Faktanya, listrik telah menjadi kebutuhan pokok manusia dalam melakukan berbagai aktivitas kehidupan sehari-hari. Akibatnya, terjadi peningkatan konsumsi listrik dari tahun ke tahun dalam lima dekade terakhir. Dilansir dari data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tahun 2024, konsumsi listrik di Indonesia pada tahun 2023 mencapai 1.285 kWh/kapita. Tingkat konsumsi tersebut mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang mencapai angka 1.173 kWh/kapita.
Lonjakan konsumsi listrik tersebut, tentunya harus diimbangi dengan ketersediaan sumber energi listrik yang sustainable dan ramah lingkungan. Mengingat penyediaan listrik nasional masih didominasi oleh penggunaan batubara, Bahan Bakar Minyak (BBM), dan bahan bakar gas. Hal tersebut, mendorong pemerintah untuk segera melakukan proses transisi energi dari energi fosil menuju energi baru dan terbarukan.
“Transisi energi ini mutlak dilakukan untuk menjaga pasokan energi di masa yang akan datang” ucap Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif dalam acara webinar Potret Energi Indonesia pada Tempo Energy Day.
Salah satu bentuk transisi energi tersebut dapat diperoleh dari kegiatan yang selama ini terabaikan begitu saja, di antaranya kegiatan berjalan atau gerakan langkah kaki manusia, proses memotong, proses menekan sesuatu, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan tersebut, ternyata dapat menghasilkan energi mekanik berupa getaran dan tekanan. Getaran dan tekanan yang dihasilkan dapat dikonversi menjadi energi listrik dengan memanfaatkan piezoelectric‘s effect dari teknologi piezoelektrik (Gambar 1).
Piezoelektrik berasal dari kata piezo yang berarti tekanan. Piezoelektrik merupakan teknologi yang ditemukan oleh Curie bersaudara ketika sedang bekerja dengan Rochelle salt and Quartz pada tahun 1880, di mana ia menemukan material logam yang ketika dikenai getaran dan tekanan mekanis dapat menghasilkan listrik. Piezoelektrik dalam sekali tekan dan dilepaskan akan mengalami polarisasi dan menghasilkan piezoelectric’s effect yang dikonversi menjadi energi listrik.
Proses konversi energi dalam teknologi piezoelektrik, diperlukan yang namanya material piezoelektrik. Tujuannya, agar alat tidak mudah rusak akibat diberikan tekanan secara langsung. Adapun arus listrik yang dihasilkan dari teknologi ini adalah arus bolak-balik. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan energi secara optimal maka perlu disearahkan dengan rectifier. Energi listrik yang dihasilkan piezoelektrik memang sangat kecil, namun energi listrik tersebut dapat disimpan terlebih dahulu dalam baterai atau kapasitor sebelum digunakan pada beban, agar ketersediaan energi tidak cepat habis.
Meskipun luaran energi yang dihasilkan masih rendah, namun piezoelektrik dapat menjadi teknologi yang menjanjikan dalam menghasilkan energi listrik. Mengingat, prinsip kerja yang dipakai tidak banyak menggunakan energi yang tinggi, reagen berlebih, dan tentunya tidak menghasilkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK).
Referensi:
Behera, A. (2022). Piezoelectric materials. Advanced Materials: An Introduction to Modern Materials Science, 43-76.
Kementerian ESDM. (2020). Menteri Arifin: Transisi Energi Mutlak Diperlukan. Diakses pada tanggal 8 Juni 2024. Link: https://ebtke.esdm.go.id/post/2020/10/22/2667/menteri.arifin.transisi.energi.mutlak.diperlukan?lang=en
Kementerian ESDM. (2024). Konsumsi Listrik Masyarakat Meningkat, Tahun 2023 Capai 1.285 kWh/Kapita. Diakses pada tanggal 8 Juni 2024. Link: https://www.esdm.go.id/en/media-center/news-archives/konsumsi-listrik-masyarakat-meningkat-tahun-2023-capai-1285-kwh-kapita
Mowaviq, M. I., Junaidi, A., & Purwanto, S. (2018). Lantai Permanen Energi Listrik Menggunakan Piezoelektrik. Jurnal Energi & Kelistrikan,10(2), 112–118.
Siti Rahmawati
Makhluk biotik yang sedang mencari jawaban teka-teki misteri alam.