Semua pemberitaan terkait dengan baterai nuklir bernama Betavolt yang diklaim dapat bertahan 50 tahun bersumber dari artikel di laman https://www.betavolt.tech/359485-359485_645066.html. Artikel tersebut adalah siaran pers dari perusahaan Beijing Betavolt New Technology, perusahaan yang memproduksi baterai Betavolt.

Berita tersebut rilis pada 8 Januari 2024. Berikut adalah beberapa hal yang perlu Sahabat Warstek ketahui:
- Pemberitaan terkait baterai yang dapat bertahan 50 tahun didasarkan bukan dari artikel ilmiah (jurnal/prosiding) atau paten, melainkan siaran pers yang dikeluarkan oleh perusahaan yang memproduksi baterai. Dalam hal ini, klaim-klaim yang disampaikan belum dapat dipercaya sepenuhnya karena belum melalui proses peninjauan.
- Klaim-klaim yang disampaikan dalam siaran pers diantaranya adalah baterai dapat beroperasi/tahan 50 tahun tanpa perlu dimuat ulang, dapat bekerja normal dalam rentang temperatur -60oC hingga 120oC, bebas dari radiasi eksternal sehingga aman, dan ramah lingkungan karena tidak perlu didaur ulang.
- Teknologi nuklir di dalam baterai didasarkan pada peluruhan isotop nikel 63 menjadi tembaga dan juga penggunaan semikonduktor berbasis berlian.
- Baterai betavolt yang diluncurkan diberi seri BV100 dan diklaim dapat menghasilkan daya 100 mikrowatt dengan tegangan 3V. Sebagai perbandingan, smartphone yang menggunakan CPU 50%, koneksi Wi-Fi, dan layar putih membutuhkan daya 1857 mW yang artinya dibutuhkan 18.570 unit baterai betavolt. Meskipun volume 1 baterai adalah 1,5 cm x 1,5 cm x 0,5 cm dan lebih kecil dari koin, tetap saja akan berukuran sangat besar dan tidak praktis untuk bisa digunakan sebagai baterai smartphone.
- Perusahaan Betavolt menyatakan bahwa penemuan mereka telah didaftarkan patennya di Beijing dan berencana meluncurkan baterai nuklir 1 watt pada tahun 2025.
- Sebelumnya pada 2019, tim peneliti Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta mengembangkan prototipe baterai nuklir sebagai sumber energi listrik yang memiliki daya tahan hingga 40 tahun. Namun berbeda teknologi dengan baterai betavolt, baterai nuklir UGM dikemas dalam bentuk tabung. Daya listrik yang dihasilkan dari baterai tabung tersebut berasal dari pancaran radiasi plutonium 238 yang dikonversi menjadi cahaya tampak. Kemudian cahaya tampak ditangkap dengan foto voltaik atau sel surya menjadi energi listrik.

Mengupas Teknologi Baterai Nuklir
Baterai nuklir mungkin terdengar seperti sesuatu yang sangat canggih bagi orang awam, tetapi sebenarnya baterai nuklir telah ada sejak tahun 1950-an. Ilmuwan menyebut baterai nuklir sebagai generator radio-termal atau lengkapnya adalah Radioisotope Thermoelectric Generator (RTG). Jika dijelaskan dalam bahasa yang sederhana, RTG mengubah kalor/panas dari peluruhan unsur radioaktif menjadi listrik.
Baca juga: Apakah Baterai Nuklir Layak Dipakai Di Smartphone? (warstek.com)
Pada tahun 2016, tim peneliti Universitas Bristol memperkenalkan prinsip baru baterai nuklir menggunakan lapisan berlian yang ditumpuk dengan lapisan isotop radioaktif. Dalam percobaan pertama digunakan isotop radioaktif karbon-14 (¹⁴C) yang melepaskan partikel Beta (β⁻). Ketika partikel Beta dilepaskan, lapisan berlian yang bertindak sebagai semikonduktor kemudian menangkap partikel Beta untuk menghasilkan arus listrik.

Tim peneliti Universitas Bristol juga melakukan pengembangan dengan mengganti isotop radioaktif karbon-14 ke nikel-63. Namun dalam siaran pers Universitas Bristol, tidak dijelaskan lebih lanjut terkait kinerja dari baterai nuklir yang menggunakan nikel-63 tersebut.
Baterai nuklir dengan nikel-63 itulah yang dipakai oleh perusahaan Betavolt untuk mengembangkan baterai BV100. Isotop radioaktif Nikel-63 dengan ketebalan 2 mikron diletakkan di antara semikonduktor berlian dengan ketebalan 10 mikron. Dalam satu modul baterai, terdapat 3 tumpukan Nikel-63 seperti gambar berikut.

Warstek berharap bahwa semakin banyak akademisi Indonesia yang juga berperan aktif dalam pengembangan baterai nuklir. Jadi, kita tidak hanya menjadi penonton dalam kemajuan teknologi ini, melainkan juga aktor yang berkontribusi secara signifikan.
Referensi
- Katiyar, N. K., & Goel, S. (2023). Recent progress and perspective on batteries made from nuclear waste. Nuclear Science and Techniques, 34(3), 33.
- https://www.bristol.ac.uk/news/2016/november/diamond-power.html diakses pada 26 Januari 2024
- https://www.betavolt.tech/359485-359485_645066.html diakses pada 26 Januari 2024
- http://171.67.100.116/courses/2017/ph241/park-j1/ diakses pada 26 Januari 2024