Begini Inovasi Kreatif di Jepang untuk Menanggulangi Sampah Makanan

Masalah sampah makanan dan kelaparan global merupakan dua isu yang saling terkait dan mendesak untuk diatasi. Padahal, kejadiannya masih mungkin dicegah dengan kerjasama dari semua pihak, termasuk masyarakat.

organisasi kulkas untuk mencegah sampah makanan

Masalah sampah makanan dan kelaparan global merupakan dua isu yang saling terkait dan mendesak untuk diatasi. Padahal, kejadiannya masih mungkin dicegah dengan kerjasama dari semua pihak, termasuk masyarakat. Berikut adalah lima fakta penting mengenai sampah makanan dan kelaparan:

  1. Seperlima Makanan Terbuang: Sekitar 20% dari produksi makanan hilang atau terbuang secara global, setara dengan satu miliar porsi makanan setiap hari.
  2. Kerugian Ekonomi yang Signifikan: Perkiraan total kerugian ekonomi akibat hilangnya dan terbuangnya makanan mencapai sekitar US$1 triliun setiap tahun.
  3. Dampak Lingkungan yang Besar: Limbah makanan berkontribusi hingga 10% dari total emisi gas rumah kaca global, hampir lima kali lipat daripada total emisi dari sektor penerbangan.
  4. Limbah Makanan di Tingkat Rumah Tangga: Enam puluh persen limbah makanan terjadi di tingkat rumah tangga, menunjukkan perlunya kesadaran dan perubahan perilaku konsumen dalam mengelola dan mengonsumsi makanan.
  5. Pengaruh Suhu terhadap Limbah Makanan: Negara-negara dengan suhu lebih tinggi cenderung mengalami limbah makanan yang lebih besar, baik di tingkat rumah tangga maupun pasca-panen, karena suhu tinggi mempengaruhi penyimpanan, pengolahan, dan transportasi makanan.

Mengurangi sampah makanan tidak hanya dapat menghemat sumber daya dan mengurangi dampak lingkungan, tetapi juga berpotensi mengatasi masalah kelaparan global dengan memastikan distribusi makanan yang lebih efisien dan adil.

Jepang dan Permasalahan Sampah Makanannya

Jepang, sebagai salah satu negara meju yang selalu hadir dengan inovasinya, juga menghadapi tantangan serius dalam pengelolaan sampah makanan. Sekitar 47% dari total 5,2 juta ton sampah makanan yang dihasilkan pada tahun 2021 berasal dari rumah tangga. Untuk mengatasi masalah ini, para peneliti Jepang telah mengembangkan metode sederhana dan efektif untuk mengorganisir kulkas dan mengurangi pemborosan makanan.

Pemborosan makanan merupakan isu global yang signifikan. Di Jepang, banyak makanan terbuang karena beberapa alasan umum, seperti makanan yang terlupakan di dalam kulkas, salah tafsir terhadap label tanggal kedaluwarsa, dan perencanaan belanja yang buruk. Penelitian menunjukkan bahwa banyak orang membuang makanan yang masih layak konsumsi hanya karena mereka tidak menyadari keberadaannya atau karena kesalahan dalam memahami label seperti “best-by” dan “use-by“.

Tomoko Okayama, seorang peneliti di Universitas Taisho, menjelaskan bahwa Jepang sangat bergantung pada impor makanan. Oleh karena itu, membuang makanan yang masih baik bukan hanya merugikan ekonomi tetapi juga berdampak negatif pada lingkungan. Dengan dua pertiga dari pasokan pangan Jepang diimpor, sangat penting untuk menemukan solusi yang efektif untuk mengurangi sampah ini.

Baca juga: Melirik Pengelolaan Limbah Elektronik di Jepang

Pendekatan Organisasi Kulkas

Para peneliti Kohei Watanabe dan Tomoko Okayama melakukan penelitian untuk memahami faktor-faktor yang menyebabkan pemborosan makanan dan merancang intervensi berbasis bukti. Salah satu pendekatan yang mereka gunakan adalah teknik pengorganisasian kulkas. Mereka menemukan bahwa banyak orang mengalami kesulitan dalam menemukan makanan di kulkas yang berantakan, sehingga menyebabkan makanan menjadi basi dan terbuang.

Sumber: canva.com

Dalam proyek mereka, Watanabe dan Okayama bekerja sama dengan Dinas Lingkungan dan Kebersihan Arakawa di Tokyo untuk menerapkan program “Operasi Arakawa Mottainai“. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya mengurangi limbah makanan melalui teknik pengorganisasian kulkas yang sederhana.

Teknik Pengorganisasian Kulkas

Untuk membantu masyarakat mengatur kulkas mereka dengan lebih baik, para peneliti memperkenalkan beberapa teknik pengorganisasian yang mudah dalam penerapannya:

  1. Penggunaan Pita Perekat: Peserta diberikan pita perekat berwarna merah-putih untuk menandai bagian kulkas yang khusus untuk makanan dengan masa kedaluwarsa cepat. Pita ini juga dapat berguna untuk menandai produk tertentu yang perlu segera dikonsumsi.
  2. Baki Plastik Transparan: Baki plastik bening dibagikan kepada peserta agar makanan yang cepat basi lebih terlihat dan mudah diambil. Dengan cara ini, makanan tidak akan terlupakan di bagian belakang kulkas.
  3. Stiker Kesadaran: Stiker bergambar dua orang dengan pesan “Aku tidak bisa memakanmu. Maaf sekali” diberikan kepada peserta untuk ditempelkan pada makanan yang mereka buang. Ini bertujuan untuk mendorong refleksi tentang pemborosan makanan.

Hasil Intervensi dalam Pencegahan Sampah Makanan

Setelah menerapkan teknik-teknik ini di kompleks apartemen Sky Heights di Arakawa, para peneliti melakukan analisis limbah makanan sebelum dan sesudah intervensi. Hasilnya menunjukkan pengurangan limbah makanan sebesar 10% di area eksperimen daripada area kontrol. Ini menunjukkan bahwa pendekatan sederhana dalam pengorganisasian kulkas dapat secara signifikan mengurangi jumlah sampah makanan.

Selain itu, survei lanjutan menunjukkan bahwa 77% peserta menggunakan wadah plastik transparan, 18% menggunakan stiker, dan 13% menggunakan pita perekat setelah mengikuti program tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa edukasi dan keterlibatan masyarakat sangat penting dalam upaya mengurangi limbah makanan.

Baca juga: Kecanggihan Teknologi Pangan di Jepang

Kesadaran Masyarakat dan Perubahan Perilaku

Salah satu aspek kunci dari program ini adalah meningkatkan kesadaran masyarakat tentang dampak pemborosan makanan terhadap lingkungan dan ekonomi. Para peneliti menekankan pentingnya berbicara tentang masalah ini secara terbuka dan menjadikannya sebagai topik diskusi di kalangan keluarga dan teman-teman.

Noriko Nozaki, seorang peserta berusia 78 tahun, menyatakan bahwa kampanye tersebut membuatnya lebih sadar akan hubungan antara limbah makanan dari dapurnya dengan isu-isu global seperti perubahan iklim dan kelangkaan sumber daya. Ini menunjukkan bahwa pendidikan tentang pemborosan makanan dapat membawa perubahan perilaku yang signifikan.

Mottainai: Filosofi Menghargai Sumber Daya

Konsep “mottainai” dalam budaya Jepang mencerminkan rasa penyesalan atas pemborosan sumber daya. Dengan menerapkan prinsip mottainai dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Jepang didorong untuk lebih menghargai setiap bahan pangan yang mereka miliki. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah dan organisasi lokal untuk mengurangi limbah makanan melalui berbagai inisiatif edukasi.

Tantangan ke Depan

Meskipun hasil awal dari intervensi ini menjanjikan, tantangan tetap ada dalam memperluas program ke komunitas lain di Jepang maupun di luar negeri. Okayama dan Watanabe berharap eksperimen mereka dapat memicu pemerintah daerah lainnya untuk mencoba program serupa guna meningkatkan kesadaran tentang pemborosan makanan.

Penting bagi masyarakat untuk tidak menunggu intervensi pemerintah; setiap individu dapat mengambil langkah kecil seperti menggunakan baki plastik atau stiker untuk membantu mengurangi limbah makanan di rumah mereka sendiri.

Referensi

WFP. 2024. 5 facts about food waste and hunger. Diakses pada 25 Desember 2024 dari https://www.wfp.org/stories/5-facts-about-food-waste-and-hunger

Nuwer, Rachel. 2024. Metode sederhana Jepang yang ampuh menata kulkas dan mengurangi limbah makanan. Diakses pada 25 Desember 2024 dari https://www.bbc.com/indonesia/articles/ckg1nnv7yedo

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top