Metode terasering telah menjadi salah satu solusi inovatif untuk mengatasi masalah banjir yang semakin parah di berbagai kota di Asia. Terasering, yang merupakan teknik pertanian tradisional, tidak hanya berfungsi untuk meningkatkan produktivitas lahan pertanian, tetapi juga berperan penting dalam pengelolaan air hujan dan pencegahan banjir. Teknik ini melibatkan pembuatan lahan bertingkat di lereng bukit atau gunung, yang memungkinkan penyerapan dan penahanan air hujan secara efektif.
- Prinsip Dasar Terasering
- Contoh Penerapan di Perkotaan
- Keunggulan Metode Terasering
- Tantangan dan Implementasi
- Peran dalam Mencegah Banjir di Wilayah Pegunungan
- Efisiensi Terasering dalam Mengurangi Banjir
- Dampak pada Aliran Permukaan dan Erosi
- Manfaat Sosial dan Lingkungan
- Tantangan dan Pengelolaan Terasering
- Kesimpulan
- Referensi
Prinsip Dasar Terasering
Metode ini bekerja dengan memanfaatkan kontur alam untuk mengumpulkan air hujan. Dengan membentuk lahan menjadi tingkat-tingkat, air dapat ditahan lebih lama, sehingga mengurangi aliran air yang cepat ke sungai atau saluran drainase. Hal ini sangat penting di daerah yang sering mengalami curah hujan tinggi, seperti Thailand dan China, dimana hujan lebat dapat menyebabkan banjir besar dalam waktu singkat.
Contoh Penerapan di Perkotaan
Salah satu contoh penerapan terasering yang menarik adalah desain atap hijau di Universitas Thammasat, Bangkok, yang terinspirasi dari sistem terasering sawah. Atap ini dirancang untuk menyerap air hujan dan menumbuhkan tanaman pangan. Dengan luas 7.000 meter persegi, atap ini mampu mengurangi laju aliran air hujan hingga 20 kali lipat dibandingkan dengan permukaan keras. Selain itu, sistem ini juga membantu mendinginkan suhu gedung selama musim panas.

Sumber: bbc.com
Di kota-kota lain seperti Jinhua di China, taman-taman yang dibentuk menyerupai terasering telah terbukti mampu mengurangi tingkat banjir hingga 63% dibandingkan dengan infrastruktur konvensional. Desain semacam ini tidak hanya berfungsi sebagai penyerap air tetapi juga menyaring polutan dari air hujan sebelum mengalir ke sungai.
Keunggulan Metode Terasering
Metode ini memiliki beberapa keunggulan dalam pengendalian banjir:
- Penyerapan Air: Terasering mampu menyerap dan menahan air hujan lebih efektif dibandingkan dengan permukaan keras.
- Pengurangan Aliran Air: Dengan memperlambat laju aliran air, terasering membantu mengurangi risiko banjir.
- Peningkatan Kualitas Air: Sistem terasering dapat menyaring polutan dari air hujan, sehingga meningkatkan kualitas air yang mengalir ke sungai dan danau.
- Keberlanjutan: Teknik ini menggunakan prinsip-prinsip pertanian tradisional yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Tantangan dan Implementasi
Meskipun metode terasering menawarkan banyak manfaat, ada tantangan dalam implementasinya di lingkungan perkotaan. Ruang terbuka yang cukup untuk membangun sistem terasering sering kali terbatas di kota-kota besar yang padat penduduk. Selain itu, biaya pembangunan infrastruktur hijau seperti terasering bisa menjadi penghalang bagi banyak kota.
Namun, beberapa arsitek dan perencana kota mulai melihat potensi terasering sebagai bagian dari solusi holistik untuk masalah banjir. Dengan mengintegrasikan elemen-elemen alami ke dalam desain kota, mereka berharap dapat menciptakan lingkungan yang lebih tahan terhadap perubahan iklim dan bencana alam.
Metode terasering bukan hanya sekadar teknik pertanian kuno; ia merupakan solusi inovatif untuk tantangan modern seperti banjir akibat perubahan iklim. Dengan memanfaatkan pengetahuan tradisional dan menerapkannya dalam konteks perkotaan, kota-kota di Asia dapat meningkatkan ketahanan mereka terhadap banjir sambil menjaga keberlanjutan lingkungan. Implementasi terasering dapat menjadi langkah penting menuju pengelolaan air yang lebih baik dan perlindungan terhadap dampak perubahan iklim.
Peran dalam Mencegah Banjir di Wilayah Pegunungan
Terasering, atau sistem pertanian berteras, telah lama dikenal sebagai solusi efektif untuk konservasi tanah dan air, terutama di daerah perbukitan dan pegunungan. Sebagai metode pengelolaan lahan, terasering menciptakan lahan bertingkat yang dirancang untuk memperlambat aliran air permukaan dan meningkatkan infiltrasi air ke dalam tanah. Penelitian yang dilakukan di wilayah Pegunungan Atlas Tinggi, Maroko, memberikan wawasan mendalam tentang peran penting terasering dalam mengurangi risiko banjir dan erosi tanah.
Efisiensi Terasering dalam Mengurangi Banjir
Menurut studi di kawasan Daerah Aliran Sungai Ourika, terasering terbukti meningkatkan infiltrasi air secara signifikan dibandingkan dengan lahan lain seperti padang rumput dan lahan kosong. Teras pertanian dengan pohon buah memiliki tingkat infiltrasi akhir sebesar 70,36 mm/jam, hampir menyamai tingkat infiltrasi di hutan lebat (78,00 mm/jam). Hal ini menunjukkan bahwa terasering, meskipun tidak seefektif hutan alami, mampu memperlambat laju aliran air secara signifikan sehingga mengurangi risiko banjir.
Dampak pada Aliran Permukaan dan Erosi
Penurunan aliran permukaan (runoff) juga menjadi indikator penting keberhasilan terasering. Koefisien aliran permukaan pada terasering pertanian jauh lebih rendah dibandingkan dengan padang rumput. Sebagai contoh, koefisien runoff di padang rumput mencapai 62,71%, sementara pada terasering hanya sekitar 8,39%. Dengan aliran permukaan yang lebih rendah, erosi tanah juga berkurang drastis. Laju erosi di lahan terasering tercatat lebih rendah dibandingkan dengan lahan terbuka yang terdegradasi.
Baca juga: Manfaat Lahan Gambut untuk Kesehatan dan Lingkungan
Manfaat Sosial dan Lingkungan
Selain manfaat hidrologis, terasering juga berkontribusi pada peningkatan produktivitas pertanian dan keberlanjutan ekosistem. Di kawasan Pegunungan Atlas, lahan bertingkat digunakan untuk menanam buah-buahan, sayuran, dan sereal, memberikan sumber mata pencaharian bagi masyarakat lokal. Estetika lanskap terasering juga menarik wisatawan, yang secara tidak langsung mendukung perekonomian lokal.
Tantangan dan Pengelolaan Terasering
Meskipun metode ini memiliki banyak manfaat, pengelolaannya memerlukan perhatian khusus. Terasering yang dirancang dengan buruk dapat meningkatkan risiko erosi dan aliran air yang tidak terkendali. Di kawasan Ourika, terasering yang ditinggalkan karena migrasi penduduk pedesaan menyebabkan penurunan kapasitas infiltrasi dan peningkatan risiko banjir. Oleh karena itu, perawatan dan pemeliharaan yang konsisten sangat penting untuk menjaga efektivitasnya.
Kesimpulan
Studi ini menegaskan pentingnya terasering sebagai strategi mitigasi bencana alam seperti banjir dan erosi tanah, terutama di wilayah pegunungan yang rentan. Dengan perencanaan dan pemeliharaan yang tepat, terasering tidak hanya berfungsi sebagai metode konservasi tanah, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat. Dalam konteks perubahan iklim yang terus berlangsung, pelestarian dan pengembangan sistem terasering menjadi langkah krusial untuk menghadapi tantangan lingkungan di masa depan.
Referensi
You, Xiaoying. 2024. Inspirasi pengendalian banjir: Terasering sawah di atap kampus hingga pinggir sungai. Diakses pada 25 Desember 2024 dari https://www.bbc.com/indonesia/articles/ckg5qp8g8jko
Melho, et al. 2021. Role of Agricultural Terraces in Flood and Soil Erosion Risks Control in the High Atlas Mountains of Morocco. Diakses pada 25 Desember 2024 dari https://www.mdpi.com/2673-4834/2/4/44