] Departemen Pertanian Republik Indonesia. 2017. Populasi Ternak Tahun 2013-2017. http://www.pertanian.go.id/Indikator/tabel-4-pop-prod-nak.pdf  (Diakses 18 Januari 2018)
[3] Nugroho, B. P. 2017. Jokowi Pamer Kambing di Jambore Peternakan: Nggak Kurus Kayak Saya. https://news.detik.com/berita/d-3655795/jokowi-pamer-kambing-di-jambore-peternakan-nggak-kurus-kayak-saya (Diakses 18 Januari 2018)
[4] Yang, D., Wang, L., Lin, P., Jiang, T., Wang, N., Zhao, F., Chen, H., Tang, K., Zhou, D., Wang, A., & Jin, Y. 2017. An immortalized steroidogenic goat granulosa cell line as a model system to study the effect of the endoplasmic reticulum (ER)-stress response on steroidogenesis. Journal of Reproduction and Development, 63(1), 27-36.
[5] Zhu, X., Liu, Z., Deng, W., Zhang, Z., Liu, Y., Wei, L., Zhang, Y., Zhou, L., & Wang, Y. 2017. Derivation and characterization of sheep bone marrow-derived mesenchymal stem cells induced with telomerase reverse transcriptase. Saudi journal of biological sciences, 24(3), 519-525.