Matematika merupakan keterampilan dasar yang penting bagi anak-anak untuk membantu mereka dalam kehidupan sehari-hari, baik di sekolah maupun dalam aktivitas sehari-hari mereka. Namun, cara anak-anak belajar dan menerapkan matematika bisa berbeda-beda tergantung pada situasi mereka. Di India, banyak anak yang bekerja di pasar memiliki kemampuan matematika yang sangat baik, terutama dalam menghitung dengan cepat untuk transaksi jual beli. Namun, ketika mereka diminta mengerjakan soal matematika yang lebih formal seperti yang diajarkan di sekolah, mereka sering kali kesulitan. Sebaliknya, anak-anak yang lebih banyak bersekolah cenderung lebih baik dalam soal matematika formal, tetapi kesulitan dalam menghadapi masalah yang berkaitan dengan transaksi di pasar. Penelitian terbaru ini mengungkapkan perbedaan yang mencolok dalam cara anak-anak menggunakan keterampilan matematika di pasar dan di sekolah.
Penelitian Terkini
Sebuah studi yang dilakukan di India melibatkan ribuan anak-anak yang bekerja di pasar serta yang bersekolah, untuk melihat bagaimana keterampilan matematika yang mereka miliki diterapkan dalam situasi yang berbeda. Penelitian ini menunjukkan bahwa anak-anak yang bekerja di pasar dapat menghitung transaksi dengan cepat dan akurat, namun mereka kesulitan saat menghadapi soal matematika formal yang diajarkan di sekolah. Sebaliknya, anak-anak yang lebih fokus di sekolah menunjukkan keterampilan yang lebih baik dalam soal matematika formal, tetapi mereka kesulitan saat dihadapkan dengan masalah yang berkaitan dengan transaksi pasar.
Metodologi Penelitian
Studi ini dilakukan melalui serangkaian eksperimen di kota Kolkata dan Delhi, India. Pada eksperimen pertama, peneliti mengamati 201 anak yang bekerja di pasar Kolkata dan meminta mereka menyelesaikan perhitungan yang sering mereka lakukan, seperti menghitung harga barang dengan berat tertentu. Anak-anak ini berhasil menghitung transaksi dengan benar hampir 95 hingga 98 persen waktu. Namun, saat diminta mengerjakan soal matematika standar seperti yang digunakan di sekolah, hasilnya jauh lebih rendah. Hanya 32% yang bisa membagi angka tiga digit dengan angka satu digit, dan 54% dapat mengerjakan soal pengurangan dua digit dengan benar.
Eksperimen kedua dilakukan pada 400 anak yang bekerja di pasar Delhi dan menunjukkan temuan yang serupa. Meskipun mereka mahir dalam transaksi pasar, hanya sekitar 15% dari mereka yang bersekolah yang dapat mencapai tingkat keterampilan matematika standar yang diharapkan di sekolah. Peneliti juga mengevaluasi kelompok anak-anak yang tidak bekerja dan memberikan mereka soal matematika standar. Meski anak-anak ini mampu menyelesaikan soal matematika formal dengan baik, mereka hanya berhasil 60% dalam simulasi pasar meskipun diberi alat tulis dan waktu yang tidak terbatas.


Analisis Perbedaan antara Keterampilan Matematika di Pasar dan di Sekolah
Anak-anak yang bekerja di pasar cenderung menggunakan strategi yang lebih praktis dan cepat untuk menyelesaikan masalah matematika, seperti membulatkan angka untuk mempermudah perhitungan. Misalnya, mereka akan lebih memilih untuk mengalikan angka dengan cara yang lebih mudah, seperti mengalikan 43 dengan 10 dan menambahkan 43 lagi, daripada menggunakan metode panjang yang lebih formal. Anak-anak yang hanya bersekolah biasanya kesulitan dengan cara ini, karena mereka lebih terbiasa dengan metode matematika formal yang diajarkan di sekolah, seperti menggunakan algoritma pembagian panjang atau pengurangan yang lebih rumit.
Namun, meskipun anak-anak pasar menguasai keterampilan ini dengan sangat baik dalam kehidupan sehari-hari, mereka kurang memahami teori di balik metode tersebut, yang membuat mereka kesulitan dengan soal matematika yang lebih abstrak atau formal. Sementara itu, anak-anak yang bersekolah memiliki pemahaman teori yang lebih baik, tetapi mereka kesulitan mengaplikasikannya dalam situasi dunia nyata, seperti transaksi pasar.
Menghubungkan Pembelajaran Matematika Formal dengan Praktik Dunia Nyata
Studi ini menunjukkan adanya kesenjangan besar antara keterampilan matematika yang diajarkan di sekolah dan keterampilan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari anak-anak yang bekerja di pasar. Hal ini menyoroti pentingnya mendesain kurikulum pendidikan yang tidak hanya mengajarkan matematika formal, tetapi juga menghubungkannya dengan aplikasi nyata yang relevan. Anak-anak yang bekerja di pasar sudah mengembangkan keterampilan matematika yang berguna, tetapi keterampilan ini tidak selalu dapat diterapkan dalam konteks yang lebih formal di sekolah.
Salah satu tantangan bagi anak-anak yang bekerja di pasar adalah kurangnya pemahaman formal terhadap konsep-konsep matematika yang lebih rumit, seperti pembagian atau algoritma panjang. Oleh karena itu, peneliti menyarankan agar sekolah-sekolah mengintegrasikan lebih banyak pendekatan berbasis konteks dalam pengajaran matematika, yang membantu anak-anak menghubungkan pengetahuan mereka tentang matematika dengan situasi kehidupan nyata yang mereka hadapi.
Apa yang Bisa Dilakukan?
Untuk meningkatkan pembelajaran matematika anak-anak, penting untuk mengajarkan konsep-konsep matematika melalui aplikasi praktis. Ini bisa dilakukan dengan menyesuaikan kurikulum agar lebih relevan dengan pengalaman nyata yang dihadapi anak-anak, seperti yang mereka lakukan di pasar. Selain itu, menggunakan metode pengajaran yang lebih fleksibel—dengan menggabungkan pembelajaran berbasis konteks dan teori matematika—dapat membantu mengurangi kesenjangan antara keduanya.
Salah satu pendekatan yang disarankan adalah menggabungkan pengajaran matematika yang berbasis pengalaman nyata dengan materi abstrak, sehingga anak-anak dapat mengaitkan pengetahuan yang mereka pelajari di kelas dengan kehidupan sehari-hari mereka. Penelitian sebelumnya di Brazil menunjukkan bahwa program pendidikan finansial yang disesuaikan dengan kehidupan sehari-hari bisa meningkatkan keterampilan literasi finansial siswa sekaligus mengurangi angka kegagalan di sekolah.
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa anak-anak yang bekerja di pasar memiliki keterampilan matematika yang lebih baik dalam situasi dunia nyata, namun mereka kesulitan dengan soal matematika formal. Sebaliknya, anak-anak yang bersekolah lebih mahir dalam matematika abstrak, tetapi kesulitan dalam aplikasinya dalam kehidupan nyata. Oleh karena itu, penting untuk mengembangkan kurikulum yang menghubungkan kedua dunia ini, sehingga anak-anak dapat menguasai matematika baik di kelas maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Referensi:
[1] https://news.mit.edu/2025/study-shows-kids-use-different-math-skills-work-vs-school-0205, diakses pada 18 Februari 2025.
[2] Abhijit V. Banerjee, Swati Bhattacharjee, Raghabendra Chattopadhyay, Esther Duflo, Alejandro J. Ganimian, Kailash Rajah, Elizabeth S. Spelke. Children’s arithmetic skills do not transfer between applied and academic mathematics. Nature, 2025; DOI: 10.1038/s41586-024-08502-w